Minggu, 09 September 2007

Renaissance

Oleh : Rejak


Ketika sudah terjadi ketidak-sepemahaman antara dua generasi, yakni generasi tua dan generasi muda, yang di karenakan adanya perbedaan budaya yang di sebabkan oleh berjalannya dimensi ruang dan waktu, itulah yang di namakan dengan generation gap. Sebuah celah (gap) pada sebuah generasi, atau terpisahnya generasi yang satu dengan yang lain. Ketika mereka para generasi tua tidak bisa atau bahkan mau mendengar apa yang di inginkan dan di pikirkan generasi muda, maka sudah saatnya para pemuda untuk memberanikan diri melepaskan diri dari kungkungan pengaruh generasi tua. Inilah yang membuat generasi muda Silungkang (IGMS) pola pikirnya menjadi kaku dan terukur, sebagai warisan generasi tua. Penciptaan cyborg-cyborg bernyawa yang di campur tangani oleh dedengkot-dedengkot Persatuan Keluarga Silungkang (PKS) seolah telah melumpuhkan rasa percaya diri mereka para pemuda dan pemudi sebagai generasi brilian. Program-program statis IGMS yang selama ini berjalan juga di karenakan oleh kurangnya generasi tua dalam mendukung dan memberikan kepercayaan penuh plus kebebasan terhadap mereka.


Para generasi tua menyebarkan racunnya yang berupa pemikiran tradisionil yang telah usang ke tiap-tiap isi kepala dan aliran darah para pemuda dan pemudi brilian tersebut serta membebani sayap-sayap kecil mereka dengan nama-nama yang semakin berat. Sehingga mau tak mau, generasi muda Silungkang pada akhirnya menjadi generasi muda sebagai bentukan yang seperti mereka harapkan. Menjadi seorang anak baik, penurut, menuntut ilmu melalui menelan teks-teks yang strukturalis mentah-mentah tanpa berani mengkritisinya, lalu bekerja (dalam konteks dagang, ataupun kemeja dan dasi), dan menjadi orang yang ’sukses’(?).


Saat ini, kami generasi muda butuh pencerahan. Pencerahan akan hidup yang sesungguhnya. Pencerahan bak sepercik air yang membasahi kerongkongan kami yang kering kerontang. Pencerahan yang datangnya bukan dari Silungkang. Namun dari luar Silungkang. Kami perlu membuka mata, telinga dan menghirup ’angin segar’ dari luar. Sudah cukup udara pengap jengkol dan pete yang biasa kami hirup yang memenuhi tiap sudut ruang rapat. Ajarkan kami cara untuk bergotong royong antar sesama manusia karena kami tak pernah di ajarkan untuk bekerja sama. Ajarkan kepada kami untuk melihat dunia karena selama ini kami memandang dengan kacamata kuda. Ajarkan kepada kami untuk saling menghargai karena selama ini kami selalu mementingkan diri sendiri. Ajarkan kepada kami untuk berani karena selama ini kami di ajarkan untuk berdiam diri. Ajarkan kepada kami untuk belajar karena selama ini kami bodoh. Kepada siapa kami harus berguru?. Kepada orang tertua dalam organisasi ini?. Tidak!. Kepada andhiko-andhiko bijak itu? Tidak sama sekali!. Lalu kepada siapa?. Jawablah, kawan!. Yaitu ada pada dirimu sendiri ketika engkau berpikir dan pada pandangan berikut pendengaran ketika engkau melihat duniamu sendiri. Karena itu, sudah saatnya kita semua harus mengucapkan selamat tinggal kepada generasi tua yang telah lama mensetting kami menjadi cyborg-cyborg. Yang dengan aturan-aturan tradisionilnya membuat kami buta terhadap zaman, dan menjadikan kami sebagai oportunis-oportunis kecil, alias para penjilat pantat orang-orang tua. Yang membuat kami menjadi makhluk menyedihkan yang tak berdaya.


