Senin, 01 Oktober 2007

Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat Mamakai

Oleh : Aulia Amri


Tanggal menunjukkan hari ke 28 di bulan Ramadhan. Kami sekeluarga pun bersiap-siap menyambut lebaran. Seperti tahun yang sudah-sudah kami merencanakan pulang ke kampung dihari pertama lebaran. Sudah terbayang wajah ongku dan niniak yang menunggu kedatangan kami di Kampung Halaman. Dan hari yang ditunggu-tunggupun tiba, paginya Sholat Ied, setelah itu langsung bergegas menuju rumah dunsanak dan kerabat yang ada di Jakarta. Malam harinya pukul 23:45 kamipun berangkat menuju Silungkang, hal ini bertujuan biar kami sampai pada siang hari di daerah Lahat yang terkenal dengan perampokan dijalan.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 48 Jam, sampailah kami di Silungkang. Ongku dan niniak menyambut dengan peluk hangat dan kasih sayang. Tak lupa menu kebanggaan urang awakpun telah terhidang di meja makan (jariang batokok). Satu hari berlalu, kami pun sudah diajak ongku menikmati jajanan kuliner yang ada disekitar Silungkang, ada Bubu Samba, sate padang, pisang picak, es tebak, soto di Muaro Kalaban dll. Rasa penat selama 48 jam diperjalanan telah terobati.

Siang itu saya dan Ongku sedang asyik berbicara tentang budaya Silungkang. Banyak hal yang diceritakan Ongku tentang Silungkang, mulai dari jumlah suku di Silungkang, tolak ukur keturunan berdasarkan pihak perempuan (matrilineal), tata cara pelamaran, perjodohan di Silungkang sampai ke perbedaan Kasta di Silungkang. Saya pikir yang ada plat No.nya itu cuman mobil, ternyata OrSil juga punya 3 jenis plat, yang plat N, plat T, dan plat L. Ongku juga menceritakan tentang slogan adat minang yang berbunyi “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Syarak mangato, adat mamakai “.

Slogan “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Syarak mangato, adat mamakai” inilah yang akhirnya menjadi pemicu perdebatan antara saya dan Ongku. Saya pikir kalau slogan tersebut diartikan maka akan berarti: “Adat berdasarkan syariat Islam, syariat Islam berdasarkan Alquran, segala sesuatunya diatur berdasar syariat Islam dan pelaksanaannya dilakukan oleh adat.” Kalau adat berdasarkan Syariat Islam mengapa pelaksanaannya agak menyimpang dari syariat Islam?

Pertama, sistem matrilineal. Saya bertanya:” Kenapa urang minang (termasuk OrSil) menganut paham ini sebagai tolak ukur garis keturunan?” Jawaban Ongku; “Karena ada hadits yang mengatakan: “berbaktilah kepada Ibumu, Ibumu, Ibumu, kemudian ayahmu” maka dari itu keturunan sebaiknya dihitung dari garis ibu bukan ayah.” Saya bantah dengan menyebutkan bahwa di dunia ini suku yang menerapkan matrilineal tidak banyak, cuman sekitar 5 suku termasuk Minangkabau, lagi pula di AlQuran dalam surat Al Ahzab ayat 5 disebutkan: Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Ongkupun terdiam sambil berpikir.

Kedua, perjodohan di Silungkang. Saya bertanya: “ Kenapa OrSil diusahakan agar menikah dengan sesama OrSil?” Jawaban Ongku: “Karena OrSil telah menerapkan adat seperti itu sejak dahulu kala, tujuannya supaya bibit, bebet, bobot calon mempelai dapat diketahui dengan jelas, selama nikahnya masih beda kampung dan selama tidak satu garis keturunan Ayahnya dari masing2 pihak maka diperbolehkan”. Lalu saya bantah: “Kalo gitu apakah ada dalam AlQuran bahwa kita harus menikah dengan sesama OrSil? Setahu saya kita hanya diperintahkan untuk menikah dan kitapun bebas memilih siapa yang akan kita nikahi, nggak harus OrSil”. Ongku menjawabnya dengan berkata;” Tapi itu kembali jo ang, tasorah ka babakti ka urang tuo apo indak”. Saya pikir kalo setiap dibahas tentang ini terus kita dibilang pengen berbakti sama orang tua atau nggak, mana mungkin kita jawab nggak. Karena ridho Allah swt sama dengan ridho orang tua.

Ketiga, tentang kasta di Silungkang. Saya bertanya: “Kenapa OrSil dibedakan berdasarkan kasta-kasta?” . Jawaban Ongku: “Karena dulu di Silungkang terdapat beberapa pendatang yang datang belakangan menempati Silungkang, nah pendatang ini kemudian diakui oleh penduduk asli Silungkang sebagai bagian dari warga Silungkang namun dengan embel2 dan tingkat dari kadar keasliannya yang menyertainya sampai turun ke keturunannya”. Lalu saya tanya “Apa hubungannya antara warga yang duluan menempati Silungkang ataupun belakangan menempati Silungkang dengan kasta-kasta tersebut? Bukankah setiap orang dimata Allah swt adalah sama, yang membedakan adalah tingkat keimanan dan ketakwaannya”.

