tag:blogger.com,1999:blog-61516889310526589532024-02-20T03:57:40.426-08:00Suara Suara Di Balik Tembok SilungkangSuara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.comBlogger14125tag:blogger.com,1999:blog-6151688931052658953.post-13124353749154239792008-02-21T23:10:00.000-08:002008-02-21T23:14:25.883-08:00tesSuara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6151688931052658953.post-4019558621685415542007-10-01T03:08:00.000-07:002007-10-01T03:10:12.745-07:00Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat MamakaiOleh : Aulia Amri<br /><p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;">Tanggal menunjukkan hari ke 28 di bulan Ramadhan. Kami sekeluarga pun bersiap-siap menyambut lebaran. Seperti tahun yang sudah-sudah kami merencanakan pulang ke kampung dihari pertama lebaran. Sudah terbayang wajah ongku dan niniak yang menunggu kedatangan kami di Kampung Halaman. Dan hari yang ditunggu-tunggupun tiba, paginya Sholat Ied, setelah itu langsung bergegas menuju rumah dunsanak dan kerabat yang ada di <st1><st1>Jakarta</st1></st1>. Malam harinya pukul 23:45 kamipun berangkat menuju Silungkang, hal ini bertujuan biar kami sampai pada siang hari di daerah Lahat yang terkenal dengan perampokan dijalan. </p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;"><o></o></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;">Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 48 Jam, sampailah kami di Silungkang. Ongku dan niniak menyambut dengan peluk hangat dan kasih sayang. Tak lupa menu kebanggaan urang awakpun telah terhidang di meja makan (jariang batokok). Satu hari berlalu, kami pun sudah diajak ongku menikmati jajanan kuliner yang ada disekitar Silungkang, ada Bubu Samba, sate padang, pisang picak, es tebak, soto di Muaro Kalaban dll. Rasa penat selama 48 jam diperjalanan telah terobati.</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;"><o></o></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;">Siang itu saya dan Ongku sedang asyik berbicara tentang budaya Silungkang. Banyak hal yang diceritakan Ongku tentang Silungkang, mulai dari jumlah suku di Silungkang, tolak ukur keturunan berdasarkan pihak perempuan (matrilineal)<wbr>, tata cara pelamaran, perjodohan di Silungkang sampai ke perbedaan Kasta di Silungkang. Saya pikir yang ada plat No.nya itu cuman mobil, ternyata OrSil juga punya 3 jenis plat, yang plat N, plat T, dan plat L. Ongku juga menceritakan tentang slogan adat minang yang berbunyi “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Syarak mangato, adat mamakai “.</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;"><o></o></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;">Slogan “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Syarak mangato, adat mamakai” inilah yang akhirnya menjadi pemicu perdebatan antara saya dan Ongku. Saya pikir kalau slogan tersebut diartikan maka akan berarti: “Adat berdasarkan syariat Islam, syariat Islam berdasarkan Alquran, segala sesuatunya diatur berdasar syariat Islam dan pelaksanaannya dilakukan oleh adat.” <span> </span>Kalau adat berdasarkan Syariat Islam mengapa pelaksanaannya agak menyimpang dari syariat Islam?</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;"><o></o></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;">Pertama, sistem matrilineal. Saya bertanya<i>:” Kenapa urang minang (termasuk OrSil) menganut paham ini sebagai tolak ukur garis keturunan?”</i> Jawaban Ongku; <i>“Karena ada hadits yang mengatakan: “berbaktilah kepada Ibumu, Ibumu, Ibumu, kemudian ayahmu” maka dari itu keturunan sebaiknya dihitung dari garis ibu bukan ayah.”</i> Saya bantah dengan menyebutkan bahwa di dunia ini suku yang menerapkan matrilineal tidak banyak, cuman sekitar 5 suku termasuk Minangkabau, lagi pula di AlQuran dalam surat Al Ahzab ayat 5 disebutkan:<i>”<span class="gen"> Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”</span></i><span class="gen">. Ongkupun terdiam sambil berpikir.<o></o></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;"><span class="gen"><o></o></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;"><span class="gen">Kedua, perjodohan di Silungkang. Saya bertanya<i>: “ Kenapa OrSil diusahakan agar menikah dengan sesama OrSil?”</i> Jawaban Ongku<i>: “Karena OrSil telah menerapkan adat seperti itu sejak dahulu kala, tujuannya supaya bibit, bebet, bobot calon mempelai dapat diketahui dengan jelas, selama nikahnya masih beda kampung dan selama tidak satu garis keturunan Ayahnya dari masing2 pihak maka diperbolehkan”</i>. Lalu saya bantah: <i>“Kalo gitu apakah ada dalam AlQuran bahwa kita harus menikah dengan sesama OrSil? Setahu saya kita hanya diperintahkan untuk menikah dan kitapun bebas memilih siapa yang akan kita nikahi, nggak harus OrSil”</i>. Ongku menjawabnya dengan berkata;” <em>Tapi itu kembali jo ang, tasorah ka babakti ka urang tuo apo indak</em>”. Saya pikir kalo setiap dibahas tentang ini terus kita dibilang pengen berbakti sama orang tua atau nggak, mana mungkin kita jawab nggak. Karena ridho Allah swt sama dengan ridho orang tua.<o></o></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;"><span class="gen"><o></o></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;"><span class="gen">Ketiga, tentang kasta di Silungkang. Saya bertanya: <i>“Kenapa OrSil dibedakan berdasarkan kasta-kasta?”</i> . Jawaban Ongku: <i>“Karena dulu di Silungkang terdapat beberapa pendatang yang datang belakangan menempati Silungkang, nah pendatang ini kemudian diakui oleh penduduk asli Silungkang sebagai bagian dari warga Silungkang namun dengan embel2 dan tingkat dari kadar keasliannya yang menyertainya sampai turun ke keturunannya”<wbr>.</i> Lalu saya tanya <i>“Apa hubungannya antara warga yang duluan menempati Silungkang ataupun belakangan menempati Silungkang dengan kasta-kasta tersebut? Bukankah setiap orang dimata Allah swt adalah sama, yang membedakan adalah tingkat keimanan dan ketakwaannya”<wbr>.</i> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;"><o></o></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;">Sampai dipertanyaan ketiga ini rupanya habis sudah kesabaran Ongku. Saya di bosuik dengan kalimat<i>:” Iko ang masih ketek, salemo olun tarapui, ala pandai malawan ka urang tuo, dasar anak kurang aja siapo nan maaja ang bakecek taka tuah?”</i>. Akhirnya dengan rasa kecewa saya sudahi pembicaraan dengan Ongku. Dalam hati saya berkata: “ Nasib jadi cucu Urang Awak, baru diajak diskusi ajah dibilang palawan, mungkin karena pengaruh makanan yang besantan dan banyak lemak jadi kena darah tinggi deh”.</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;"><o></o></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;">Kami melanjutkan kegiatan masing-masing, saya jalan ke balai mencigok apo nan lomak untuk diboli, sedangkan Ongku kembali ke kursi goyang kesayangannya sambil nonton TV.</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;"> </p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;"> </p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; text-align: justify;" align="center"><span style="color:#0000ff;">CERITA DIATAS ADALAH FIKTIF BELAKA BILA ADA KESAMAAN NAMA DAN TEMPAT ADALAH MERUPAKAN HAL YANG DISENGAJA. </span></p>Suara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6151688931052658953.post-51279923667611563732007-09-27T04:56:00.000-07:002007-09-27T06:25:31.688-07:00Penikam Dari Belakang<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Oleh : Rejak<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Milis Silungkang yang menjadi wadah ’kumpul-kumpul’ bagi sesama urang awak di dunia maya telah menjadikan salah satu tempat khusus untuk melontarkan ide-ide segar dan brilian untuk kemajuan Silungkang itu sendiri.<span style=""> </span>Terjadinya benturan pendapat antar dua generasi, yakni para anak mudanya dan para orang tuanya seakan-akan membuat milis ini menjadi tidak enak lagi untuk di lihat bagi sebagian orang yang berwatak tradisionalis. Perhelatan di milis Silungkang yang tak ada habisnya rupa-rupanya semakin membuat pemunculan karakter-karakter ’tersembunyi’ para miliser yang selama ini bak harta karun terpendam.<span style=""> </span>Tak di sangka-sangka karakter-karakter ’tersembunyi’ yang dalam konteks ini memiliki nilai negatif justru di tunjukkan sendiri oleh para orang-orang<span style=""> </span>tuanya. Memang tak ada aturan di dunia maya, dan kita bisa menjadi siapapun yang kita suka ataupun membelah berapa banyak diri kita bagaikan amoeba.<span style=""> </span>Maka itu jangan heran bila kita sering melihat karakter Dr. Jekyll dan Mr Hyde di dalam dunia maya.<span style=""> </span>Apalagi di antara para urang awak pada khususnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Ada orang yang berkedok sebagai ustadz lalu mengirimkan postingan-postingan ayat-ayat suci Al-Quran dan menyeru kepada kebaikan, namun di sisi lain ia memiliki karakter yang tak kalah ’suci’nya di banding yang pertama.<span style=""> </span>Dalam kasus ini, pewujudan karakter asli ini salah satu contoh nyatanya di dalam milis Silungkang adalah pada seorang miliser yang berinisial BN.<span style=""> </span>Dengan lihai BN membagi dirinya di dalam milis ini menjadi ganda, satu sebagai ustad, dan satu lagi sebagai dirinya sendiri.<span style=""> </span>Ketika ia menjadi seorang ustad, maka ia benar-benar menjalankan perannya melalui postingan-postingan ayat-ayat suci.<span style=""> </span>Dan ketika ia menjadi dirinya sendiri, ia bergerak bebas seakan-akan seperti manusia yang telah menanggalkan labelnya.<span style=""><br /></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /><span style="" lang="SV"><span style=""></span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Pada suatu waktu, entah secara secara di sadari atau tidak, dia telah melakukan sebuah perbuatan yang sama sekali tidak mencerminkan dirinya sebagai layaknya seorang ustadz ataupun seorang yang telah sepuh usianya.<span style=""> </span>Perbuatan itu adalah, ”mendoakan kecelakaan kepada sesama saudaranya sendiri”.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Mencengangkan!.<span style=""> </span>Apakah sebenarnya maksud di balik perbuatannya yang nista itu?.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Setelah postingan ’doa celaka’ itu, para anak-anak mudanya bermaksud untuk meminta kejelasan dari BN sendiri.<span style=""> </span>Akan tetapi BN hanya menjawab bahwa postingannya itu hanya bersifat fiktif, tidak ada unsur-unsur lainnya apapun itu.<span style=""> </span>Tetapi ketika para anak mudanya mendesak BN untuk menjelaskan motif di balik postingan ’doa celaka’ itu, ia hanya berdalih bahwa ’Milis Silungkang Liberal’.<span style=""> </span>Jawaban ini mengandung berbagai arti.<span style=""> </span>Apakah BN memang tak bisa menjawab pertanyaan anak-anak mudanya? ataukah memang BN sengaja mendoakan kecelakaan bagi sebagian miliser yang memang hendak mudik sewaktu lebaran nanti?.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Mengetahui hal itu anak-anak mudanya mencecarnya lagi dengan pertanyaan dan menuntut pertanggung jawabannya agar bersikap jantan layaknya seorang laki-laki.<span style=""> </span>Akhirnya kericuhan ini mengundang kedatangan mantan moderator yang mencoba untuk memberikan penjelasan kepada para anak mudanya maksud dari postingan ’doa celaka’ BN.<span style=""> </span>Tetapi tetap saja mereka keukeuh untuk menuntut pertanggung jawaban dari mulut si pendoa itu sendiri.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Pada saat itulah BN sekali lagi muncul dengan memberikan penjelasan maksud dari postingannya di milis.<span style=""> </span>Seperti anak kecil yang berlindung di balik tubuh ibunya, BN tetap tidak mau mengaku bersalah dan mencoba menjelaskan bahwa alasan postingannya itu hanya sebagai shock terapy bagi mereka para miliser yang ekstrim.<span style=""> </span>Shock Terapy?.<span style=""> </span>Ternyata memang motif postingan ’doa celaka’ milik BN memiliki maksud yang tidak baik, karena dia sebenarnya telah mengetahui bahwa ada sebagian miliser yang akan pulang kampung pada waktu lebaran nanti, karena itu dia sengaja memberikan postingan berupa ’doa celaka’nya yang tidak bertanggung jawab itu.<span style=""> </span> Sebelumnya ia tidak bisa menjawab ketika di tanya motif di balik postingan tersebut dengan dalih fiktif, Milis Silungkang Liberal, dan kini Shock Terapy(?). Tetapi, rasa-rasanya memang belum pernah terdengar sesama saudara boleh mendoakan kecelakaan bagi saudaranya sediri kecuali memang orang yang mendoakan tersebut benar-benar bejat moralnya.<span style=""> </span>Baru kali inilah kita mendengar orang yang mendoakan kecelakaan bagi saudaranya sendiri dari mulut seorang Silungkang.<span style=""> </span>Bukankah perbuatan itu sama saja dengan menikam dari belakang?.<span style=""> </span>Apakah seperti ini didikan orang-orang Silungkang?.<span style=""> </span>Ternyata selain sebagai ustad yang ahli menyuguhkan ayat-ayat suci Al-Quran, BN juga ahli merubah wujudnya lalu menyuguhkan doa-doa suci yang 'apik' dan 'nakal'. <span style=""> </span></span><span style="" lang="SV">Luar biasa, inilah kisah ular yang berkedok manusia.</span><span style="" lang="SV"><o:p><br /></o:p>Sebenarnya yang perlu di khawatirkan dari perbuatan BN <span style=""> </span>ini adalah ’sikap’nya yang tidak <i style="">gentle</i> dan tidak bertanggung jawab yang nantinya bisa menjadi ’teladan’ bagi generasi-generasi selanjutnya. Salut bagi BN yang kini menjadi ikon baru di milis Silungkang. Ikon Generasi Pengecut. <span style=""> </span><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p><br /></o:p>Telisik punya telisik, ternyata BN pun tidak sendiri, karena masih ada banyak lagi manusia-manusia seperti BN di dalam milis ini yang bekerja di balik layar, yang bermain cerdik dan licik bagai musang.