Biarlah mereka para orang tua berbincang dengan sesamanya di bawah purnama dengan menenggak anggur dan tertawa terbahak-bahak sambil membicarakan kejayaan purbanya. Lalu kita pikirkan saja bagaimana caranya generasi muda dalam menciptakan terobosan-terobosan baru agar dapat berjalan hidup di tanah rantau ini. Dan pikirkan bagaimana agar kita tidak ikut terjebak ke dalam pemikiran masa lalu yang telah di siapkan untuk kita. Mari kita bangun sekat yang tinggi sekali di tengah jurang yang memang telah memisahkan antara kami dan mereka dengan lebar. Akan lebih baik kiranya generation gap ini terus di pertahankan.


Bila yang selama ini menjadi kendala generasi muda adalah permasalahan dana, maka sudah saatnya kita berhenti mengemis-ngemis meminta sponsor (uang) kepada orang-orang tua . Izin mendapatkan kucuran dana sponsor tak akan didapatkan ketika apa yang tengah di rencanakan tak sesuai dengan harapan si pemberi sponsor. Perlunya sebuah semangat Do It Yourself (DIY) di kalangan anak-anak muda dalam menggalang dana untuk mengadakan program-program yang baru. Karena dunia ini tidaklah sesempit gedung PKS (Persatuan Keluarga Silungkang). Bila yang menjadi permasalahan di antara generasi muda adalah perbedaan dalam hal yang berbau fisik, entah cara dandan, kebiasaan atau apapun itu dengan alasan tidak sesuai kultur Silungkang, maka sebaiknya pemikiran dan cara pandang yang membuat gap antara generasi muda seperti itu secepatnya di hilangkan. Karena pada saat engkau berpikir seperti itu, secara tidak kau sadari, dirimu telah menjadi tua. Bisa jadi mereka yang berdandan atau bersikap 'antik' seperti itu malah lebih waras dan kritis ketimbang mereka yang sehari-harinya mengenakan kemeja dan dasi. Mereka hanya berusaha melebur ke dalam kultur di mana mereka kini berpijak.

Memang sudah saatnya yang muda bergerak dan melepaskan diri dari kungkungan ke eksistensian generasi sebelumnya. Lupakan bagaimana cara merubah paradigma generasi sebelumnya!. Karena bisa di bilang sia-sia dan tidak ada harapan lagi. Daripada pusing-pusing merubah paradigma mereka, lebih baik kita yang membentengi diri sendiri agar tak teracuni oleh pikiran-pikiran usang mereka. Selamat berjuang!.

2 komentar:

Tomi mengatakan...

Salut Jak, lo nemuin aja kata2 ajaib kayak judul artikel lo ini(Renaissance). Pertama liat judulnya gw kira lo bakalan ngebandingin kondisi silungkang saat ini dengan kondisi abad pertengahan di Eropa yang dikuasai oleh Kaum Gereja Ortodok yang anti modrenisasi(zaman kegelapan).
hehehe... ternyata ngak se ektrim itu.
Yang perlu diingat untuk Renaissance, pergerakannya cukup lama terhitung dimulai sekitar abad XII tapi abad ke XVI Galileo masih bi bunuh karena menyatakan bumi itu bergerak mangelilingi matahari. hal ini juga yang menyebabkan Reaissance kalah pamor dengan Revolusi.
Tapi yang gw tangkep dari artiel lo, kita harus bergerak berefolusi dengan perubahan zaman. Tapi jangan sampai kehilangan jati diri.
Terus berkarya Bro.

Gonang Winarno mengatakan...

dan yang penting jangan coba coba merubah padang cuisine, menurut saya masih yang d best abis..
pernah makan di Dixie, fusion antara padang dan prancis, ide nya bagus..kata orang bule most of the best food in the world comes from france, dan best indonesian food adalah padang..tapiii...pas pesen satu menu nya...
dendeng balado plus ratatouile (semacam acar nya orang sono) dipinggirannya...Alamakjan...Ancur ancurannn paduan rasanyaa.........