Sampai dipertanyaan ketiga ini rupanya habis sudah kesabaran Ongku. Saya di bosuik dengan kalimat:” Iko ang masih ketek, salemo olun tarapui, ala pandai malawan ka urang tuo, dasar anak kurang aja siapo nan maaja ang bakecek taka tuah?”. Akhirnya dengan rasa kecewa saya sudahi pembicaraan dengan Ongku. Dalam hati saya berkata: “ Nasib jadi cucu Urang Awak, baru diajak diskusi ajah dibilang palawan, mungkin karena pengaruh makanan yang besantan dan banyak lemak jadi kena darah tinggi deh”.

Kami melanjutkan kegiatan masing-masing, saya jalan ke balai mencigok apo nan lomak untuk diboli, sedangkan Ongku kembali ke kursi goyang kesayangannya sambil nonton TV.

CERITA DIATAS ADALAH FIKTIF BELAKA BILA ADA KESAMAAN NAMA DAN TEMPAT ADALAH MERUPAKAN HAL YANG DISENGAJA.

Kamis, 27 September 2007

Penikam Dari Belakang

Oleh : Rejak


Milis Silungkang yang menjadi wadah ’kumpul-kumpul’ bagi sesama urang awak di dunia maya telah menjadikan salah satu tempat khusus untuk melontarkan ide-ide segar dan brilian untuk kemajuan Silungkang itu sendiri. Terjadinya benturan pendapat antar dua generasi, yakni para anak mudanya dan para orang tuanya seakan-akan membuat milis ini menjadi tidak enak lagi untuk di lihat bagi sebagian orang yang berwatak tradisionalis. Perhelatan di milis Silungkang yang tak ada habisnya rupa-rupanya semakin membuat pemunculan karakter-karakter ’tersembunyi’ para miliser yang selama ini bak harta karun terpendam. Tak di sangka-sangka karakter-karakter ’tersembunyi’ yang dalam konteks ini memiliki nilai negatif justru di tunjukkan sendiri oleh para orang-orang tuanya. Memang tak ada aturan di dunia maya, dan kita bisa menjadi siapapun yang kita suka ataupun membelah berapa banyak diri kita bagaikan amoeba. Maka itu jangan heran bila kita sering melihat karakter Dr. Jekyll dan Mr Hyde di dalam dunia maya. Apalagi di antara para urang awak pada khususnya.


Ada orang yang berkedok sebagai ustadz lalu mengirimkan postingan-postingan ayat-ayat suci Al-Quran dan menyeru kepada kebaikan, namun di sisi lain ia memiliki karakter yang tak kalah ’suci’nya di banding yang pertama. Dalam kasus ini, pewujudan karakter asli ini salah satu contoh nyatanya di dalam milis Silungkang adalah pada seorang miliser yang berinisial BN. Dengan lihai BN membagi dirinya di dalam milis ini menjadi ganda, satu sebagai ustad, dan satu lagi sebagai dirinya sendiri. Ketika ia menjadi seorang ustad, maka ia benar-benar menjalankan perannya melalui postingan-postingan ayat-ayat suci. Dan ketika ia menjadi dirinya sendiri, ia bergerak bebas seakan-akan seperti manusia yang telah menanggalkan labelnya.


Pada suatu waktu, entah secara secara di sadari atau tidak, dia telah melakukan sebuah perbuatan yang sama sekali tidak mencerminkan dirinya sebagai layaknya seorang ustadz ataupun seorang yang telah sepuh usianya. Perbuatan itu adalah, ”mendoakan kecelakaan kepada sesama saudaranya sendiri”.

Mencengangkan!. Apakah sebenarnya maksud di balik perbuatannya yang nista itu?.

Setelah postingan ’doa celaka’ itu, para anak-anak mudanya bermaksud untuk meminta kejelasan dari BN sendiri. Akan tetapi BN hanya menjawab bahwa postingannya itu hanya bersifat fiktif, tidak ada unsur-unsur lainnya apapun itu. Tetapi ketika para anak mudanya mendesak BN untuk menjelaskan motif di balik postingan ’doa celaka’ itu, ia hanya berdalih bahwa ’Milis Silungkang Liberal’. Jawaban ini mengandung berbagai arti. Apakah BN memang tak bisa menjawab pertanyaan anak-anak mudanya? ataukah memang BN sengaja mendoakan kecelakaan bagi sebagian miliser yang memang hendak mudik sewaktu lebaran nanti?.


Mengetahui hal itu anak-anak mudanya mencecarnya lagi dengan pertanyaan dan menuntut pertanggung jawabannya agar bersikap jantan layaknya seorang laki-laki. Akhirnya kericuhan ini mengundang kedatangan mantan moderator yang mencoba untuk memberikan penjelasan kepada para anak mudanya maksud dari postingan ’doa celaka’ BN. Tetapi tetap saja mereka keukeuh untuk menuntut pertanggung jawaban dari mulut si pendoa itu sendiri.