<span style=""> </span>Mereka mendekati orang-orang yang memiliki ’kekuatan’ di dalam milis lalu menjadikannya boneka milik manusia-manusia musang itu.<span style=""> </span>Beruntunglah bagi mereka para pemuda yang masih waras dan berpandangan luas. Karena kalian tidak akan pernah bisa di jadikan boneka-boneka mereka.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Inilah yang di maksud penulis mengapa orang-orang kolot itulah yang sebenarnya adalah racun bagi generasi muda Silungkang yang ada di Jakarta.<span style=""> </span>Sedikit demi sedikit mereka mulai menorehkan racun-racun ke dalam pikiran-pikiran anak-anak muda yang polos dan lugu.<span style=""> </span>Lalu terciptalah robot-robot bernyawa Silungkang yang berwatak lurus dan kaku yang suka menjilat, pengecut, dan penakut. Memang tak ada jalan lain untuk mengatasi para orang-orang kolot peracun pikiran generasi muda itu selain dengan satu kata : Lawan!.<o:p></o:p></span></p>Suara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6151688931052658953.post-39880671024455539262007-09-16T23:27:00.000-07:002007-09-16T23:32:25.604-07:00Sepenggal Kisahku (Cerpen)<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="" lang="SV"><br />Oleh : Thomas Alexander</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="" lang="SV"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="" lang="SV"><br />Masih jelas teringat ketika pertama kali sapaan hangat. “Kampuang ang dimano?” dengan malu2 saya jawab Silungkang, jawaban itu disambut dengan senyuman. Dan dilajutkan dengan penjelasan yang gamblang tentang arti kampung, bako, dan sederetan ungkapan yang sulit aku hafalkan. Diakhir kata beliau meminta ku untuk memanggilnya dengan sebutan mamak (ternyata beliau masih sekampung denganku). Sapaan hangat itu pun berlanjut, mamak baru ku ini memperkenalkan ku dengan sejumlah orang yang menurut pangakuannya, juga mamak aku. Sambutan mereka begitu hangat terutama ketika mengetahui bahwa kakekku seorang tokoh yang banyak membantu keuangan Organisasi Silungkang. Ini sambutan yang sangat luar biasa bagi seorang anak 17 tahun. Di dalam hati kuucapkan “Aku Bangga Sebagai Orang Silungkang”. Di sela-sala keributan acara halalbihalal terdengar mereka mengatakan bahwa kedua orang tuaku adalah orang jempol (jempol????? Entah apalah itu, aku tak terlalu memikirkannya).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="" lang="SV">4 tahun sudah, kehangatan itu berlangsung, sekarang aku seorang sarjana dengan menyandang gelar S.Kom di belakang namaku (hehehe.. masih kuingat dengan jelas bertapa bangganya kedua orang tuaku ketika aku mengenakan toga dan lulus dengan IP 3,58). Mereka begitu bangga sehingga menceritakanya hampir ke semua orang yang dikenalnya. Dan seperti biasa cerita itu selalu disusul dengan cerita tentang kejayaan Silungkang dimasa lampau. Tentang begitu cerdasnya masyarakat silungkang, atau pun mengenai cantik dan rupawannya masyarakat Silungkang. Dan seperti biasa aku mendengarkannya dengan antusias walaupun telah berkali-kali mendengarkannya. Hehehe “Aku Bangga Sebagai Orang Silungkang”.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="" lang="SV">Ayahku jatuh sakit, tidaaaak…… </span>ini mimpi buruk. <span style="" lang="SV">Kehidupan <i style="">normal</i> kami berubah, banyak dana yang kami keluarkan untuk penyembuhan ayah. Gaji ayah yang merupakan pegawai negeri tidak banyak membantu, gajiku pun habis untuk keperluan ibu dan adik ku. Subhanallah ternyata saudara-saudara ayah dan ibu mengumpulkan dana untuk membantu biaya rumah sakit. Aneh, tak satupun orang yang dulu meminta aku memangilnya mamak datang membantu. Jikapun datang hanya untuk menjenguk lalu pulang, ya…. hanya itu. Dari cerita yang selama ini kudengar, mamak berarti seorang yang akan selalu membantu keponakanya disaat sulit maupun senang, sepertinya aku harus merevisi arti mamak dalam pikiranku.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ayah sudah sembuh, beberapa tahun kemudian adikupun telah lulus kuliah. <span style="" lang="SV">Kehidupan kami kembali <i style="">normal</i>. Hanya satu hal yang selalu diributkan oleh ibu, kapan aku mendapatkan pasangan. </span>Ya…. seorang istri yang sholeha. Dan seperti kebanyakan warga Silungkang, diakhir permohonannya ibu selalu mengingatkan untuk mengutamakan gadis silungkang. Dan di akhir kalimatnya : “ Tapi ibu ngak maksa loh, kalau kamu dapat yang lebih baik kenapa nggak” hehehe…. Ini biasa digunakan agar tidak terlihat terlalu memaksa.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">(sebagai seorang ikhwah untuk menikah aku tidak melewati masa pacaran, tapi melakukan ta’aruf atau perkenalan. <span style="" lang="SV">Jika ternyata keduanya cocok maka langsung dilanjutkan dengan persiapan pernikahan. <i style="">Prosesnnya cepet kan</i>)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="" lang="SV">Senin ba’da zuhur, awal bulan februari. Aku bersama ustad mingguanku mendatangi sebuah rumah kecil di Pinggir Jakarta, rumah yang sangat bersahaja. Ini perkenalanku yang pertama dengan calon istriku, iya seorang akhwat yang merupakan keturunan asli Silungkang. Seperti di sinetron aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia seperti akumulasi dari segala keindahan yang pernah kulihat (hehehe.. kalau lagi jatuh cinta ngomongnya sering ngak rasional). Kekagumanku terus bertambah setelah mambaca beberapa artikelnya yang di muat di majalah kampus. Perkenalan itu belanjut dengan pertemuan keluarga dan membahas acara lamaran. Semua berjalan begitu lancar hingga…..<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="" lang="SV">Beberapa orang yang selama ini kukenal sering berada dimeja domino datang kerumahku, mereka memintaku memangil mereka mamak. Mereka menjelaskan tentang status calonku yang ternyata orang kelingking, orang yang terendah dalam kasta Silungkang (What…. Apa lagi ini). Setiap bantahanku tak pernah dihiraukan, mereka lebih fokus menekan kedua orang tuaku. Mereka berkata “Jangan salahkan kami jika nanti kami tidak akan menyapa mantumu”. Atau beberapa kali kudengar “Bagaimana bisa kau mempermalukan nama ayahmu sendiri dengan mengambil mantu seorang kelingking?”. Aku tak sanggup lagi mendengarnya…… acara ini berakhir dengan ku usirnya mereka semua keluar dari rumahku. Dan dari kejauhan ku dengar “lihat lah, belum menikah saja anak itu sudah berani mengusir mamaknya sendiri”. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="" lang="SV">Aku tak habis pikir, bagaimana mungkin para pemain domino itu tiba-tiba berubah menjadi tokoh masyarakat? Apa hak mereka menanyakan moral kepada keluarga kami? Kemana mereka saat ayah sakit? Punya hak apa mereka mengunakan nama kakek untuk menekan ayah? Dan mengapa masih ada kasta? Bukankah adat kita berdasarkan Kitabullah. <o:p></o:p><br />Semua pertanyaan itu kulimpahkan kepada ayah. Dia menjawab dengan senyuman “Nak, lakukanlah apa yang menurutmu benar. Ayah selalu mendukungmu”.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">5 tahun telah berlalu, setelah kuputuskan untuk tetap menikah dengan cintaku, matahariku, karunia terindah yang diberikan Allah kepadaku. Tak pernah lagi kudengar sapaan hangat dengan logat silungkang, <i style="">tapi tak ada penyesalan di hati.</i><o:p></o:p> Kini aku sedang bersantai dengan istri dan seorang putraku. Memperhatikan TV yang menyiarkan kampung halaman kami ‘Silungkang’, sebuah kampung yang masih kental adat istiadatnya. Jauh didasar hatiku terbesit hal yang telah lama kulupakan “Aku Bangga Sebagai Orang Silungkang”.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV">NB: cerita ini hanya fiksi belaka jika ada kesamaan kejadian itu hanya kebetulan semata<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i style=""><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></i></p>Suara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-6151688931052658953.post-12046981752401721492007-09-12T11:29:00.000-07:002007-09-12T11:34:01.487-07:00Aku Cinta Gadis Indonesia<p class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Oleh : Rejak</span><i style=""><span style="" lang="SV"><br /></span></i></p><p class="MsoNormal"><i style=""><span style="" lang="SV"><br /></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV">“...Ku cinta gadis indonesia apapun sukunya<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV">Tuhan menentukannya…”<o:p></o:p></span></i><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p><br /></o:p>Begitulah kiranya sepenggal bait dari lirik lagu salah satu grup band lawas Indonesia, SAS, yang berjudul Aku Cinta Gadis Indonesia.<span style=""> </span>Mungkin bagi yang belum pernah mendengarnya pasti terkejut bahkan tergelak melihat judulnya yang terus terang dan tidak biasa.<span style=""> </span>SAS yang di motori oleh Sunatha Tandjung, Arthur Kaunang, dan Syech Abidin, dalam albumnya yang berjudul Episode Jingga ini memberikan warna nasionalisme tersendiri pada lagu-lagunya, salah satunya adalah lagunya yang berjudul ’Aku Cinta Gadis Indonesia’ yang di letakkan pada nomor pertama alias pada urutan teratas dari keseluruhan lagunya dalam album Episode Jingga.<span style=""> </span>Aku Cinta Gadis Indonesia memang merupakan judul yang universal dalam konteks keindonesiaan itu sendiri.<span style=""> </span>Karena ’Indonesia’ itu berarti menunjukkan keberaneka ragaman suku, dari suku jawa, minangkabau, Aceh, Maluku, dan masih banyak lagi.<span style=""> </span>Entah apa yang melatar belakangi mereka dalam membubuhkan kata ’Indonesia’ di akhir kalimat?.<span style=""> </span>Tidakkah itu terlalu luas dalam pengertiannya?.<span style=""> </span>Lalu, apa pula kiranya yang melatar belakangi mereka menciptakan lagu yang berbau nasionalis ini?.<span style=""> </span>Ataukah mungkin karena di dasarkan oleh pengalaman pribadi sang vokalis plus bassis dari band tersebut, Arthur Kaunang, yang konon dahulu sewaktu belum bertobat gemar ’bertualang’ wanita?. Walau yang pada akhirnya karena kebiasaannya itu pulalah yang membawanya pada pertobatan.<span style=""> </span>Ataukah lagu ini sekedar kekaguman mereka terhadap keberaneka ragaman suku di Indonesia?.<span style=""> </span>Kita dapat melihatnya melalui berbagai sudut pandang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Irama lagunya yang pelan dan sedikit mendayu namun tidak cengeng sanggup memberikan spirit bagi siapa pun yang mendengarnya, terutama kaum adam, ataupun para nasionalis yang melihat hilangnya ’keidentitas dirian’ pada manusia-manusia yang hidup di Indonesia.<span style=""> </span>Sebenarnya lagu ini hendak menjelaskan tentang identitas diri bangsa Indonesia itu sendiri.<span style=""> </span>Memang sulit menemukan satu identitas penuh di tengah keberagaman suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, belum lagi bila sudah terpenetrasi oleh budaya-budaya luar yang lalu menciptakan identitas baru bagi masyarakat tersebut yang akhirnya menjadikan kebudayaan kontemporer.<span style=""> </span>Karena itu dapat di maklumi bila dulu Bung Karno pasca kemerdekaan Republik Indonesia melarang masuknya kultur-kultur barat, salah satunya adalah musik <i style="">ngak ngik ngok, </i>karena Bung Karno paham betul bahwa bangsa ini belum lagi menemukan identitasnya, begitulah yang di katakan oleh Pramoedya Ananta Toer dalam buku tanya jawab dengannya yang berjudul ’Saya Terbakar Amarah Sendirian’.<span style=""> </span>Lalu pada era orde baru segala hal yang berbau barat dengan bebasnya dapat masuk ke dalam negeri yang waktu itu masih berusia seumur jagung.<span style=""> </span>Segala bentuk hiburan masuk ke dalam negeri ini tanpa di saring, terutama melalui televisi.<span style=""> </span>Jadilah akhirnya masyarakat Indonesia ini terlena oleh segala macam hal yang berbau hiburan-hiburan yang di suguhkan oleh Barat, dan dari sini asal muasalnya adanya budaya permisif di kalangan masyarakat Indonesia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Adanya lintas budaya yang berlalu lalang di negeri ini yang di akibatkan oleh sistem yang di berlakukan warisan orde baru membuat kita mau tak mau harus membuka mata dan melihat kenyataan yang ada.<span style=""> </span>Modernisme yang selalu di identikkan dengan segala hal yang berbau barat menjadi pilihan sebagian besar anak-anak muda Indonesia untuk di ikuti dan di gandrungi.<span style=""> </span>Salah satunya adalah <i style="">scene</i> musik Rock n Roll, Punk, Heavy Metal, J-Rock, Jazz dan lain-lain.<span style=""> </span>Lalu ada lagi kultur barat yang masuk ke negeri ini seperti pergaulan bebas, drugs, alkohol berikut paham kapitalismenya.<span style=""> </span>Semuanya itu menyamarkan identitas murni dari bangsa Indonesia itu sendiri, sehingga apa yang kita lihat saat ini bukan lagi sekedar warisan nenek moyang lagi, karena semuanya kini telah membaur menjadi satu dan menciptakan satu identitas baru bagi masing-masing individu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Di tengah zaman yang semakin gila ini, dan peradaban yang sudah ikut sedemikian gilanya, ada beberapa dari mereka yang memilih untuk ’melarikan diri’ dari zaman, hingga ada dari mereka yang memilih untuk berdandan Punk berikut penjiwaannya, ataupun J-Rock.<span style=""> </span>Semuanya itu mereka lakukan paling tidak untuk memilih jalan yang lebih terstruktur di tengah zaman yang penuh ketidak jelasan ini.<span style=""> </span>Maka itu jangan kaget bila ada beberapa urang awak yang berdandan ala Punk, Metal, J-Rock atau bahkan anak-anak muda yang berdandan <i style="">retro</i>.<span style=""> </span>Tak ada bisa protes, bahkan orang-orang tua mereka, karena mereka (si anak ini) melihat sendiri dengan mata kepala mereka betapa mengerikannya dunia yang kini di tengah jalaninya. Tidak sesimpel cerita-cerita orang-orang terdahulu yang pernah di ceritakan kepada mereka sewaktu kecil.