Pada saat itulah BN sekali lagi muncul dengan memberikan penjelasan maksud dari postingannya di milis. Seperti anak kecil yang berlindung di balik tubuh ibunya, BN tetap tidak mau mengaku bersalah dan mencoba menjelaskan bahwa alasan postingannya itu hanya sebagai shock terapy bagi mereka para miliser yang ekstrim. Shock Terapy?. Ternyata memang motif postingan ’doa celaka’ milik BN memiliki maksud yang tidak baik, karena dia sebenarnya telah mengetahui bahwa ada sebagian miliser yang akan pulang kampung pada waktu lebaran nanti, karena itu dia sengaja memberikan postingan berupa ’doa celaka’nya yang tidak bertanggung jawab itu. Sebelumnya ia tidak bisa menjawab ketika di tanya motif di balik postingan tersebut dengan dalih fiktif, Milis Silungkang Liberal, dan kini Shock Terapy(?). Tetapi, rasa-rasanya memang belum pernah terdengar sesama saudara boleh mendoakan kecelakaan bagi saudaranya sediri kecuali memang orang yang mendoakan tersebut benar-benar bejat moralnya. Baru kali inilah kita mendengar orang yang mendoakan kecelakaan bagi saudaranya sendiri dari mulut seorang Silungkang. Bukankah perbuatan itu sama saja dengan menikam dari belakang?. Apakah seperti ini didikan orang-orang Silungkang?. Ternyata selain sebagai ustad yang ahli menyuguhkan ayat-ayat suci Al-Quran, BN juga ahli merubah wujudnya lalu menyuguhkan doa-doa suci yang 'apik' dan 'nakal'. Luar biasa, inilah kisah ular yang berkedok manusia.
Sebenarnya yang perlu di khawatirkan dari perbuatan BN ini adalah ’sikap’nya yang tidak gentle dan tidak bertanggung jawab yang nantinya bisa menjadi ’teladan’ bagi generasi-generasi selanjutnya. Salut bagi BN yang kini menjadi ikon baru di milis Silungkang. Ikon Generasi Pengecut.


Telisik punya telisik, ternyata BN pun tidak sendiri, karena masih ada banyak lagi manusia-manusia seperti BN di dalam milis ini yang bekerja di balik layar, yang bermain cerdik dan licik bagai musang. Mereka mendekati orang-orang yang memiliki ’kekuatan’ di dalam milis lalu menjadikannya boneka milik manusia-manusia musang itu. Beruntunglah bagi mereka para pemuda yang masih waras dan berpandangan luas. Karena kalian tidak akan pernah bisa di jadikan boneka-boneka mereka.


Inilah yang di maksud penulis mengapa orang-orang kolot itulah yang sebenarnya adalah racun bagi generasi muda Silungkang yang ada di Jakarta. Sedikit demi sedikit mereka mulai menorehkan racun-racun ke dalam pikiran-pikiran anak-anak muda yang polos dan lugu. Lalu terciptalah robot-robot bernyawa Silungkang yang berwatak lurus dan kaku yang suka menjilat, pengecut, dan penakut. Memang tak ada jalan lain untuk mengatasi para orang-orang kolot peracun pikiran generasi muda itu selain dengan satu kata : Lawan!.

Minggu, 16 September 2007

Sepenggal Kisahku (Cerpen)


Oleh : Thomas Alexander



Masih jelas teringat ketika pertama kali sapaan hangat. “Kampuang ang dimano?” dengan malu2 saya jawab Silungkang, jawaban itu disambut dengan senyuman. Dan dilajutkan dengan penjelasan yang gamblang tentang arti kampung, bako, dan sederetan ungkapan yang sulit aku hafalkan. Diakhir kata beliau meminta ku untuk memanggilnya dengan sebutan mamak (ternyata beliau masih sekampung denganku). Sapaan hangat itu pun berlanjut, mamak baru ku ini memperkenalkan ku dengan sejumlah orang yang menurut pangakuannya, juga mamak aku. Sambutan mereka begitu hangat terutama ketika mengetahui bahwa kakekku seorang tokoh yang banyak membantu keuangan Organisasi Silungkang. Ini sambutan yang sangat luar biasa bagi seorang anak 17 tahun. Di dalam hati kuucapkan “Aku Bangga Sebagai Orang Silungkang”. Di sela-sala keributan acara halalbihalal terdengar mereka mengatakan bahwa kedua orang tuaku adalah orang jempol (jempol????? Entah apalah itu, aku tak terlalu memikirkannya).

4 tahun sudah, kehangatan itu berlangsung, sekarang aku seorang sarjana dengan menyandang gelar S.Kom di belakang namaku (hehehe.. masih kuingat dengan jelas bertapa bangganya kedua orang tuaku ketika aku mengenakan toga dan lulus dengan IP 3,58). Mereka begitu bangga sehingga menceritakanya hampir ke semua orang yang dikenalnya. Dan seperti biasa cerita itu selalu disusul dengan cerita tentang kejayaan Silungkang dimasa lampau. Tentang begitu cerdasnya masyarakat silungkang, atau pun mengenai cantik dan rupawannya masyarakat Silungkang. Dan seperti biasa aku mendengarkannya dengan antusias walaupun telah berkali-kali mendengarkannya. Hehehe “Aku Bangga Sebagai Orang Silungkang”.


Ayahku jatuh sakit, tidaaaak…… ini mimpi buruk. Kehidupan normal kami berubah, banyak dana yang kami keluarkan untuk penyembuhan ayah. Gaji ayah yang merupakan pegawai negeri tidak banyak membantu, gajiku pun habis untuk keperluan ibu dan adik ku. Subhanallah ternyata saudara-saudara ayah dan ibu mengumpulkan dana untuk membantu biaya rumah sakit. Aneh, tak satupun orang yang dulu meminta aku memangilnya mamak datang membantu. Jikapun datang hanya untuk menjenguk lalu pulang, ya…. hanya itu. Dari cerita yang selama ini kudengar, mamak berarti seorang yang akan selalu membantu keponakanya disaat sulit maupun senang, sepertinya aku harus merevisi arti mamak dalam pikiranku.

Ayah sudah sembuh, beberapa tahun kemudian adikupun telah lulus kuliah. Kehidupan kami kembali normal. Hanya satu hal yang selalu diributkan oleh ibu, kapan aku mendapatkan pasangan. Ya…. seorang istri yang sholeha. Dan seperti kebanyakan warga Silungkang, diakhir permohonannya ibu selalu mengingatkan untuk mengutamakan gadis silungkang. Dan di akhir kalimatnya : “ Tapi ibu ngak maksa loh, kalau kamu dapat yang lebih baik kenapa nggak” hehehe…. Ini biasa digunakan agar tidak terlihat terlalu memaksa.

(sebagai seorang ikhwah untuk menikah aku tidak melewati masa pacaran, tapi melakukan ta’aruf atau perkenalan. Jika ternyata keduanya cocok maka langsung dilanjutkan dengan persiapan pernikahan. Prosesnnya cepet kan)

Senin ba’da zuhur, awal bulan februari. Aku bersama ustad mingguanku mendatangi sebuah rumah kecil di Pinggir Jakarta, rumah yang sangat bersahaja. Ini perkenalanku yang pertama dengan calon istriku, iya seorang akhwat yang merupakan keturunan asli Silungkang. Seperti di sinetron aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia seperti akumulasi dari segala keindahan yang pernah kulihat (hehehe.. kalau lagi jatuh cinta ngomongnya sering ngak rasional). Kekagumanku terus bertambah setelah mambaca beberapa artikelnya yang di muat di majalah kampus. Perkenalan itu belanjut dengan pertemuan keluarga dan membahas acara lamaran. Semua berjalan begitu lancar hingga…..

Beberapa orang yang selama ini kukenal sering berada dimeja domino datang kerumahku, mereka memintaku memangil mereka mamak. Mereka menjelaskan tentang status calonku yang ternyata orang kelingking, orang yang terendah dalam kasta Silungkang (What…. Apa lagi ini). Setiap bantahanku tak pernah dihiraukan, mereka lebih fokus menekan kedua orang tuaku. Mereka berkata “Jangan salahkan kami jika nanti kami tidak akan menyapa mantumu”. Atau beberapa kali kudengar “Bagaimana bisa kau mempermalukan nama ayahmu sendiri dengan mengambil mantu seorang kelingking?”. Aku tak sanggup lagi mendengarnya…… acara ini berakhir dengan ku usirnya mereka semua keluar dari rumahku. Dan dari kejauhan ku dengar “lihat lah, belum menikah saja anak itu sudah berani mengusir mamaknya sendiri”.

Aku tak habis pikir, bagaimana mungkin para pemain domino itu tiba-tiba berubah menjadi tokoh masyarakat? Apa hak mereka menanyakan moral kepada keluarga kami? Kemana mereka saat ayah sakit? Punya hak apa mereka mengunakan nama kakek untuk menekan ayah? Dan mengapa masih ada kasta? Bukankah adat kita berdasarkan Kitabullah.
Semua pertanyaan itu kulimpahkan kepada ayah. Dia menjawab dengan senyuman “Nak, lakukanlah apa yang menurutmu benar. Ayah selalu mendukungmu”.

5 tahun telah berlalu, setelah kuputuskan untuk tetap menikah dengan cintaku, matahariku, karunia terindah yang diberikan Allah kepadaku. Tak pernah lagi kudengar sapaan hangat dengan logat silungkang, tapi tak ada penyesalan di hati. Kini aku sedang bersantai dengan istri dan seorang putraku. Memperhatikan TV yang menyiarkan kampung halaman kami ‘Silungkang’, sebuah kampung yang masih kental adat istiadatnya. Jauh didasar hatiku terbesit hal yang telah lama kulupakan “Aku Bangga Sebagai Orang Silungkang”.