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Kembali lagi pada lagu SAS, Aku Cinta Gadis Indonesia yang konteks keindonesiaan dalam lirik lagu ini di tunjukkan oleh penggambaran karakter gadis dari setiap suku yang ada di Indonesia walaupun tidak semua.<span style=""> </span>Dalam lagunya, SAS mencoba menjelaskan karakter asli gadis di tiap-tiap suku di Indonesia semenarik mungkin dengan lirik yang jujur dan polos.<span style=""> </span>Seperti sepenggal liriknya berikut ini :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV">”...Ku jumpa gadis Jawa<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV">Lembut Manis bersahaja<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV">Tertawan hati ini<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV">Gadis Aceh Soleh <o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV">Taat beribadah<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV">Tapanuli tegas <o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV">Kukuh serta jujur...”<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Akan tetapi masih relevankah apa yang di katakan oleh SAS dalam liriknya di atas dengan konteks keindonesiaan di zaman sekarang ini?.<span style=""> </span>Jangankan mereka yang di Jakarta, bagi mereka yang berada di asalnya pun sudah tidak lagi mewarisi budaya aslinya.<span style=""> </span>Benarkah gadis-gadis Aceh masih banyak yang taat beribadah?.<span style=""> </span>Benarkah gadis-gadis jawa masih banyak lembut dan bersahaja?.<span style=""> </span>Semuanya masih bisa di pertanyakan bila di daerah tempat yang mereka tinggali mengenal apa itu yang namanya televisi.<span style=""> </span>Anak muda mana yang kini tidak mengenal MTV ?, sebuah ikon anak muda masa kini yang menyuguhkan kultur-kultur modern anak muda dari luar (kebanyakan Barat). Maka itu jangan kaget bila gadis-gadis soleh zaman sekarang gemar berpakaian ketat, kelihatan pusarnya dan paha atau bahkan menyembulkan buah dadanya dalam berdandan, atau dengan kata lain, ’Sholat 5 waktu, dugem jalan terus!”.<span style=""><br /></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><span style=""><br /></span><span style=""></span>Bila dulu langgar/mushola atau mesjid sebagai kegiatan mereka dalam melakukan ritual baca Al Quran atau pun mendengarkan ceramah Ustadz, kini di gantikan oleh kegiatan jalan-jalan ke Mall, nongkrong, nonton bioskop, ataupun dugem. <span style=""> </span>Kegiatan ciuman, pegang-pegangan dan hubungan badan yang dulunya tabu kini sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan anak muda.<span style=""> </span>Sebaliknya kegiatan seperti mengaji, sholat, mendengarkan ceramah ustadz malah menjadi sesuatu yang tabu di kalangan remaja.<span style=""> </span>Coba lihat, ada berapa banyak gadis di Indonesia (dari suku apapun) yang belum pernah berhubungan badan dengan kekasihnya?.<span style=""> </span>Jika begitu, makna dalam lirik SAS tersebut justru menjadi absurd bila di sesuaikan dengan konteks keindonesiaan sekarang ini. <span style=""> </span>Karena sudah hampir tidak ada lagi gadis-gadis Indonesia yang alim, ulet, jujur, rajin, hemat ataupun bersahaja tanpa terbawa arus zaman dan masih tetap keukeuh pada kultur aslinya.<span style=""> </span>Sama halnya dengan ’pelarian diri’ anak-anak muda dalam menemukan kembali identitasnya, mungkin SAS dalam lagunya ini hanya berusaha untuk mengembalikan karakter gadis indonesia secara tekstual dan strukturalis karena telah lelah melihat keedanan zaman, sekaligus promosi ’gadis Indonesia’ yang dalam konteks keindonesiaan saat ini tetap menjadi sebuah utopia.<span style=""> </span>Sampai kapankah kita berpikiran gadis dari daerah asal sendiri adalah yang terbaik?.<span style=""> </span>Sedangkan SAS walaupun dengan ’tangisan keputus asaannya’ akan realita masih bersuara lantang menawarkan keberagaman gadis dari berbagai suku dengan ’keberjuta ragaman’ karakter kontemporernya untuk ’di nikmati’ kaum adam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span><br /><i style=""><span style="" lang="SV">”...Wajahnya mempesona<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Gayanya menggemaskan<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Kau gadis Indonesia...”<o:p></o:p></span></i></p>Suara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6151688931052658953.post-58243657764218049192007-09-12T06:02:00.000-07:002007-09-12T06:03:46.805-07:00VISI eh ..RENCANA SAYA MENJABAT WALIKOTA SAWAHLUNTO ... JANGAN MERASA HERAN BRO..!<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;" lang="SV">Oleh : Ricky Rizky<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;" lang="SV"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;" lang="SV">Beberapa minggu lalu muncul sebuah tulisan mengenai pejabat di silungkang yang akan mencetuskan VISI SILUNGKANG 2020.<span style=""> </span>Sedikit terkejut juga melihat tulisan tersebut, karena baru kali ini kelihatannya ada yang sangat peduli dengan VISI SILUNGKANG.<span style=""> </span>Hanya saja yang sangat di sayangkan sekali, saya tidak tahu, apakah ini hanya sebuah ide, khayalan, atau pemikiran tiba-tiba yang akhirnya akan tetap di berada awang-awang.<span style=""> </span>Satu hal yang sangat ingin saya tanyakan, seorang pejabat dalam menduduki kursi jabatannya, tentu ada batasannya.<span style=""> </span>Kini adalah tahun 2007, jika VISI untuk 2020 - maka 13 tahun lagi lah VISI itu akan tercapai dengan catatan pentingnya adalah;<span style=""> </span>Pejabatnya tetap atau pejabat pengganti tidak memunculkan VISI BARU lagi, yang mungkin VISI SILUNGKANG 2020 berbeda dengan pejabat sebelumnya.<span style=""> </span>Entah cetusan itu apakah termasuk dalam muatan politis atau hanya obrolan santai saja, hanya saja - siapa yang menjamin VISI tersebut tidak akan berubah?<span style=""> </span>dalam politik, setiap yang menduduki jabatan memiliki VISI PRIBADI.<span style=""> </span>Siapa yang bisa menjamin VISI pribadi tidak akan mempengaruhi VISI KEBERSAMAAN.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;" lang="SV">Saya mulai berpikir, hmm ... penting mana saat ini untuk SILUNGKANG?<span style=""> </span>VISI atau RENCANA?<span style=""> </span>Rencana tidaklah perlu sampai dengan tahun 2020, rencana cukup di pisahkan menjadi tiga term; Jangka Pendek, Jangka Menengah, dan Jangka Panjang.<span style=""> </span>Rencana bisa disesuaikan dan dikondisikan bagi pejabat yang sedang menduduki jabatannya.<span style=""> </span>dalam artian, Rencana Jangka Pendek bisa saja dibuat; minggu depan, bulan depan, dua bulan lagi.<span style=""> </span>Jangka menengah bisa juga dibuat 5 bulan ke depan, 6 , 7 ,<span style=""> </span>atau 8 bulan kedepan, sedangkan Jangka Panjang adalah suatu RENCANA yang harus terlaksana pada saat lengser keprabon.<span style=""> </span>Setiap rencana tentunya harus memiliki target sebagai perbandingan dalam melakukan penilaian suatu performansi atau pencapaiannya.<span style=""> </span>Apabila pencapaian hanya 10%, 20%, apakah dapat dibilang gagal?<span style=""> </span>belum tentu....jika rencana tersebut berjalan 90% berjalan, apakah bisa di bilang berhasil? belum tentu juga.<span style=""> </span>Satu hal yang harus di matangkan dalam rencana dan mencapai targetnya; komitmen dan disiplin.<span style=""> </span>Saya ambi suatu contoh yang sangat mudah sekali.<span style=""> </span>Saya memiliki rencana untuk memiliki sebuah RUMAH IDAMAN yang bertingkat dan tanahnya 1000 meter persegi.<span style=""> </span>Dalam pencapaian rencana saya, tentunya saya memiliki langkah-langkah dalam hal; pengumpulan dana, pencarian rumah yang cocok, dan juga pencarian KPR yang cocok juga yang saya lebih senang saya sebut dengan STAGES.<span style=""> </span>Jika akhirnya saya dapat membeli rumah, ternyata tidak tingkat, tanah hanya 200 meter persegi apakah rencana saya gagal?.<span style=""> </span><span style=""> </span>hmmm belum tentu.<span style=""> </span>Toh target saya membeli rumah tercapai.<span style=""> </span>Atau kondisi, dimana saya akhirnya bisa mendapatkan rumah seperti yang saya impikan dan hebatnya saya bisa bayarkan tanpa KPR, tetapi Hard Cash.<span style=""> </span>Hmmm apakah saya berhasil? lah bagaimana saya bisa dapatkan uang tersebut?<span style=""> </span>Hutang di rentenir , korupsi, nyolong, dll.<span style=""> </span>Jika hutang, memang tujuan rumah tersebut sudah berhasil, hanya saja cara yang saya lakukan TIDAK sesuai dengan STAGE saya atau cara yang baik.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;" lang="SV">Seandainya saya menjadi walikota sawalunto yang memiliki kekuasaan, saya akan jadikan Silungkang menjadi KOTA PELAJAR.<span style=""> </span>Nah loh .. pada bingung kan?pada capek deh yang udah berbusa berbicara tentang pemasaran songket, pada capek yang berbicara VISI, pada capek yang berpantun-pantun ria, dan pada capek yang berkonsep ria selama ini.<span style=""> </span>Belum pernah terpikirkan kan?<span style=""> </span>Kenapa tidak terpikir?<span style=""> </span>memang tidak pernah ada IDE kalau Silungkang bisa DIJADIKAN KOTA PELAJAR?<span style=""> </span>Rencana jangka pendek adalah menggratiskan biaya TK, SD, SMP, dan SMA dan memberikan intensif kepada guru, rencana jangka menengah pendirian UNIVERSITAS NAGARI SILUNGKANG, dengan jurusan;<span style=""> </span>pariwisata (D3), BISNIS (bukan jurusan manajemen), Teknik Mesin, dan SASTRA & BUDAYA.<span style=""> </span>Rencana jangka panjang, UNIVERSITAS NAGARI SILUNGKANG - GRATIS -<span style=""> </span>warga silungkang 0% yang memiliki pendidikan sampai dengan SMA.<span style=""> </span>Nah, gila kan?<span style=""> </span>emang harus ide-ide gila yang bisa memajukan Silungkang.<span style=""> </span>Apa kita tidak capek berhadapan dengan para pembuat songket yang di minta fotonya saja susah, apa kita tidak capek menghadapi para dominoers, apa tidak capek berdebat dengan orang yang hanya suka berkonsep ria yang akan selalu membuat kita jalan ditempat.<span style=""> </span>Lalu gimana perkembangan songket, pariwisata, dan lain-lain di Silungkang?<span style=""> </span>nah silahkan, itu akan menjadi tugas pejabat walikota selanjutnya setelah saya, yang jelas masa jabatan saya adalah masa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.<span style=""> </span>Silahkan walikota selanjutnya jika mau mengembangkan, mudah mudaham SDM sudah terbentuk dengan rapi dan baik, mudah-mudahan tidak ada lagi rumah yang lapuk karena ditinggal pemiliknya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;" lang="SV">Yang jelas TUJUAN UTAMA adalah menjadikan SILUNGKANG KOTA PELAJAR.<span style=""> </span>Silahkan, nanti akan berkembang usaha kos-kosan, pasar akan ramai yang jualan mie instan, sewa komputer, fotokopi, ATK, dll.<span style=""> </span>Lalu bagaimana orang yang masih ada korupsi?<span style=""> </span>ah cuekin saja .. yang jelas RENCANA BERJALAN, kita mau lari, kalau masih ada yang mau jalan kaki atau mau jalan mundur , mendingan di tinggalkan saja.<span style=""> </span>Tidak usah karena beberapa orang yang maunya jalan ditempat terus semua akan ketinggalan.<span style=""> </span>Cuekin saja ... dia hanya akan punya dua pilihan; ikut berlari atau PINDAH. Rencana ini akan lebih dimatangkan lagi dengan stages-stages yang lebih konkrit dan lebih mengena yang tidak asal OMDO alias omong doang.<span style=""> </span>Terus bagaimana dong dengan para orang silungkang yang di Jakarta, mereka pada tidak setuju .. ah saya kan walikota yang menjabat, lagian saya sudah punya rencana yang jelas.<span style=""> </span>Paling yang mau ngemplang-ngemplang yang gak diikutkan dalam program ini.<span style=""> </span>Nah itulah .. andai-andai saya jika saya sebagai WALIKOTA SAWAHLUNTO, kalau mau terlaksana ya pilih saya dengan berandai-andai kalau tidak mau terlaksana silahkan menikmati stagnasi yang sangat stabil dan selamat menikmati suatu kondisi kenikmatan yang semu. <span style=""> </span>Jadi bagi yang masih bingung mencari VISI SILUNGKANG 2020, silahkan anda memikirkan dahulu sampai ketemu yang cocok, nanti kalau sudah cocok jangan lupa; diketik, di print, di kasih pigura, dan di pasang di belakang bangku kerja atau di rumah.<span style=""> </span>Wah .. yakin pasti anda akan berhasil .... berhasil menjadi pemimpi VISI yang tidak akan pernah tercapai.<span style=""> </span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">HIDUP <st1:city st="on"><st1:place st="on">KOTA</st1:place></st1:City> PELAJAR.<o:p></o:p></span></p>Suara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6151688931052658953.post-69576942000282701712007-09-09T19:43:00.000-07:002007-09-09T23:39:06.248-07:00Renaissance<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Oleh : Rejak<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Ketika sudah terjadi ketidak-sepemahaman antara dua generasi, yakni generasi tua dan generasi muda, yang di karenakan adanya perbedaan budaya yang di sebabkan oleh berjalannya dimensi ruang dan waktu, itulah yang di namakan dengan <i style="">generation gap</i>.<span style=""> </span>Sebuah celah (<i style="">gap</i>) pada sebuah generasi, atau terpisahnya generasi yang satu dengan yang lain.<span style=""> </span>Ketika mereka para generasi tua tidak bisa atau bahkan mau mendengar apa yang di inginkan dan di pikirkan generasi muda, maka sudah saatnya para pemuda untuk memberanikan diri melepaskan diri dari kungkungan pengaruh generasi tua.<span style=""> </span>Inilah yang membuat generasi muda Silungkang (IGMS) pola pikirnya menjadi kaku dan terukur, sebagai warisan generasi tua.<span style=""> </span>Penciptaan <i style="">cyborg-cyborg</i> bernyawa yang di campur tangani oleh dedengkot-dedengkot Persatuan Keluarga Silungkang (PKS) seolah telah melumpuhkan rasa percaya diri mereka para pemuda dan pemudi sebagai generasi brilian.