NB: cerita ini hanya fiksi belaka jika ada kesamaan kejadian itu hanya kebetulan semata

Rabu, 12 September 2007

Aku Cinta Gadis Indonesia

Oleh : Rejak


“...Ku cinta gadis indonesia apapun sukunya

Tuhan menentukannya…”


Begitulah kiranya sepenggal bait dari lirik lagu salah satu grup band lawas Indonesia, SAS, yang berjudul Aku Cinta Gadis Indonesia. Mungkin bagi yang belum pernah mendengarnya pasti terkejut bahkan tergelak melihat judulnya yang terus terang dan tidak biasa. SAS yang di motori oleh Sunatha Tandjung, Arthur Kaunang, dan Syech Abidin, dalam albumnya yang berjudul Episode Jingga ini memberikan warna nasionalisme tersendiri pada lagu-lagunya, salah satunya adalah lagunya yang berjudul ’Aku Cinta Gadis Indonesia’ yang di letakkan pada nomor pertama alias pada urutan teratas dari keseluruhan lagunya dalam album Episode Jingga. Aku Cinta Gadis Indonesia memang merupakan judul yang universal dalam konteks keindonesiaan itu sendiri. Karena ’Indonesia’ itu berarti menunjukkan keberaneka ragaman suku, dari suku jawa, minangkabau, Aceh, Maluku, dan masih banyak lagi. Entah apa yang melatar belakangi mereka dalam membubuhkan kata ’Indonesia’ di akhir kalimat?. Tidakkah itu terlalu luas dalam pengertiannya?. Lalu, apa pula kiranya yang melatar belakangi mereka menciptakan lagu yang berbau nasionalis ini?. Ataukah mungkin karena di dasarkan oleh pengalaman pribadi sang vokalis plus bassis dari band tersebut, Arthur Kaunang, yang konon dahulu sewaktu belum bertobat gemar ’bertualang’ wanita?. Walau yang pada akhirnya karena kebiasaannya itu pulalah yang membawanya pada pertobatan. Ataukah lagu ini sekedar kekaguman mereka terhadap keberaneka ragaman suku di Indonesia?. Kita dapat melihatnya melalui berbagai sudut pandang.


Irama lagunya yang pelan dan sedikit mendayu namun tidak cengeng sanggup memberikan spirit bagi siapa pun yang mendengarnya, terutama kaum adam, ataupun para nasionalis yang melihat hilangnya ’keidentitas dirian’ pada manusia-manusia yang hidup di Indonesia. Sebenarnya lagu ini hendak menjelaskan tentang identitas diri bangsa Indonesia itu sendiri. Memang sulit menemukan satu identitas penuh di tengah keberagaman suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, belum lagi bila sudah terpenetrasi oleh budaya-budaya luar yang lalu menciptakan identitas baru bagi masyarakat tersebut yang akhirnya menjadikan kebudayaan kontemporer. Karena itu dapat di maklumi bila dulu Bung Karno pasca kemerdekaan Republik Indonesia melarang masuknya kultur-kultur barat, salah satunya adalah musik ngak ngik ngok, karena Bung Karno paham betul bahwa bangsa ini belum lagi menemukan identitasnya, begitulah yang di katakan oleh Pramoedya Ananta Toer dalam buku tanya jawab dengannya yang berjudul ’Saya Terbakar Amarah Sendirian’. Lalu pada era orde baru segala hal yang berbau barat dengan bebasnya dapat masuk ke dalam negeri yang waktu itu masih berusia seumur jagung. Segala bentuk hiburan masuk ke dalam negeri ini tanpa di saring, terutama melalui televisi. Jadilah akhirnya masyarakat Indonesia ini terlena oleh segala macam hal yang berbau hiburan-hiburan yang di suguhkan oleh Barat, dan dari sini asal muasalnya adanya budaya permisif di kalangan masyarakat Indonesia.


Adanya lintas budaya yang berlalu lalang di negeri ini yang di akibatkan oleh sistem yang di berlakukan warisan orde baru membuat kita mau tak mau harus membuka mata dan melihat kenyataan yang ada. Modernisme yang selalu di identikkan dengan segala hal yang berbau barat menjadi pilihan sebagian besar anak-anak muda Indonesia untuk di ikuti dan di gandrungi. Salah satunya adalah scene musik Rock n Roll, Punk, Heavy Metal, J-Rock, Jazz dan lain-lain. Lalu ada lagi kultur barat yang masuk ke negeri ini seperti pergaulan bebas, drugs, alkohol berikut paham kapitalismenya. Semuanya itu menyamarkan identitas murni dari bangsa Indonesia itu sendiri, sehingga apa yang kita lihat saat ini bukan lagi sekedar warisan nenek moyang lagi, karena semuanya kini telah membaur menjadi satu dan menciptakan satu identitas baru bagi masing-masing individu.