<span style=""> </span>Program-program statis IGMS yang selama ini berjalan juga di karenakan oleh kurangnya generasi tua dalam mendukung dan memberikan kepercayaan penuh <i style="">plus</i> kebebasan terhadap mereka.<span style=""><br /></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Para generasi tua menyebarkan racunnya yang berupa pemikiran tradisionil yang telah usang ke tiap-tiap isi kepala dan aliran darah para pemuda dan pemudi brilian tersebut serta membebani sayap-sayap kecil mereka dengan nama-nama yang semakin berat.<span style=""> </span>Sehingga mau tak mau, generasi muda Silungkang pada akhirnya menjadi generasi muda sebagai bentukan yang seperti mereka harapkan.<span style=""> </span>Menjadi seorang anak baik, penurut, menuntut ilmu melalui menelan teks-teks yang strukturalis mentah-mentah tanpa berani mengkritisinya, lalu bekerja (dalam konteks dagang, ataupun kemeja dan dasi), dan menjadi orang yang ’sukses’(?).<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Saat ini, kami generasi muda butuh pencerahan.<span style=""> </span>Pencerahan akan hidup yang sesungguhnya.<span style=""> </span>Pencerahan bak sepercik air yang membasahi kerongkongan kami yang kering kerontang.<span style=""> </span>Pencerahan yang datangnya bukan dari Silungkang.<span style=""> </span>Namun dari luar Silungkang.<span style=""> </span>Kami perlu membuka mata, telinga dan menghirup ’angin segar’ dari luar.<span style=""> </span>Sudah cukup udara pengap jengkol dan pete yang biasa kami hirup yang memenuhi tiap sudut ruang rapat.<span style=""> </span>Ajarkan kami cara untuk bergotong royong antar sesama manusia karena kami tak pernah di ajarkan untuk bekerja sama.<span style=""> </span>Ajarkan kepada kami untuk melihat dunia karena selama ini kami memandang dengan kacamata kuda.<span style=""> </span>Ajarkan kepada kami untuk saling menghargai karena selama ini kami selalu mementingkan diri sendiri.<span style=""> </span>Ajarkan kepada kami untuk berani karena selama ini kami di ajarkan untuk berdiam diri.<span style=""> </span>Ajarkan kepada kami untuk belajar karena selama ini kami bodoh.<span style=""> </span>Kepada siapa kami harus berguru?.<span style=""> </span>Kepada orang tertua dalam organisasi ini?.<span style=""> </span>Tidak!.<span style=""> </span>Kepada andhiko-andhiko bijak itu? Tidak sama sekali!.<span style=""> </span>Lalu kepada siapa?.<span style=""> </span>Jawablah, kawan!.<span style=""> </span>Yaitu ada pada dirimu sendiri ketika engkau berpikir dan pada pandangan berikut pendengaran ketika engkau melihat duniamu sendiri.<span style=""> </span>Karena itu, sudah saatnya kita semua harus mengucapkan selamat tinggal kepada generasi tua yang telah lama men<i style="">setting</i> kami menjadi <i style="">cyborg-cyborg</i>.<span style=""> </span>Yang dengan aturan-aturan tradisionilnya membuat kami buta terhadap zaman, dan menjadikan kami sebagai oportunis-oportunis kecil, alias para penjilat pantat orang-orang tua.<span style=""> </span>Yang membuat kami menjadi makhluk menyedihkan yang tak berdaya.<span style=""><br /></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><o:p></o:p>Biarlah mereka para orang tua berbincang dengan sesamanya di bawah purnama dengan menenggak anggur dan tertawa terbahak-bahak sambil membicarakan kejayaan purbanya.<span style=""> </span>Lalu kita pikirkan saja bagaimana caranya generasi muda dalam menciptakan terobosan-terobosan baru agar dapat berjalan hidup di tanah rantau ini.<span style=""> </span>Dan pikirkan bagaimana agar kita tidak ikut terjebak ke dalam pemikiran masa lalu yang telah di siapkan untuk kita. <span style=""> </span>Mari kita bangun sekat yang tinggi sekali di tengah jurang yang memang telah memisahkan antara kami dan mereka dengan lebar. Akan lebih baik kiranya<span style="font-style: italic;"> generation gap</span> ini terus di pertahankan.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Bila yang selama ini menjadi kendala generasi muda adalah permasalahan dana, maka sudah saatnya kita berhenti mengemis-ngemis meminta sponsor (uang) kepada orang-orang tua . Izin mendapatkan kucuran dana sponsor tak akan didapatkan ketika apa yang tengah di rencanakan tak sesuai dengan harapan si pemberi sponsor.<span style=""> </span>Perlunya sebuah semangat <i style="">Do It Yourself</i> (DIY) di kalangan anak-anak muda dalam menggalang dana untuk mengadakan program-program yang baru.<span style=""> </span>Karena dunia ini tidaklah sesempit gedung PKS (Persatuan Keluarga Silungkang).<span style=""> Bila yang menjadi permasalahan di antara generasi muda adalah perbedaan dalam hal yang berbau fisik, entah cara dandan, kebiasaan atau apapun itu dengan alasan tidak sesuai kultur Silungkang, maka sebaiknya pemikiran dan cara pandang yang membuat <span style="font-style: italic;">gap</span> antara generasi muda seperti itu secepatnya di hilangkan. Karena pada saat engkau berpikir seperti itu, secara tidak kau sadari, dirimu telah menjadi tua. Bisa jadi mereka yang berdandan atau bersikap 'antik' seperti itu malah lebih waras dan kritis ketimbang mereka yang sehari-harinya mengenakan kemeja dan dasi. Mereka hanya berusaha melebur ke dalam kultur di mana mereka kini berpijak.</span><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Memang sudah saatnya yang muda bergerak dan melepaskan diri dari kungkungan ke eksistensian generasi sebelumnya.<span style=""> </span>Lupakan bagaimana cara merubah paradigma generasi sebelumnya!. Karena bisa di bilang sia-sia dan tidak ada harapan lagi.<span style=""> </span>Daripada pusing-pusing merubah paradigma mereka, lebih baik kita yang membentengi diri sendiri agar tak teracuni oleh pikiran-pikiran usang mereka.<span style=""> </span>Selamat berjuang!.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p>Suara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6151688931052658953.post-3463507760111272572007-09-08T23:29:00.000-07:002007-09-09T00:22:40.000-07:00Maaf Anda Hanya Numpang<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><o:p><br /></o:p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Oleh : Dion Blues<br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Saya adalah seorang anak muda asal silungkang yang sangat minim pengetahuan mengenai selak-beluk silungkang, banyak hal di sekitar saya yang saya rasa sangat janggal dan berbentrokan dengan kata hati saya dan saya tidak tahu mengapa dan dari mana itu berasal, tetapi setelah saya mengikuti milist silungkang, saya sedikit mengetahui <span style=""> </span>penyebab mengenai kejanggalan pada hidup saya ( masalah perkawinan, masalah etika, dan masalah-masalah lain yg menurut saya tidak perlu dipermasalahkan). <span style=""> </span>Masuk dalam milist silungkang merupakan salah satu perjuangan <span style=""> </span>yg dapat saya lakukan, saya tidak mengetahui sebelumnya bahwa ada juga orang-orang yang menentang pemikiran-pemikiran kolot orang silungkang se-extreme saya, sampai pada suatu malam saya berbincang-bincang dengan rekan saya (Rejak), dan saya terkejut, ternyata dia juga menentang pemikiran-pemikiran tersebut, malah melebihi saya. Saya hidup di zaman saya, di <st1:city st="on">kota</st1:city> <st1:city st="on"><st1:place st="on">Jakarta</st1:place></st1:city> di mana semua kebudayaan dari berbagai penjuru dunia berkumpul. Saya tumbuh tanpa ada rasa nasionalisme yang kuat, saya tumbuh tanpa mengenal kebudayaan saya, saya tumbuh dengan berbagai macam serangan dari barat, saya tumbuh di suatu wadah yang sangat liberal, dan semua anak muda yang hidup pada zaman sekarang mengalami hal itu.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p><br />Saya mencoba beradaptasi dengan zaman saya, saya memberikan toleransi pada zaman saya, itu sebabnya mengapa saya bisa bertahan pada zaman saya, walaupun saya mencoba tidak mengikuti semua yang zaman tuntut, mereka (orang kolot asal silungkang) memang memiliki sejarah yang hebat pada zaman mereka, dan bila mereka bercerita tentang kehebatan masa lampau, bisa 1324321323 hari itu pun belum selesai, tapi sekarang yang bisa mereka banggakan hanyalah masa lalu, mereka terlalu terbuai oleh masa lalu mereka yang hebat, sekarang sebagian dari pemikiran mereka hanyalah garam yang sudah tidak asin lagi, kenapa? Karena mereka hidup di zaman kita tanpa bisa bertoleransi dan beradaptasi, mereka mencoba menerapkan pemikiran-pemikiran mereka kepada kita, yang tentu saja bila kita tidak saring maka kita akan konyol, tidak semua pemikiran-pemikiran mereka jelek, tetapi ada beberapa hal yang menurut saya sudah sangat kolot dan bila kita ikuti maka kita akan menjadi orang yang sangat konyol seperti : menganggap silungkang ras yang terhebat, maka dari itu pernikahan sangat dipaksakan harus satu ras, membawa nama besar orang tua dan kampong zzzzzzzz DLL.</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Saya rasa kita hidup di zaman yang liberal dan sangat dinamis, bila kita masih menerapkan pemikiran-pemikiran seperti itu maka hanya<span style=""> </span>membunuh diri kita, memang tugas kita mengharumkan nama baik orang tua kita, tetapi coba lihat kalau segala sesuatu hal yang kita lakukan selalu di sangkut-pautkan dengan nama baik orang tua kita, pembunuhan kreatifitas bisa terjadi bahkan pembunuhan karakter diri sangat dapat terjadi, kita hidup bukan menjadi diri kita sendiri, kata hati selalu di nomer duakan, image menjadi tuhan kita, dan anak muda silungkang menjadi anak zaman yang dijajah di zamannya, kita hidup di zaman kita, mereka hidup di zaman kita, siapa yang lebih mengenal zaman kita?? Ya sangat jelas kita lebih mengenal zaman kita dibandingkan dengan orang tua kita, mereka selalu saja menganggap cara yang mereka lakukan di masa lalu sangat berhasil dan mencoba menerapkannya kepada kita, tetapi ingat setiap zaman mempunyai caranya masing-masing, kita harus menemukan cara kita sendiri, jadilah raja di zaman kita sendiri. <span style="" lang="SV">Orang tua ingin kita berhasil dan tidak menghendaki kita gagal, maka dari itu kita di setting untuk menjadi robot yang tidak pernah salah. <span style=""> </span>Tapi ingat!. Butuh sebuah kegagalan untuk mencapai puncak yang tertinggi , mereka tidak tahu apa-apa mengenai zaman kita, karena mereka hanya menumpang di zaman kita,<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><o:p> </o:p><br /><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p>Suara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6151688931052658953.post-29695431037263061152007-09-07T03:29:00.000-07:002007-09-07T03:52:47.835-07:00HIDDEN AGENDA "TIM REBEL"<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" >Oleh : Ricky Rizky<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" ><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" >Nama rebel team mulai dikenal dikalangan miliser silungkang dan kini mungkin sudah semakin semerbak dikalangan luar miliser, baik di daerah rantaunya maupun di asal, Silungkang. Tak ada yang pernah tahu, kapan rebel team ini muncul. Istilah rebel dimunculkan pertama kali di milis dan yang akhirnya ditanggap positif oleh beberapa miliser lain. Apa tujuan rebel team? apa hidden agenda mereka sebenarnya? bagaimana bisa muncul rebel team?</span><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><br /></span><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" >Sebelum menginjak kepada pertanyaan diatas ada baiknya dituliskan beberapa artileri yang di miliki oleh rebel team. Kekuatan rebel team yang terutama adalah, mental anti kekolotan silungkangnya. Di sini rebel team akan menyuarakan semua pendapatnya dengan tidak akan pernah gentar dengan adanya pertanyaan-pertanyaan klasik di kalangan silungkangers; siapa bapaknya? siapa emaknya? mana kampungnya? siapa moyangnya? dan seterusnya. Pertanyaan-pertanyaan diatas, tentunya pertanyaan yang akan selalu menyudutkan orang silungkang pada umumnya untuk tidak berlaku macam-macam. Memang ada segi positif yang kuat disini. Pada saat seorang berlaku maksiat dan melanggar hukum, tentunya keluargalah yang akan menerima secara langsung hukum masyarakat. Seorang ulama pernah mengatakan kepada saya, disaat hukum masyarakat melebihi hukuman Tuhan, maka di saat itulah masyarakat tersebut tak lebih buruk dari yahudi. </span><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" ><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" >Dalam suatu kasus yang sederhana dalam hukum masyarakat yang marak, adalah pernikahan sesama kampung. Pernikahan ini seolah dianggap sebagai pernikahan yang sedarah. Yang seharusnya dalam hukum agama tidak menjadi masalah, ternyata manusia memiliki persepsi<br />yang jauh berbeda. Hukum masyarakatpun akan muncul, dikucilkannya kedua pasangan, tak ayal lagi dikucilkannya keluarga kedua pasangan Entah, apakah benar saya pernah membaca suatu hadis, bahwa siapa yang memutuskan silaturahmi lebih dari tiga hari, maka .... (maaf<br />lupa terusannya. Dalam hal ini, siapa yang memutuskan silaturahmi? siapa yang sebenarnya ingin silaturahmi berlanjut. Jubah kebanggan akan nama besar, jabatan yang disandang, ketokohannya, kadang membuat buta setiap individu orang untuk akan ikut dimana suara terbanyak mendukung. Dan, itu terjadi. Sampai kapan masyarakat akan menerima? </span><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span><br /><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" >Hal kedua adalah pernikahan keluar silungkang. Dalam sejarahnya, seorang penulis dalam tabloid Suara Silungkang mengatakan sejarah mengapa pernikahan keluar silungkang ini tidak diperbolehkan untuk kaum wanita, bukan kaum laki-laki. Ketua Adat Nagari (KAN) merasa ada ketakutan adanya rahasia Nagari yang akan bocor ke orang di luar Nagari. Rahasia apakah yang ditakutkan? Saya seolah teringat akan pernikahan yang cukup membuat seluruh dunia menjadi terepesona. Pernikahan Pangeran Charles dan Lady diana. Lady diana adalah seorang guru yang merupakan masyarakat biasa yang membuat sang Pangerang mabuk kepayang akan kecantikan dan keluhurannya. Tentunya hal inilah yang akhirnya memutuskan Pangeran Charles untuk memilihnya. Satu hal yang menjadi momok di kerajaan Inggris adalah dua pasangan dengan status sosial dan status darah yang berbeda. Tak ayal, pernikahan itupun tak lama isa dipertahankan, walaupun dua orang anak telah lahir dari rahim seorang lady diana (almarhumah). Kini Pangeran charles memilih untuk menikahi wanita yang memiliki kedudukan sosial serta status darah yang sama dengannya. Apakah ketakutan semacam inikah yang dulunya juga terjadi? wah entah juga saya tidak akan pernah bisa menilai suatu pemikiran personal seseorang.</span><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span><br /><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" >Dua kasus diatas, sebenarnya hanyalah hal kecil yang bersifat sering muncul dan selalu menjadi perhatian di warga silungkang. Seseorang di milis pernah mencetuskan bahwa hal tersebut, yaitu ADAT/BUDAYA harus di rubah! Wow, sangat ekstrem sekali menurut saya, mau melakukan perubahan ADAT/BUDAYA yang sudah terbentuk lam sekali. Penimpalan cetusan itu sangat mudah, saya tuliskan; "Mudah merubah mana, pemikiran sesorang atau ADAT/BUDAYA?" sayang hal ini tidak pernah dilanjutkan diskusinya. Nah disinilah titik tolak tujuan dari rebel team<br />MERUBAH POLA PIKIR SILUNGKANGERS. Pola pikir? yah suatu pola pikir yang di bawa dengan memboyong alasan ADAT & BUDAYA dulu untuk bisa diterapkan di saat ini. Seorang penulis mengenai silungkang dalam satu artikelnya mengatakan; Ternyata ADAT & BUDAYA mengenal WAKTU & RUANG. Sangat tepat sekali yang dikatakannya. </span><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><br /></span><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" >Mari kita liat kasus-perkasus yang rebel team pernah lakukan dari dalam; </span><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" >Kasus : <span style="font-weight: bold;">SONGKET & NON ORSIL</span><br />---------------------------------<br />Hidden Agenda : <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">MISS THE CHANCE, CHANGE ATTITUDE , ACTION TO SELL , GRAB OTHERS FOR PROMOTION & SELLING</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" >Songket silungkang, hal yang sangat mengecewakan sekali dari diskusi ini adalah, action tidak dilanjutkan dan tidak ada kepastian. Pertemuan acara SAWAJUAI yang dilakukan di gedung PKS, seingat saya Tahun 2005. Seorang pejabat silungkang, berdiskusi dengan tokoh sawahjuai, Tokoh ini yang saya kenal adalah seorang yang tidak suka berkutet di konsep ria, tanpa menunggu bagaimana caranya, ditelponlah salah satu kemenakan yang kebetulan, istri kemenakannya adalah NON SILUNGKANG alias bukan orang Silungkang asli. Sang kemenakan & istrinya yang sudah berada jauh dari tempat diskusi kedua tokoh, dengan rasa tanggung jawabnya kembali menuju tempat menghadapai kemacetan dan jarak tempuh yang cukup jauh.<br />Sang istri yang non silungkang, ternyata orang tuanya telah lama ingin memasarkan songket silungkang di koperasi-koperasi di departemen pemerintahan yang ada,<span style=""> </span>tentulah kesempatan ini ditangkapnya dengan tanggap. Setelah bertemu dan mereka semua berdiskusi, hasil diskusi sudah jelas, bahwa pemasaran sudah tinggal jalan saja, karena pasar sudah terbentang dan sangat mudah untuk masuk tinggal masalah supply songket dari Silungkangnya sendiri.<br />Karena sang pejabat harus kembali ke asal, maka ditunggulah konfirmasi supply dari pihak sang pejabat yang menurut beliau sangat concetn sekali dengan pemasaran songket. Namun, sehari, dua hari, seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan, sampai sekarang tidak pernah ada kabar dari sang pejabat mengenai supply songket ke Jakarta. Sang kemenakan dan istrinyapun menunggu dan tetap menunggu sampai titik dimana mereka berasumsi bahwa, ini tidak akan terlaksana.<br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" >Sayang sekali, kesempatan yang terbuka lebar telah hilang. Kesemptan emas telah hilang, dan diskusi tentang songket di milis masih berlanjut terus, terus...dan terus... namun tak pernah menyangka jika sudah ada kesempatan memasarkan songket secara nasional dan kemungkinan export pernah ditinggalkan begitu saja. Kemudian terpikirlah saya, setelah seorang miliser mengatakan tentang buku songket - bahwa untuk membuat buku tersebut, mengambil gambarnya saja sangat pelit alias sulit. Wah, apa mungkin ini yang menjadi penghambat selama ini? Disini kami lihat: ada kesempatan yang hilang dikarenakan attitude yang tidak suka action, sedangkan kita lihat di sini bahwa ternyata NON ORSIL juga memiliki potensi untuk membantu atau menjadi network yang sangat bagus.</span><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" >Kasus : <span style="font-weight: bold;">PILKETUM PKS</span><br />-----------------------------<br />Hidden Agenda : <span style="font-weight: bold;">Change Generation, Block other Hidden Agenda</span>, </span><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span><br /><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" >Pilketum PKS, perjuangan ini dimulai pada saat hari H pemilihan ketua PKS (Persatuan Keluarga SIlungkang). Terus terang, secara personal saya tidak pernah tertarik untuk pernah ikutan pemilihan ini. Kemudian satu hari mendekati hari H, beberapa telepon masuk ke HP saya, meminta saya untuk bisa ikutan dalam PILKETUM PKS, saya tanya lah ngapain saya ikutan? saya sih tidak tertarik untuk pernah ikut - apalagi setelah tahu kalau salah satu peserta pemilihan adalah andhiko dan saya yakin bahwa nantinya ketua memang sudah ada nama bermunculan seperti; SM dan FiB. Bagi saya mereka tidak bermasalah, karena mereka telah bisa mewakili generasi penerus Silungkang. Tak lama kemudian satu telepon lagi masuk ke HP dan menjelaskan bahwa ada hidden agenda dari pihak lain yang sudah terbaca. Hidden agenda tersebut untuk memilih ketua PKS dari generasi pertama dan terus terang sang calon tersebut sebenarnya hanya sebagai *tumbal* saja nantinya di PKS. Sangat kenal sekali dengan sang calon dari generasi pertama ini,<span style=""> </span>apalagi sempat bersama sang calon umroh dalam satu kelompok dan satu kamar, jadi saya sudah tahu bahwa sang calon ini tidak ada ambisi untuk hal hal seperti ini. Namun, ternyata beliau ini bersedia menjadi calon ketua PKS - dikarenakan ada bisikan-bisikan dari pihak lain dan ternyata KABINET bayangan pun telah terbentuk dengan rapi dengan total pengurus bayangan adalah 42 orang. Wow, di sini sedikit tercium ada hidden agenda pihak lain yang ingin memanfaatkan situasi ini dengan memanfaatkan orang yang seharusnya cocok menjadi penasehat karena memang kesabarannya. Kemudian saya coba meminta bahan-bahan yang akan didiskusikan sewaktu pemilihan.<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" ><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" >Hmmmm... ternyata entah siapa yang menyusun rapi tersebut bahan-bahan dan aturan sidang. Namun yang jelas, AD/ART dan aturan sidang tidak sinkron. Di Hari H nya saya hadir dan saya mendekat kepada seorang yang bisa saya percaya sekali untuk mengatur apa yang akan disampaikan. Terkejut juga, ternyata bukan hanya satu , dua orang saja yang sudah mengetahui hidden agenda pihak lain ini, sudah cukup banyak dan semuanya TIDAK SETUJU alias ingin pemilihan dibuat secara pemilihan langsung. KArena dalam kehadiran tersebut hadirlah pemuda-pemuda yang patut di pertimbangkan untuk duduk di PKS dan cukup potensial. Kemudian, seolah bagaikan fronliner saya akan coba dahulu untuk mendobrak hal ini untuk memutuskan hidden agenda yang sidah terbentuk disini. Terjadilah perdebatan yang cukup sengit sekali dan terus terang disitulah saya baru paham, siapa yang telah melakukan setting hidden agenda. Lebih terkejut sekali, ketika saat perdebatan terjadi, beberapa orang yang saya cukup kenal yang mendukung dengan sistem pemilihan langsung ini langsung diam seribu basa dan tidak berani memberikan saran atau buah pikirnya. Kenapa?? wah ... sangat-sangat mengecewakan sekali. Ternyata mereka memilih tetap untuk menjadi SAFETY PLAYER dalam acara ini. Biarpun, hidden agenda yang sudah terbentuk itu menang, saya yakin bahwa nantinya ini pasti akan terbuka. Seseorang pernah mengatakan, bahwa di periode PKS sebelumnya, sempat muncul wacana SUKSESI dari tim tersebut untuk menggulingkan ketua PKS yang sedang menjabat. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" ><o:p> </o:p><br /><span style=""></span>Wow .. SUKSESI...<br />sangat menarik sekali. Dan ketika perdebatan di milis muncul, baru terlihatlah, siapa yang merencanakan SUKSESI tersebut. Meskipun suksesi yang lalu GAGAL, namun tentunya agenda ini akan dibawa di pengurusan PKS selnjutnya. Saya hanya bisa berpesan, be carefull PKS, be carefull pak ketua dan bantulah anggota lainnya - karena pada saat ini terjadi maka penyesalan saja yang akan ada. Kepentingan segelintir orang saja bisa merugikan yang lainnya. Rebel team melancarkan serangan-serangannya selama di milis, untuk lebih membuka lagi - siapa saja dari mereka yang berkongkalikong dan akhirnya, tercatatlah dalam buku analisa rebel tim. Terima kasih atas milis silungkang ini semoga jika semua membuka mata dan membuka telinga dan membaca isi lebih teliti, tentunya anda akan mudah membacanya. Lebih baik rebel team menyerang saat ini untuk melakukan strategi dalam penghentian kelompok tersebut untuk saat ini diam dahulu paling tidak, sampai PKS berjalan mulus dalam perjalanannya dan tidak ada yang terganggu dan merasa dirugikan. Walaupun eksekusi dianggap sangat menarik perhatian publik, semoga ini juga bisa menarik perhatian *mereka*. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span><br /><span style=";font-family:Tahoma;font-size:10;" lang="SV" >Sementara -- itu sajalah yang bisa diberikan hidden agend yang saat ini membuat penasaran bagi mereka semua. Positif / negatif yah terserah bagi mereka yang ingin menilainya. Karena<br />dalam setiap perdebatan pasti akan ada yang merasa kalah dan pasti ada yang merasa menang. Tapi kembali lagi satu hal yang saya senang dengan istilahnya KALAH UNTUK MENANG, BERTAHAN UNTUK PATAH. Terima kasih para informan rebel team. Kami tetap menunggu informasi-informasi selanjutnya. Beberapa kasus yang kami belum sampaikan, <o:p></o:p>hidden agenda IGMS dan SLIWAR SLIWER SMS. Selamat berpikir.</span><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p>Suara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6151688931052658953.post-10647168793990612092007-09-05T09:21:00.000-07:002007-09-09T10:44:14.606-07:00Memajukan Silungkang Dengan Paradigma<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Oleh : Rejak<br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Membawa suatu suku ke dalam sebuah peradaban baru agar tidak sekedar menjadi pameran miniatur di museum adalah bukan tugas yang mudah bagi para urang awak sekalian.<span style=""> </span><span style="" lang="SV">Di perlukan suatu keberanian dalam berpikir dan melakukan terobosan-terobosan baru.<span style=""> </span>Di sinilah tanggung jawab kita para pemuda yang mengaku dirinya cinta akan Silungkang dalam berperan membawa suku tercinta kita ke abad milenium ini ke dalam kemajuan.<span style=""> </span>Sama halnya seperti bagaimana masuknya agama Islam ke tanah Jawa yang di bawa oleh walisongo, yakni dengan metode yang bagus, yakni secara kultural.<span style=""> </span>Sunan Bonang menyebarkan Islam melalui kesenian-kesenian Jawa seperti Gending, lalu menciptakan lagu ’Tombo Ati’.<span style=""> </span>Sunan Kalijogo menciptakan tembang ’Baju Takwa’ yang lebih di kenal sebagai ’Lir Ilir’ di mana musiknya tidak tercium arab-arabnya sama sekali, lalu beliau juga berdakwah lewat pertunjukkan wayang.<span style=""> </span>Para wali tersebut menyadari bahwa untuk menyebarkan agama Islam hingga bisa di terima sampai ke seluruh Jawa perlu melakukan pendekatan kultural.<span style=""> </span>Seandainya para wali keukeuh membawa Islam dalam wadah arabismenya, maka bisa di pastikan masyarakat Jawa saat itu malah antipati terhadap budaya asing yang tiba-tiba datang tersebut.<span style=""> </span>Penyebaran Islam melalui metode kultural itu akhirnya berhasil di lakukan selain memang Islam sendiri memiliki daya tarik dari segi kemudahan dalam masuk ke dalamnya dan tidak adanya sistem pengkastaan di dalam Islam.<span style=""> </span>Alhasil penduduk jawa sebagian besar pun memeluk agama Islam dalam jangka waktu bertahap.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Yang bisa di pelajari dari kasus di atas adalah, bagaimana para wali tersebut membawa suatu ideologi yang identik dengan kearaban, lalu melepaskan kultur-kultur kearaban itu dari ideologi tersebut dan menyebarkannya ke tanah Jawa dengan cara menyesuaikan kultur setempat.<span style=""> </span>Jadi, seakan-akan mereka tidak sekedar memindahkan karung berisi bibit ke Jawa, tetapi juga menyebarkan bibit-bibit tersebut ke seluruh tanah Jawa.<span style=""> </span>Tentunya hal ini lebih efektif ketimbang tidak melakukan apa-apa pada sekarung bibit yang telah berpindah tempat tersebut.<span style=""> </span>Walaupun para wali itu hidup ratusan tahun lalu dari zaman kita saat ini, namun pemikirannya mampu melampaui zamannya sendiri bahkan zaman kita hidup saat ini.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Kita pemuda Silungkang pun bisa mengambil pelajaran dan bahkan mengembangkan metode kultural seperti yang di terapkan oleh para wali itu.<span style=""> </span>Bila yang selama ini di lihat, PKS di Jakarta ini tak lebih dari sekarung bibit yang hanya di pindahkan saja ke daerah baru, tetapi isi karung tersebut tidak di tebar ke seluruh penjuru tanah agar tumbuh pepohonan ataupun sayur-sayuran.