Di tengah zaman yang semakin gila ini, dan peradaban yang sudah ikut sedemikian gilanya, ada beberapa dari mereka yang memilih untuk ’melarikan diri’ dari zaman, hingga ada dari mereka yang memilih untuk berdandan Punk berikut penjiwaannya, ataupun J-Rock. Semuanya itu mereka lakukan paling tidak untuk memilih jalan yang lebih terstruktur di tengah zaman yang penuh ketidak jelasan ini. Maka itu jangan kaget bila ada beberapa urang awak yang berdandan ala Punk, Metal, J-Rock atau bahkan anak-anak muda yang berdandan retro. Tak ada bisa protes, bahkan orang-orang tua mereka, karena mereka (si anak ini) melihat sendiri dengan mata kepala mereka betapa mengerikannya dunia yang kini di tengah jalaninya. Tidak sesimpel cerita-cerita orang-orang terdahulu yang pernah di ceritakan kepada mereka sewaktu kecil.


Kembali lagi pada lagu SAS, Aku Cinta Gadis Indonesia yang konteks keindonesiaan dalam lirik lagu ini di tunjukkan oleh penggambaran karakter gadis dari setiap suku yang ada di Indonesia walaupun tidak semua. Dalam lagunya, SAS mencoba menjelaskan karakter asli gadis di tiap-tiap suku di Indonesia semenarik mungkin dengan lirik yang jujur dan polos. Seperti sepenggal liriknya berikut ini :

”...Ku jumpa gadis Jawa

Lembut Manis bersahaja

Tertawan hati ini

Gadis Aceh Soleh

Taat beribadah

Tapanuli tegas

Kukuh serta jujur...”


Akan tetapi masih relevankah apa yang di katakan oleh SAS dalam liriknya di atas dengan konteks keindonesiaan di zaman sekarang ini?. Jangankan mereka yang di Jakarta, bagi mereka yang berada di asalnya pun sudah tidak lagi mewarisi budaya aslinya. Benarkah gadis-gadis Aceh masih banyak yang taat beribadah?. Benarkah gadis-gadis jawa masih banyak lembut dan bersahaja?. Semuanya masih bisa di pertanyakan bila di daerah tempat yang mereka tinggali mengenal apa itu yang namanya televisi. Anak muda mana yang kini tidak mengenal MTV ?, sebuah ikon anak muda masa kini yang menyuguhkan kultur-kultur modern anak muda dari luar (kebanyakan Barat). Maka itu jangan kaget bila gadis-gadis soleh zaman sekarang gemar berpakaian ketat, kelihatan pusarnya dan paha atau bahkan menyembulkan buah dadanya dalam berdandan, atau dengan kata lain, ’Sholat 5 waktu, dugem jalan terus!”.


Bila dulu langgar/mushola atau mesjid sebagai kegiatan mereka dalam melakukan ritual baca Al Quran atau pun mendengarkan ceramah Ustadz, kini di gantikan oleh kegiatan jalan-jalan ke Mall, nongkrong, nonton bioskop, ataupun dugem. Kegiatan ciuman, pegang-pegangan dan hubungan badan yang dulunya tabu kini sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan anak muda. Sebaliknya kegiatan seperti mengaji, sholat, mendengarkan ceramah ustadz malah menjadi sesuatu yang tabu di kalangan remaja. Coba lihat, ada berapa banyak gadis di Indonesia (dari suku apapun) yang belum pernah berhubungan badan dengan kekasihnya?. Jika begitu, makna dalam lirik SAS tersebut justru menjadi absurd bila di sesuaikan dengan konteks keindonesiaan sekarang ini. Karena sudah hampir tidak ada lagi gadis-gadis Indonesia yang alim, ulet, jujur, rajin, hemat ataupun bersahaja tanpa terbawa arus zaman dan masih tetap keukeuh pada kultur aslinya. Sama halnya dengan ’pelarian diri’ anak-anak muda dalam menemukan kembali identitasnya, mungkin SAS dalam lagunya ini hanya berusaha untuk mengembalikan karakter gadis indonesia secara tekstual dan strukturalis karena telah lelah melihat keedanan zaman, sekaligus promosi ’gadis Indonesia’ yang dalam konteks keindonesiaan saat ini tetap menjadi sebuah utopia. Sampai kapankah kita berpikiran gadis dari daerah asal sendiri adalah yang terbaik?. Sedangkan SAS walaupun dengan ’tangisan keputus asaannya’ akan realita masih bersuara lantang menawarkan keberagaman gadis dari berbagai suku dengan ’keberjuta ragaman’ karakter kontemporernya untuk ’di nikmati’ kaum adam.


”...Wajahnya mempesona

Gayanya menggemaskan

Kau gadis Indonesia...”

VISI eh ..RENCANA SAYA MENJABAT WALIKOTA SAWAHLUNTO ... JANGAN MERASA HERAN BRO..!

Oleh : Ricky Rizky


Beberapa minggu lalu muncul sebuah tulisan mengenai pejabat di silungkang yang akan mencetuskan VISI SILUNGKANG 2020. Sedikit terkejut juga melihat tulisan tersebut, karena baru kali ini kelihatannya ada yang sangat peduli dengan VISI SILUNGKANG. Hanya saja yang sangat di sayangkan sekali, saya tidak tahu, apakah ini hanya sebuah ide, khayalan, atau pemikiran tiba-tiba yang akhirnya akan tetap di berada awang-awang. Satu hal yang sangat ingin saya tanyakan, seorang pejabat dalam menduduki kursi jabatannya, tentu ada batasannya. Kini adalah tahun 2007, jika VISI untuk 2020 - maka 13 tahun lagi lah VISI itu akan tercapai dengan catatan pentingnya adalah; Pejabatnya tetap atau pejabat pengganti tidak memunculkan VISI BARU lagi, yang mungkin VISI SILUNGKANG 2020 berbeda dengan pejabat sebelumnya. Entah cetusan itu apakah termasuk dalam muatan politis atau hanya obrolan santai saja, hanya saja - siapa yang menjamin VISI tersebut tidak akan berubah? dalam politik, setiap yang menduduki jabatan memiliki VISI PRIBADI. Siapa yang bisa menjamin VISI pribadi tidak akan mempengaruhi VISI KEBERSAMAAN.

Saya mulai berpikir, hmm ... penting mana saat ini untuk SILUNGKANG? VISI atau RENCANA? Rencana tidaklah perlu sampai dengan tahun 2020, rencana cukup di pisahkan menjadi tiga term; Jangka Pendek, Jangka Menengah, dan Jangka Panjang. Rencana bisa disesuaikan dan dikondisikan bagi pejabat yang sedang menduduki jabatannya. dalam artian, Rencana Jangka Pendek bisa saja dibuat; minggu depan, bulan depan, dua bulan lagi. Jangka menengah bisa juga dibuat 5 bulan ke depan, 6 , 7 , atau 8 bulan kedepan, sedangkan Jangka Panjang adalah suatu RENCANA yang harus terlaksana pada saat lengser keprabon. Setiap rencana tentunya harus memiliki target sebagai perbandingan dalam melakukan penilaian suatu performansi atau pencapaiannya. Apabila pencapaian hanya 10%, 20%, apakah dapat dibilang gagal? belum tentu....jika rencana tersebut berjalan 90% berjalan, apakah bisa di bilang berhasil? belum tentu juga. Satu hal yang harus di matangkan dalam rencana dan mencapai targetnya; komitmen dan disiplin. Saya ambi suatu contoh yang sangat mudah sekali. Saya memiliki rencana untuk memiliki sebuah RUMAH IDAMAN yang bertingkat dan tanahnya 1000 meter persegi. Dalam pencapaian rencana saya, tentunya saya memiliki langkah-langkah dalam hal; pengumpulan dana, pencarian rumah yang cocok, dan juga pencarian KPR yang cocok juga yang saya lebih senang saya sebut dengan STAGES. Jika akhirnya saya dapat membeli rumah, ternyata tidak tingkat, tanah hanya 200 meter persegi apakah rencana saya gagal?. hmmm belum tentu. Toh target saya membeli rumah tercapai. Atau kondisi, dimana saya akhirnya bisa mendapatkan rumah seperti yang saya impikan dan hebatnya saya bisa bayarkan tanpa KPR, tetapi Hard Cash. Hmmm apakah saya berhasil? lah bagaimana saya bisa dapatkan uang tersebut? Hutang di rentenir , korupsi, nyolong, dll. Jika hutang, memang tujuan rumah tersebut sudah berhasil, hanya saja cara yang saya lakukan TIDAK sesuai dengan STAGE saya atau cara yang baik.

Seandainya saya menjadi walikota sawalunto yang memiliki kekuasaan, saya akan jadikan Silungkang menjadi KOTA PELAJAR. Nah loh .. pada bingung kan?pada capek deh yang udah berbusa berbicara tentang pemasaran songket, pada capek yang berbicara VISI, pada capek yang berpantun-pantun ria, dan pada capek yang berkonsep ria selama ini. Belum pernah terpikirkan kan? Kenapa tidak terpikir? memang tidak pernah ada IDE kalau Silungkang bisa DIJADIKAN KOTA PELAJAR? Rencana jangka pendek adalah menggratiskan biaya TK, SD, SMP, dan SMA dan memberikan intensif kepada guru, rencana jangka menengah pendirian UNIVERSITAS NAGARI SILUNGKANG, dengan jurusan; pariwisata (D3), BISNIS (bukan jurusan manajemen), Teknik Mesin, dan SASTRA & BUDAYA. Rencana jangka panjang, UNIVERSITAS NAGARI SILUNGKANG - GRATIS - warga silungkang 0% yang memiliki pendidikan sampai dengan SMA. Nah, gila kan? emang harus ide-ide gila yang bisa memajukan Silungkang. Apa kita tidak capek berhadapan dengan para pembuat songket yang di minta fotonya saja susah, apa kita tidak capek menghadapi para dominoers, apa tidak capek berdebat dengan orang yang hanya suka berkonsep ria yang akan selalu membuat kita jalan ditempat. Lalu gimana perkembangan songket, pariwisata, dan lain-lain di Silungkang? nah silahkan, itu akan menjadi tugas pejabat walikota selanjutnya setelah saya, yang jelas masa jabatan saya adalah masa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Silahkan walikota selanjutnya jika mau mengembangkan, mudah mudaham SDM sudah terbentuk dengan rapi dan baik, mudah-mudahan tidak ada lagi rumah yang lapuk karena ditinggal pemiliknya.