<span style=""> </span>Entah sayang atau tidak berani, namun yang jelas inilah yang terjadi bila bibit-bibit tersebut di biarkan dalam karung terus-menerus.<span style=""> </span>Tiada kegiatan selain berkelahi sendiri lantaran mendebatkan hal-hal sepele di sebuah gedung kebanggaan PKS yang tak ubahnya adalah simbolisasi <i style="">chauvunisme</i>, anti sosial, dan kekolotan.<span style=""> </span>Silungkang seharusnya bagaikan agama Islam yang ’universal’, dalam arti : Islam yang di sebarkan oleh Walisongo.<span style=""> </span>Mampu melebur ke dalam kultur-kultur, tentunya juga tanpa kehilangan substansi kesilungkangannya itu.<span style=""> </span>Contoh lainnya lihatlah bagaimana bangsa Yahudi bisa maju seperti saat ini.<span style=""> </span>Mereka mau tidak mau berpencar ke berbagai daerah dan ikut melebur ke dalam kulturnya hingga bisa seperti saat ini.<span style=""> </span>Konon sebagian besar yang duduk di pemerintahan Amerika adalah orang-orang Yahudi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Tetapi mengapa orang-orang Silungkang ini tidak mau melihat apa yang terjadi di sekitar mereka?.<span style=""> </span>Mereka lebih sibuk berteori dan terus berteori tanpa kenal lelah, malahan ada yang pernah menantang untuk mengadu konsep segala.<span style=""> </span>Mereka memandang remeh generasi-generasi mudanya yang dijamin 100% lebih tahu akan problem sosial yang terjadi di zaman sekarang ini ketimbang para orang tua itu. Pemikiran-pemikiran usang yang tradisionil masih di anut oleh sebagian besar warganya yang tinggal di Jakarta.<span style=""> </span>Sebagai contoh, yang sempat menjadi perdebatan adalah acara anak-anak muda Silungkang, yakni lomba PS2 harus di hentikan karena ada acara orang-orang tuanya, yakni KIM dan GAMAD.<span style=""> </span>Di sini seolah masih menandakan orang tua masih belum bisa menerima kultur anak muda zaman sekarang. <o:p></o:p> PS2 yang merupakan wujud evolusi budaya permainan, di mana pada masa orang-orang tua kita dulu belum ada permainan yang semacam ini.<span style=""> </span>Inilah mengapa orang-orang tua Silungkang di katakan terlalu kaku pemikirannya, karena di anggap tidak menghargai kegiatan anak-anak mudanya.<span style=""> </span>Mereka setiap harinya berdiskusi bagaimana memajukan Silungkang namun rupanya mereka berdiskusinya sambil bermain gaplek alias hanya di mulut saja tanpa adanya implementasi. Ujung-ujungnya pun hanya promosi buku songket Silungkang saja tanpa tahu harus diapakan lagi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p><br /></o:p>Sebenarnya bila ingin memajukan Silungkang caranya sangat mudah.<span style=""> </span>Pada dasarnya yang harus di rubah terlebih dahulu adalah pemikirannya.<span style=""> </span>Sebab secanggih apapun teknologi yang di gunakan, tetapi bila penggunanya sendiri masih terbelakang ya sama saja bohong. <span style=""> </span>Dengan metode pemikiran Walisongo yang melampau zaman bukan tidak mungkin Silungkang ini tidak sekedar mengeram di satu tempat saja, tetapi mampu melebur dan menjadi satu dengan Indonesia tanpa kehilangan kesilungkangannya itu sendiri.<span style=""> Lihatlah dengan mata kepala sendiri akan tradisi di tempat anda bernaung saat ini. Anda kini tengah terpisah jauh ribuah kilometer dari kampung halaman anda. Leburkan diri dalam tradisi di tempat anda berdiri dan jadilah Silungkang yang baru. </span>Ini merupakan tanggung jawab para pemuda Silungkang, karena terus terang saja, kecil kemungkinan terjadi membawa kemajuan Silungkang bila menyerahkannya kepada para orang tua yang tidak mau melihat keadaan sekitar.<span style=""> </span>Perubahan selalu ada di tangan para pemuda.<span style=""> </span>Sebelum kita menjadi tua dan ikut-ikutan menjadi kolot, mari kita rubah segala pola pikir paksaan hasil racikan orang-orang tua yang tradisionil dan yang mulai tidak rasional lagi.<span style=""> </span>Karena sesungguhnya pemikiran-pemikiran yang sudah tidak relevan dengan zaman lagi bisa menjadi racun yang mematikan kreatifitas kita sebagai pemuda. Jadilah dirimu sendiri!.<o:p></o:p></span></p>Suara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6151688931052658953.post-56992267362058267562007-09-05T02:45:00.000-07:002007-09-05T02:47:15.564-07:00BUBUR CAKWE, KECAP, KACANG UNTUKMU PILKETUM PKS (Pers. Keluarga.SIlungkang)<div align="justify"><span style="font-family:tahoma,arial,helvetica,sans-serif;font-size:85%;">Oleh : Ricky Rizky<br /><br />Minggu, 12 Agustus 2007, saya hadir dalam acara pemilihan ketua umum organisasi warga silungkang di Jakarta. Menarik sekali, karena ini baru pertama kalinya saya ikut karena memang ingin tahu apa sebenarnya yang dilakukan para senior-senior dalam melakukan pemilihan.<br />Tentunya, bukan tak berdasar untuk bisa hadir di sana. Memperhatikan akan adanya pasal tentang Hak dan Kwajiban Anggota di AD/ART yang berlaku(tepatnya ART Pasal 5 Ayat 2), saya merasa bahwa wajib seharusnya para anggota (yaitu warga silungkang yang di Jakarta dan sekitarnya)untuk hadir dalam acara tersebut. Karena hanya di Rapat Anggota inilah para warga akan menentukan siapa pemimpin yang di pilihnyayang dianggap bisa membawa organisasi sosial ini menjadi organisasi yang mengayomi seluruh warga silungkang di Jakarta.<br /><br />Seorang sesepuh menyatakan pendapatnya, bahwa beliau merupakan generasi pertama, dan saat ini warga silungkang di Jakarta sudahmencapai Generasi yang ketiga. Disini beliau memberikan sarannya, mau di bawa kemanakah organisasi ini dengan melihat jumlahgenerasi yang ada? Generasi kedua adalah mereka yang berumur 40 an ke atas, Generasi ketiga adalah generasi yang saat ini menjadipemuda, remaja, dan anak-anak. Suatu masukan yang sangat bagus sekali, di sini seharusnya warga bisa membaca maksud yang adadi dalam benak sesepuh ini. Kalau saya berasumsu, tentunya sang sesepuh ini menyampaikan ke warga, bawah kini generasi keduadan ketiga inilah yang seharusnya sudah mulai berkecimpung dalam hal organisasi warga. Jika benar ini yang di maksud sang sesepuh- COCOK bagi saya akan pemikiran dia.<br /><br />Tapi sayang, yah ... banyak bisik-bisik diantara para sesepuh yang lain, bahwa untuk organisasi ini, memang Ketua maunya mereka tetap ada di generasi pertama dan generasi kedua atau ketiga hanya sebagai pendamping. Wuih .. menarik sekali, karena memang ini salah satupemikiran yang sudah sangat kuno yang mulai ditinggalkan para organisatoris baik di politik maupun di perusahaan . Entah apapemikiran pembisik di belakang saya, apakah dia takut Generasi Pertama tidak di HORMATI lagi? atau takut GENERASI PERTAMA perannya ditinggalkan?atau dia takut generasi pertama dianggap keluar dari peran sertanya di organisasi. Yah, tentunya sebagai seorang organisatoris kita harus selalu berpikiran positif, saya anggap saya mereka ini tetap ingin berperan serta dalam memberikan kontribusinyadi organisasi.<br /><br />Namun, tak lama kemudian, terjadi lagi hal yang sangat menarik sekali. Dalam melakukan pemilihan ketua umum, peraturan rapat<br />anggota dalam sesi tersebut di buat sangat berbeda dengan AD/ART yang ada, nah loh? Suatu aturan organisasi yang seharusnya<br />disepakati sebagai RULE OF THE GAME, seolah dibuat sudah lagi tidak berlaku atau dianggap memiliki arti yang berbeda? wow... nahhal inilah yang sedikit harus di luruskan. Dengan berbekal mempelajari AD/ART yang ada dan membawa buku AD/ART yang berlaku, tentunya saya harus berbicara untuk meluruskan suatu kekeliruan yang terjadi. Kebetulan sekali para supporter juga sepakat dengan apa yang saya sampaikan. Tapi sayang sekali, usulan tersebut harus patah ditangan pimpinan rapat hanya dikarenakan MENGIKUTI KEBIASAAN yang pernah di lakukan. He he he he, inilah yang saya baca dalam organisasi ini. Ternyata organisasi yang sudah cukup lama berdiri dan pernah di pimpin oleh para pemikir-pemikir aktif (tapi entah akan aktif juga dalam pelaksanaan?), ternyata organisasi ini tak lebih dari suatu "pajangan", tak lebih hanya suatu pajangan dalam suatu wadah warga keseluruhan.<br /><br />Senioritas dan Rasa sungkan yang tinggi sangat di junjung dalam organisasi ini. Rasa senioritas dan rasa sungkan dngan senioritas harus mengalahkansuatu ketentuan dasar yang seharusnya diikuti organisasi. Satu saja pemikiran di benak saya, bahwa organisasi ini mengayomi seluruh warga silungkang yang di Jakarta, yang seharusnya benar-benar membawa warga ke arah ke depan, bukan kebelakang., Andhikoyang dikenal sebagai perwakilan dari setiap kampung yang ada (dari 18 kampung) dianggap sebagai mewakili suara dari seluruh warga silungkang di Jakarta. Andhiko yang seharusnya berfungsi sebagai badan legislatif membimbing serta memonitor eksekutif yangsedang berkuasa, tapi setelah saya lihat dari AD/ART merupakan bagian dari struktur pengurus eksekutif .. wuih ... menarik sekali. Dalam perdebatan, memang muncul bahwa AD/ART yang sekarang memang sudah lagi tidak cocok dan ini menjadi tugas bagi pengurus kedepan. Nah yang ini lebih mengagetkan lagi kalau bagi para organisatoris yang paham akan organisasi;<br />1. AD/ART bukanlah hak pengurus baru => AD/ART dibuat harus berdasarkan rapat anggota<br />2. Dalam melakukan pemilihan, dimana pengurus lama dianggap demisioner, tentunya AD/ART yang berlaku adalah AD/ART yang<br />di anut -> bukan AD/ART yang akan di buat.<br />3. Aturan sidang yang dibuat, seharusnya tidak dibuat menyimpang dari AD/ART yang ada<br />Entah kenapa, dengan dalih adanya kepentinga sesaat dan dalih tidak menghormati sesepuh semua aturan organisasi secara langsungharus terhapus dan terbuat aturan baru. He he he .. tapi tetap dong, sebagai seorang dalam organisasi, kita harus tetap think positif selalu, alis KUDU DITERIMA.<br /></span></div> <div align="justify"> </div> <div align="justify"><span style="font-family:tahoma,arial,helvetica,sans-serif;font-size:85%;">Nah, kembali lagi hal yang muncul yang sangat menarik dan lucu menurut saya. Terpilih 4 calon ketua umum yang merupakan aspirasi.Dua orang dari generasi kedua dan dua orang dari generasi pertama. Untunglah di saat itu, pimpinan sidang sudah mulai berpikiranpositif, dimana aspirasi bahwa setiap calon harus memaparkan visi & misinya sebagai acuan para ANDHIKO untuk memilih (he he he). Padahal, usulan untuk menyampaikan VISI & MISI ini bukan dari Andhiko ... wah saya berpikiran kembali, mau berdasarkan apa para Andhiko ini memilih? pertemanan, sungkan lagi, materi, jasa ke warga, dll? ho ho ho ... padahal dalam meilih suatu calon pemimpin untuk warga silungkang, tidaklah mudah. Dinamika yang muncul di tahun ini sudahlah sangat banyak dan berkembang, Dinamika para geneasi kedua dan ketiga yang kini mulai berperan di warga.<br /><br />Empat orang menyampaikan visinya masing-masing, dan dua orang mengundurkan diri dikarenakan alasan yang sangat bisa diterima.Visi dan misi sang gengerasi kedua : WOW ... patut diacungkan dua jempol saya yang seharusnya mereka yang berpikirn positif punakan mengacungkan jempol kepadanya. Calon kedua, wow .. singkat, kurang padat, dan tidak menyampaikan visi ... yang seharusnya setiap yang hadir tentunya akan memilih beliau paling cocok sebagai penasehat atau sebagai pembina organisasi, yah mungkin dulu jaman jaman pak harto berkuasa, DPA nya gitu lah ....<br /><br />Karena harus segera pulang ke kampung cikarang, he he he akhirnya saya meninggalkan ketoprak humor, eh arena pemilihan dan pada saat itu saya sangat yakin, bahwa para Andhiko yang terhormat, akan pasti memilih sang calon dari generasi kedua, semua visi dan misinya jelas dan tersistem dalam menyampaikannya. Dan tentunya harapan setiap manusia bisa berubah dan bisa tidak sesuai, Alhasil, sanggenerasi pertama terpilih sebagai ketua umum warga silungkang. Dua putaran dilakukan (cukup sengit berarti pertempurannya)di putaran kedua, mungkin para andhiko merasa tambah sungkan lagi, akhirnya skor berakhir di 10 : 8 untuk sang generasi pertama.</span></div> <span style="font-family:tahoma,arial,helvetica,sans-serif;font-size:85%;"><br />Karena memang andhiko ini dianggap mewakili warga kampung, maka mau tidak mau saya harus merelakan jagoan generasi saya untuk kalah dan saya merelakan orang yang cocok ditempatkan sebagai penasehat, kini menduduki kursi ketua umum. Ada satu kalimat yangsaya suka dari pimpinan sidang, "ANdhiko yang memilihm tapi andhiko juga ikut brtanggung jawab, jangan menusuk dair belakang si ketua umum" Ha ha ha ...ini sangat lucu tapi sangat BERISI. Tentunya saya berpikiran sederhana, bahwa hal tersebut pastilah sering terjadi di organisasi ini. Legislatif memilih dan legislatif yang menusuk eksekutif.<br /><br />Seperti kata AA Gym, nasi sudah menjadi bubur, maksudnya di sini, sang generasi kedua sudah tidak ada lagi kesempatan selain<br />2 atau 3 tahunan lagi. Tentunya bubur bisa di buat lebih enak jika di tambah cakwe, kacang, dll. Nah sekarang pertanyaannya<br />siapa nantinya yang akan menjadi cakwe dan kawan kawan untuk membuat bubur ini nikmat di makan oleh setiap pembelinya??</span>Suara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6151688931052658953.post-73263182261182752192007-09-05T02:25:00.000-07:002007-09-08T00:34:16.437-07:00Ratu Adil / Si Babi Berkedok Nabi<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Oleh : Rejak<br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kira-kira sekitar sebulan yang lalu sewaktu saya dan ketiga rekan perjuangan saya yaitu, Dion, Arif, dan Rashta mengunjungi kafe kecil di daerah Bulungan yang bernama ‘Warung Apresiasi’ atau sering di sebut juga sebagai Wapres.<span style=""> </span><span style="" lang="SV">Maksud hati kami<span style=""> </span>hanya hendak melihat band-band yang tampil malam itu, namun tidak di sangka-sangka ada suguhan special di malam itu. <span style=""> </span>Ada seorang penyair yang akan membacakan puisinya pada keesokan harinya, akan tetapi si MC meminta beliau untuk bersedia membacakan barang 2-3 puisinya.<span style=""> </span>Penyair berambut gimbal itu di sebut-sebut oleh si MC sebagai AM KM (plesetannya : Anda Meminta Kami Memutarkan), tetapi nama aslinya adalah Amil Kamil (maaf kalau ada kesalahan).<span style=""> </span>Mungkin hitung-hitung sekalian pemanasan, si Mas AMKM ini bersedia memenuhi permintaan si MC untuk naik ke atas panggung dan bersajak sedikit.<span style=""> </span>Penampilannya di panggung sungguh luar biasa, hingga membuat semua yang hadir di situ, termasuk kami terpana.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p><br /></o:p>Dalam salah satu puisinya ada sebaris kata yang membuat saya tersenyum geli.<span style=""> </span>Kata-kata itu adalah ”Babi berkedok Nabi”. Metafora tersebut menurut saya adalah sebuah ungkapan yang tepat di tujukan kepada mereka-mereka yang berlagak sebagai Ratu Adil, di mana aksinya tersebut hanya sekedar ingin meraih simpati dari masyarakat. Kita sering melihatnya di sekitar kita. Dari politikus-politikus tengik yang gemar mengobral janjinya, sampai dengan ustad-ustad palsu yang berlindung di balik ayat-ayat suci.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Tetapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah, ternyata ungkapan ’Babi berkedok Nabi’ juga saya temukan di dalam milis kesukuan tempat saya dan teman-teman bergulat pemikiran bersama urang awak sekalian.<span style=""> </span>Ya, di dalam milis Silungkang.<o:p></o:p><br />Sosok Ratu Adil gadungan itu muncul tatkala terjadinya perdebatan sengit yang terjadi di antara para miliser.<span style=""> </span>Dengan keputusannya yang bijak (menurutnya sendiri), ia seakan-akan ingin menciptakan kedamaian di milis tersebut seperti dahulu kala dengan cara memvonis beberapa pemuda yang kritis pandangannya.<o:p></o:p><br />Lalu Ratu Adil gadungan ini mulai mencampur adukkan antara kedua realitas secara hiperbola, yakni realita tekstual dan dunia yang sebenarnya.<span style=""> </span>Hingga mulai berhembuslah isu dari mulut ke mulut orang Silungkang yang memang besar mulutnya, hingga menjadikan masalah yang sebenarnya sekecil kelereng menjadi sebesar bola basket.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Rupanya Ratu Adil ini hendak berskenario, yaitu membesar-besarkan masalah yang sekecil kelereng tadi dengan cara melibatkan pihak luar yang berpengaruh (orang Silungkang yang tidak ikut bergabung di dalam milis), hingga masalah tersebut menjadi semakin tersebar luas dan tak terkendali.<span style=""> </span>Tentu saja pihak-pihak luar yang tidak terjun secara langsung ke dalam kolam milis menjadi terkecoh.<span style=""> </span>Menurutnya tindakan si Ratu Adil gadungan ini adalah sebuah langkah tepat dan patut di puji.<span style=""> </span>Ratu Adil si penyelamat!.<span style=""> </span>Dia mampu menengahi perselisihan antara kedua kubu dengan bijak.<span style=""> </span>Makin harumlah namanya bak semerbak bunga mawar hingga ke langit tujuh tingkat.<span style=""> </span>Namun sayang sekali pihak-pihak luar yang memang tidak ikut terjun langsung ke dalam milis tidak menyadari wujud asli si Ratu Adil gadungan ini.<span style=""> </span>Di mana <i style="">the second attitude</i> nya itu tak ubahnya bagai seorang anak yang baru puber.<span style=""> </span>Untuk menutupi kedoknya itu dia berlindung di balik sikap-sikap bijak palsunya itu. <span style=""> </span>Manusia yang memiliki dua wajah.<span style=""> </span>Sungguh mengerikan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Sebenarnya apakah yang membuat seseorang, terutama orang Silungkang, baik yang berada di dalam milis ataupun di luar ini berkeinginan untuk menjadi Ratu Adil hingga tanpa di sadari dirinya malah tak ubahnya bagai ’Babi berkedok Nabi’?.<span style=""> </span><o:p><br /></o:p>Coba di perhatikan lebih jeli lagi.<span style=""> </span>Sebenarnya tradisilah yang mau tidak mau memaksa mereka berlomba-lomba menjadi Ratu Adil gadungan.<span style=""> </span>Karena memang kultur kekerabatan antar orang Silungkang ini sangat dekat. <span style=""> </span>Jadinya, kadang orang-orang Silungkang tak terlepas terlebih dahulu dari interogasi sakral ”Anak siapo ko? Mamaknya Siapo? Andenya Siapo?, dll”.<span style=""> </span>Nah, interogasi semacam inilah yang mau tidak mau terkadang membuat ciut nyali anak-anak mudanya dan segan.<span style=""> </span>Belum lagi bila ada yang dari awal orang tuanya memang sudah menyandang ’nama besar’.<span style=""> </span>Bagi mereka (pemuda-pemuda) yang dari awal memang sudah ’keberatan nama’ orang tuanya, bisa jadi ruang gerak mereka dalam bersikap dan bertindak menjadi semakin sempit.<span style=""> </span>Karena yang di pikirkannya adalah bagaimana bila nanti nama orang tuanya jatuh di mata urang awak karena dia salah bertindak?<span style=""> </span>Bukan tak mungkin, tradisi gosip orang Silungkang yang turun temurun membuat para anak mudanya menjadi jaim (jaga <i style="">image</i>).<span style=""> </span>Pada akhirnya lahirlah pria-pria muda Silungkang yang oportunis.<span style=""> </span>Sistem inilah yang mematikan mereka dan menjadikan mereka seolah seperti robot bernyawa.<span style=""> </span>Mereka bersedia melakukan apa pun, bahkan mengenakan kacamata kuda, hanya untuk menjaga namanya harum di mata urang awak, hingga ia tak membuat jelek nama orang tuanya sendiri.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p><br />Generasi pengecut ini lahir prematur dalam kandungan tradisi yang sudah usang.<span style=""> </span>Mereka ikut-ikutan terjerumus ke dalam kekolotan pikiran kecoak-kecoak tradisionalis, dan sama-sama bermain dalam kubangan lubang WC yang sama.<span style=""> </span>Hanya sedikit mereka yang berani menatap tajam ke arah depan tanpa menoleh ke belakang.<span style=""> </span>Hanya sedikit mereka yang berani berpandangan kritis.<span style=""> </span>Hanya sedikit mereka yang berani bersuara lantang.<span style=""> </span>Hanya sedikit mereka yang berani menuding kesalahan di depan hidung orang yang bersalah tersebut.<span style=""> </span>Mungkin mereka-mereka inilah Ratu Adil yang sesungguhnya dalam konteks di peradaban kontemporer ini.<span style=""> </span>Mereka tak merasa berat memikul nama orang tua dan nenek moyangnya, karena<span style=""> </span>mereka hanya menginginkan kebebasan, ingin menunjukkan kebenaran dan ingin membuka mata dan telinga para urang awak tentang zaman yang bergerak .<span style=""> </span>Menurut saya, mereka ini berbeda dari Ratu Adil gadungan, yakni si Babi berkedok Nabi.<span style=""> </span>Namun sebaliknya, bisa jadi mereka sebenarnya adalah Nabi berkedok Babi.<o:p></o:p></span></p>Suara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6151688931052658953.post-90845257876374667152007-09-04T10:03:00.000-07:002007-09-05T02:42:56.678-07:00Kondiak-Kondiak Luko<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Oleh : Rejak<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Berkisar kira-kira kurang hampir satu bulan setelah saya bergabung dengan Milis / yahoogroups Silungkang dan bergulat dengan miliser-miliser yang lebih senior dari saya bersama rekan-rekan seperjuangan saya, -Dion dan Arif- sekitar dua atau tiga hari yang lalu moderator milis Silungkang yang bernama Hamdani melakukan ’Ban’ kepada kami bertiga secara serentak.<span style=""> </span>Alasannya karena omongan kita mulai melenceng.<span style=""> </span>Sebenarnya bagaimana awalnya bisa terjadi seperti ini?.<span style=""> </span>Percaya atau tidak, setelah beberapa lama bergabung dengan milis ini saya banyak mengenal kosakata baru, seperti Kondiak, yang di lontarkan pertama kali oleh miliser senior yang bernama Azhari Boerhan dalam cerpen singkatnya yang berjudul Kondiak Luko.<span style=""> </span>Kondiak yang berarti Babi Hutan atau Celeng bila dalam bahasa Indonesia, bagi saya dan miliser lain seolah-olah menjadi mainan baru.<span style=""> </span>Betapa baik hati orang yang seharusnya menjadi teladan tersebut memberikan hadiah berupa kosakata ’kondiak’ kepada kami.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Nah mulai dari bermain-main dengan kata kondiak inilah muncul salah seorang miliser bernama Nico Varnindo yang dengan terang-terangan menerapkan kata sakti mandraguna tersebut yang di tujukan kepada salah seorang rekan perjuangan saya, Dion.<span style=""> </span>Entah karena emosi karena tak mampu mengimbangi postingan rekan saya tersebut, tiba-tiba terlontarlah kata ’Anak Kondiak’.<span style=""> </span>Memang sebelumnya sebelumnya Dion lah yang pertama kali menyebutkan kata ’Anak Kondiak’, namun dalam postingannya konteks anak kondiak tersebut tidak mengarah pada seorang pun jua, alias seakan-akan kata tesebut sedang berada di persimpangan, menanti siapa yang hendak ’mengambil’nya.<span style=""> </span>Nah, barulah setelah itu Nico merebut kata ’Anak Kondiak’ itu dan langsung di tujukannya kepada Dion.<span style=""> </span>Berikut ini adalah cuplikan awal kejadian sebenarnya :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span lang="SV"><span style=""> </span></span>--- dionblues <<a href="mailto:dionblues13%40gmail.com">dionblues13@gmail.com</a>> wrote:<br /><br />> anak kondiak aja yg mijitin hhmmpphh............</p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="background: rgb(228, 228, 228) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;"><b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" >From:</span></b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" > <a href="mailto:nivar@rocketmail.com" title="nivar@rocketmail.com">Nico Varnindo</a> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" >To:</span></b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" > <a href="mailto:milist_silungkang@yahoogroups.com" title="milist_silungkang@yahoogroups.com">milist_silungkang@yahoogroups.com</a> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" >Sent:</span></b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" > Thursday, August 30, 2007 3:34 PM<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" >Subject:</span></b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" > Re: [milist_silungkang] mana orangnya ???<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p>nah yonna, liatkan...dia sendiri (<b style="">anak kondiak</b>) yang nyodorin<br />diri...ke-takar dah..:-)</p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Belum berhenti di situ, rupanya Nico ini masih terbawa emosinya. <span style=""> </span>Mirip ’kondiak luko’ dalam cerpen si Azhari Boerhan yang menyerang para penyerangnya secara membabi buta, terlontar lagi kata-kata yang secara tidak langsung mengecam Ayah Dion, yakni Faisal Bustami.<span style=""> </span>Berikut cuplikan postingan si Nico :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p><br /></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="background: rgb(228, 228, 228) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;"><b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="background: rgb(228, 228, 228) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;"><b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" >From:</span></b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" > <a href="mailto:nivar@rocketmail.com" title="nivar@rocketmail.com">Nico Varnindo</a> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" >To:</span></b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" > <a href="mailto:milist_silungkang@yahoogroups.com" title="milist_silungkang@yahoogroups.com">milist_silungkang@yahoogroups.com</a> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" >Sent:</span></b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" > Thursday, August 30, 2007 3:38 PM<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" >Subject:</span></b><span style=";font-family:Arial;font-size:10;" > Re: [milist_silungkang] No Pork!<o:p></o:p></span></p> <p>yaaa.memang begitu, bagaimanapun juga "adanya" <b style="">bapakmu</b>..tetap perlu<br />membela..:-)<br /><br /><st1:place st="on"><st1:state st="on">NV<br />-----------</st1:state></st1:place></p><p><st1:place st="on"><st1:state st="on"><br /></st1:state></st1:place></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Sungguh luar biasa.<span style=""> </span>Salah seorang pemuda Silungkang yang dalam milis sering di gembar-gemborkan agar intelek dalam bermilis, nyatanya malah pria bernama Nico ini tengah menyulut api dengan kata-kata ’inteleknya’ dalam postingannya yang acapkali tidak ada hubungannya dengan topik yang di bicarakan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Setelah itu tentu saja Saya, Dion, dan Arief mencoba ’menyadarkan’ Nico yang telah di anggap telah menyalahi peraturan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Di saat sedang seru-serunya, datanglah sesosok pria dari langit, seorang malaikat yang mengenakan jubah putih nan suci dengan sayap di punggungnya dan lingkaran ’halo’ di kepalanya tengah turun ke bumi.<span style=""> </span>Dengan janggut menjuntai ke bawah dan dengan mengendarai awan seakan ia menengahi perdebatan kami dengan Nico.<span style=""> </span>Dengan bijak ia memberikan keputusan vonis keluar kami bertiga, walau dengan alasan keesokan harinya akan di masukkan ke dalam milis lagi.<span style=""> </span>Ia sang Moderator milis Silungkang, Hamdani.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Terang saja hal ini mengundang protes beberapa miliser lainnya karena di anggap tidak adil.<span style=""> </span>Karena Nico yang terang-terangan menghina Dion malah tidak di beri peringatan apa pun.<span style=""> </span>Muncullah desas-desus, bahwa moderator melakukan ’kongkalikong’ dengan Nico.<span style=""> </span>Beliau mengatakan kami di masukkan kembali setelah peraturan di buat di milis.<span style=""> </span>Tetapi ternyata peraturannya sendiri tak lebih sekedar peraturan umum biasa, dan dalam peraturan tersebut jelas sekali bahwa kami tidak melanggarnya terlebih dahulu.<span style=""> </span>Ternyata peraturan itu sendiri adalah sebuah propaganda.<span style=""> </span>Bila di kritisi lebih lanjut ada suatu hal yang ganjil di sini.<span style=""> </span>Di mana saat kami sedang berdebat kusir habis-habisan dengan Nico, moderator tiba-tiba muncul dan menengahi pertikaian di antara kami bagaikan seorang pahlawan kesiangan dengan cara mengeluarkan kami bertiga, tetapi Nico sendiri di biarkan berlenggang kangkung. Nah, tindakan moderator ini patut di pertanyakan.<span style=""> </span>Mengapa dia tidak mengeluarkan Nico yang terang-terangan berkata kasar terlebih dahulu?.<span style=""> </span>Tetapi malah mengeluarkan kami bertiga?.<span style=""> </span>Apakah si moderator sekedar ingin bertindak bijak agar di akui sebagai moderator yang adil dan tegas?.<span style=""> </span>Hmmm, saya rasa tidak begitu.<span style=""> </span>Timbullah persepsi-persepsi di antara miliser lainnya tentang moderator.<span style=""> </span>Apakah moderator hanya sekedar cari muka ke miliser senior yang berpikiran tradisionalis itu? Atau memang ada kongkalikong antara Nico dan Moderator?.<span style=""> </span>Namun yang jelas, gosip yang tengah santer dan kemungkinannya besar adalah moderator takut dengan email-email protes yang masuk ke japri moderator.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Lalu sehari setelah kami di bebaskan dari penjara, alias berhasil masuk lagi ke milis.<span style=""> </span>Kami tersadarkan, dan kami langsung meminta maaf<span style=""> </span>kepada para miliser dan moderator yang tidak berkenan dengan cara kami, plus kami merayakan kebebasan kami dari penjara dengan memberikan foto tanda menyesal kami.<span style=""> </span>Wow, ternyata cukup heboh juga foto penyesalan kami yang tulus itu.<span style=""> </span>Dan moderator menelpon saya secara pribadi, ia menanyakan apa arti foto tersebut?.<span style=""> </span>Saya jawab saja bahwa kami bermaksud merayakan kebebasan setelah satu hari di penjara (di ban).<span style=""> </span>Lalu beliau meminta kami tidak berbuat yang aneh-aneh lagi seperti di foto kontroversial kami, dan beliau akan segera memperingatkan Nico juga.<span style=""> </span>Oke, dapat di terima!.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Tetapi setelah kami posting-posting lagi di milis, kami mendapat peringatan-peringatan keras dari moderator di sertai dengan kalimat tegas : ## PERINGATAN ##.<span style=""> </span>Walau tidak tahu apa yang sebenarnya di peringatkan kepada kami, karena postingan kami jelas-jelas tidak melanggar apa pun. <o:p></o:p><br />Tak berapa lama, si Nico ikut posting lagi.<span style=""> </span>Dalam postingannya kali ini dia melakukan penyerangan halus dengan kata-kata bersayap yang di tujukan kepada kami bertiga dan ’the old man’ seperti kata-katanya berikut ini :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="SV">Assalamualaikum dunsanak kasadonyo...<br /><br />setelah off dari milis sejenak mengurus yang lain diakhir minggu<br />(tentunya ga mungkin dong jagaian milis 24/7...), seingatku terakhir,<br />kamis (30 Aug) lumayan ada waktu untuk "bercengkrama" dengan bro2 dari<br />macam2 keluarga ini (kayak mafia aja..;-)...)...jujur tidak ada yang<br />perlu ditanggapi dari postingan para "bro"...meski jadinya banyak<br />orang2 yang kita tuakan dan hormati jadi tidak nyaman...<br /><br />saya sendiri di e-mail pertama 30 aug itu, hanya menunjukan bahwa<br />sering apa yang dilakukan para "bro" sebenarnya (sebagian) secara tidak<br />disadari adalah cerminan "the old man"...:-)....sementara e-mail2<br />lainnya dengan para "bro" sudah tidak penting lagi...:-)<br /><br />tapi ya sudah, warga milist ini tentu sudah dapat menilai sendiri hal<br />ini...<br /><br />melihat ke depan lagi...semoga apa yang diprihatinkan pak vero, bapak<br />professor amri dan juga dunsanak aulia azza...tidak perlu kita temukan<br />lagi kedepannya...<br /><br /></span><st1:place st="on"><st1:city st="on">Wassalam</st1:city>,<br /><st1:state st="on">NV</st1:state></st1:place><o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal"><b style=""><o:p> </o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Yang patut di sesalkan lagi adalah, ternyata teguran moderator kepada Nico tidak sekeras seperti tegurannya kepada kami. <span style=""> </span>Peringatannya bak seorang ibu yang mengelus-elus kepala anaknya.<span style=""> </span>Lembut sekali.<span style=""> </span>Nah, dari sini mulai tercium gelagat tak sedap.<span style=""> </span>Ada hubungan apa kiranya antara moderator dan Nico?.<span style=""> </span>Puncaknya adalah ketika saya mengkitik-kitik moderator dengan kata yang sedikit nakal, yakni sebuah tantangan kepada moderator kepada kami.<span style=""> </span>Lagi-lagi bagaikan ’kondiak luko’ dalam kisah yang di berikan junjungan kami Azhari Boerhan, moderator tidak dapat menahan emosinya lagi dan segera mengeluarkan saya dari milis Silungkang.<span style=""> </span>Dari kisah pasca ’penangkapan’ kami sebenarnya dapat di kritisi dan di ambil pelajaran.<span style=""> </span>Bukankah tindakan sewenang-wenang Nico dan sikap ’adil’ moderator tidak ubahnya bagai di zaman orde baru dulu?.<span style=""> </span>Nico bak pejabat korup, dan moderator bak Polisi yang di suap oleh pejabat tersebut.<span style=""> </span>Sebuah konspirasi yang terang-terangan di beberkan di dalam milis Silungkang ini.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada moderator yang telah mengeluarkan saya.<span style=""> </span>Karena berkat beliau pula saya memperoleh ide cemerlang untuk menuangkan segala pemikiran saya tentang realitas sosial yang terjadi di milis Silungkang ini, karena seperti kata Wiji Thukul, sesungguhnya suara itu tak bisa di bungkam.<span style=""> </span>Di akhir kata saya akan cantumkan salah satu puisi Wiji Thukul yang berjudul Penyair, khusus di tujukan kepada moderator dan kecoak-kecoak tradisionalis yang tidak suka pada kami yang muda ketika berpikir dan bergerak.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="SV"> <i style="">Penyair</i></span></b><i style=""><span style="" lang="SV"><br /><br />Jika tak ada mesin ketik<br />aku akan menulis dengan tangan<br />jika tak ada tinta hitam<br />aku akan menulis dengan arang.<br /><br />Jika tak ada kertas<br />aku akan menulis pada dinding<br />jika menulis dilarang<br />aku akan menulis dengan<br />tetes darah!<br /><br /></span>Sarang Jagat Teater<br />19 Januari 1988.</i></p><br /><p class="MsoNormal"><br /></p><p class="MsoNormal">Salam hangat untuk para 'kondiak luko' yang intelek.<br /><i style=""><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></i></p>Suara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6151688931052658953.post-26778839750096291572007-09-04T07:45:00.000-07:002007-09-04T09:59:36.471-07:00Kecoak Dalam Tempurung<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Oleh : Rejak<br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Milis Silungkang / Yahoogroups Silungkang adalah sebuah wadah berkumpulnya puluhan, ratusan (atau bahkan mungkin nanti bisa mencapai ribuan) orang-orang Persatuan Keluarga Silungkang (PKS), baik yang perantauan atau yang bukan yang di gunakan sebagai ajang mendiskusikan bagaimana memajukan Silungkang, berbincang santai, ataupun silaturahmi antar sesama miliser. <span style="" lang="SV">Sebelumnya saya sudah pernah mendengar tentang keberadaan milis ini, namun masih enggan untuk bergabung karena dulu saya berpikir cara bergabung ke sebuah milis itu ribet. Pada akhirnya, beberapa minggu yang lalu saya memutuskan untuk mencoba bergabung karena sekedar ingin tahu seperti apa kiranya pemikiran orang-orang Silungkang, karena saya pikir bisa menjadi pengalaman yang berguna juga untuk saya sendiri karena bisa menjalin hubungan dengan orang-orang tua dan mudanya, juga selain dari beberapa desakan para miliser senior untuk mendorong saya terjun ke dalam milis ini.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Ketika saya bergabung di milis ini dan melihat postingan-postingan para miliser senior yang telah lebih dahulu menjadi member daripada saya, ada satu hal yang mengusik saya yang kadang membuat saya harus mengerutkan dahi.<span style=""> </span>Satu hal yang aneh itu adalah paradigma beberapa miliser (terutama mereka yang aktif dalam PKS itu sendiri), yaitu<span style=""> </span>sebuah pemikiran tradisional yang masih terbawa oleh tradisi lawas di Silungkang itu sendiri.<span style=""> </span>Mungkin<span style=""> </span>bila milis ini di khususkan bagi mereka orang Silungkang yang bertempat tinggal di Silungkang saja, saya rasa tidak menjadi masalah, karena ya itu memang urusan mereka.<span style=""> </span>Namun yang menjadi masalah adalah, para miliser ini sebagian besar adalah perantauan yang bertempat tinggal di Jakarta, Surabaya, Malang, dll. Dan mereka-mereka yang akan melahirkan anak-anaknya di kota tempat mereka merantau tersebut.<span style=""> </span>Dan di mana anak-anak tersebut akan menimba ilmu, dan bersosialisasi di kota itu yang tengah mereka tinggali itu.<span style=""> </span>Sudah sewajarnya bila mereka harus menyesuaikan diri dengan kultur di daerah tersebut dan pola pikir mereka ikut bergerak mengikuti zaman.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Namun yang saya lihat di sini banyak sekali miliser yang masih ’merasa’ hidup di zamannya masing-masing, tanpa mau melihat bahwa kini kaki-kaki mereka tengah berpijak pada ruang dan waktu yang berbeda.<span style=""> </span>Mereka seakan masih mabuk kemenangan masa lalu, dan terus bangga akan kejayaan negeri mereka dahulu, dan ingin mewarisi tradisi mereka yang agung<span style=""> </span>kepada anak cucu mereka yang tanpa mereka sadari tengah hidup di lingkungan yang berbeda dari kampung halaman mereka dahulu.<span style=""> </span>Tradisi asli yang mereka bawa ke Jakarta secara tak langsung telah merenggut kebebasan mereka yang muda-muda dalam bergerak.<span style=""> </span>Tradisi tersebut bagai akuarium, yang memelihara generasi muda seperti ikan-ikan mas, di mana mereka para generasi muda yang benar-benar merasakan zaman ini menjadi merasa terpenjarakan, di pelihara sedemikian rupa, di beri makan pelet, lalu menjadi ajang pameran orang-orang Non Silungkang seperti di sebuah museum.<span style=""> </span>Contoh tradisi yang bisa di bilang usang adalah, adanya pengharusan pernikahan sesama urang awak.<span style=""> </span>Memang tradisi ini kuno, namun sampai detik ini saya yakin masih ada yang bersikekeuh mempertahankan tradisi ini.<span style=""> </span>Sesungguhnya apa alasan mereka hingga memaksakan hal yang konyol tersebut?.<span style=""> </span>Sungguh!<span style=""> </span>Sama sekali tak terlihat sedikitpun apa yang di sebut dengan hak asasi manusia!.<span style=""> </span>Apa yang salah dengan suku-suku<span style=""> </span>seperti Jawa, Madura, Batak, Kalimantan, dan yang lainnya?.<span style=""> </span>Apakah mereka para orang Silungkang merasa bahwa Silungkang adalah ras yang paling unggul di bandingkan suku-suku lainnya?<span style=""> </span>Apakah mereka merasa suku-suku lain tak lebih baik dari mereka?.<span style=""> </span>Pemikiran ini terus di doktrin oleh orang-orang tua kita kepada anak-anaknya dari kecil, entah seperti apa bentuk doktrinnya tersebut, ada yang menakut-nakuti kejelekan-kejelekan suku lain, bahkan yang paling parah ada yang mengancam anaknya sendiri.<span style=""> </span>Yang patut di sesalkan di sini adalah mengapa mereka malah mengajarkan kepada anak-anak mereka sendiri <span style=""> </span>arti keindividualismean?<span style=""> </span>Bukannya kepluralismean?.<span style=""> </span>Coba renungkan, mengapa bangsa Indonesia bisa di jajah selama 350 tahun oleh Belanda?.<span style=""> </span>Bukankah karena adanya sifat kedaerahan?.<span style=""> </span>Bukankah karena tidak adanya rasa persatuan antar suku?.<span style=""> </span>Terima kasih kepada para orang tua Silungkang yang telah mengajari kami arti anti sosial yang sesungguhnya.<span style=""> </span>Mungkin bila Belanda menyerang sekali lagi, orang-orang Silungkang yang di PKS ini akan sibuk melarikan diri sendiri dan meninggalkan saudara-saudara mereka yang tengah bertempur mati-matian.<span style=""> </span>Karena mungkin menurut mereka itu bukan urusan kami.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Lalu buat apa para miliser itu berdiskusi bagaimana caranya kita memajukan Silungkang?.<span style=""> </span>Apa yang harus di majukan bila ternyata pemikiran para orang tua Silungkang yang ada di Jakarta malah mentradisionalkan pemikiran-pemikiran anak-anaknya sendiri.<span style=""> </span>Nah, bila begini bagaimana bisa maju?.<span style=""> </span>Bukankah sama saja seperti kecoak di dalam tempurung?.<span style=""> </span>Saya rasa tepat bila saya menganalogikannya seperti itu.<span style=""> </span>Karena tempurung menyimbolkan batas atau belenggu yang membuat kecoak itu berputar-putar di dalam tempat itu saja.<span style=""> </span>Dan ketika ada orang yang mencoba melihat isi di balik tempurung tersebut, ia langsung terkejut dan merasa jijik.<span style=""> </span>Begitulah nasib kecoak di dalam tempurung.<span style=""> </span>Ruwet sendiri di dalam kandangnya sendiri dan tidak di sukai. Tidak ada cara lain, bila para kecoak itu tidak mau melihat zaman maka yang terjadi adalah Silungkang di masa mendatang akan sekedar menjadi sebuah miniatur di dalam kaca yang di letakkan di museum.<span style=""> </span>Mungkin sebenarnya inilah keinginan mereka, mengabadikan Silungkang sebagai sebuah artefak belaka.<o:p></o:p></span></p>Suara Suara Di Balik Tembok Silungkanghttp://www.blogger.com/profile/04808756800059268327noreply@blogger.com1