Yang jelas TUJUAN UTAMA adalah menjadikan SILUNGKANG KOTA PELAJAR. Silahkan, nanti akan berkembang usaha kos-kosan, pasar akan ramai yang jualan mie instan, sewa komputer, fotokopi, ATK, dll. Lalu bagaimana orang yang masih ada korupsi? ah cuekin saja .. yang jelas RENCANA BERJALAN, kita mau lari, kalau masih ada yang mau jalan kaki atau mau jalan mundur , mendingan di tinggalkan saja. Tidak usah karena beberapa orang yang maunya jalan ditempat terus semua akan ketinggalan. Cuekin saja ... dia hanya akan punya dua pilihan; ikut berlari atau PINDAH. Rencana ini akan lebih dimatangkan lagi dengan stages-stages yang lebih konkrit dan lebih mengena yang tidak asal OMDO alias omong doang. Terus bagaimana dong dengan para orang silungkang yang di Jakarta, mereka pada tidak setuju .. ah saya kan walikota yang menjabat, lagian saya sudah punya rencana yang jelas. Paling yang mau ngemplang-ngemplang yang gak diikutkan dalam program ini. Nah itulah .. andai-andai saya jika saya sebagai WALIKOTA SAWAHLUNTO, kalau mau terlaksana ya pilih saya dengan berandai-andai kalau tidak mau terlaksana silahkan menikmati stagnasi yang sangat stabil dan selamat menikmati suatu kondisi kenikmatan yang semu. Jadi bagi yang masih bingung mencari VISI SILUNGKANG 2020, silahkan anda memikirkan dahulu sampai ketemu yang cocok, nanti kalau sudah cocok jangan lupa; diketik, di print, di kasih pigura, dan di pasang di belakang bangku kerja atau di rumah. Wah .. yakin pasti anda akan berhasil .... berhasil menjadi pemimpi VISI yang tidak akan pernah tercapai. HIDUP KOTA PELAJAR.

Minggu, 09 September 2007

Renaissance

Oleh : Rejak


Ketika sudah terjadi ketidak-sepemahaman antara dua generasi, yakni generasi tua dan generasi muda, yang di karenakan adanya perbedaan budaya yang di sebabkan oleh berjalannya dimensi ruang dan waktu, itulah yang di namakan dengan generation gap. Sebuah celah (gap) pada sebuah generasi, atau terpisahnya generasi yang satu dengan yang lain. Ketika mereka para generasi tua tidak bisa atau bahkan mau mendengar apa yang di inginkan dan di pikirkan generasi muda, maka sudah saatnya para pemuda untuk memberanikan diri melepaskan diri dari kungkungan pengaruh generasi tua. Inilah yang membuat generasi muda Silungkang (IGMS) pola pikirnya menjadi kaku dan terukur, sebagai warisan generasi tua. Penciptaan cyborg-cyborg bernyawa yang di campur tangani oleh dedengkot-dedengkot Persatuan Keluarga Silungkang (PKS) seolah telah melumpuhkan rasa percaya diri mereka para pemuda dan pemudi sebagai generasi brilian. Program-program statis IGMS yang selama ini berjalan juga di karenakan oleh kurangnya generasi tua dalam mendukung dan memberikan kepercayaan penuh plus kebebasan terhadap mereka.


Para generasi tua menyebarkan racunnya yang berupa pemikiran tradisionil yang telah usang ke tiap-tiap isi kepala dan aliran darah para pemuda dan pemudi brilian tersebut serta membebani sayap-sayap kecil mereka dengan nama-nama yang semakin berat. Sehingga mau tak mau, generasi muda Silungkang pada akhirnya menjadi generasi muda sebagai bentukan yang seperti mereka harapkan. Menjadi seorang anak baik, penurut, menuntut ilmu melalui menelan teks-teks yang strukturalis mentah-mentah tanpa berani mengkritisinya, lalu bekerja (dalam konteks dagang, ataupun kemeja dan dasi), dan menjadi orang yang ’sukses’(?).


Saat ini, kami generasi muda butuh pencerahan. Pencerahan akan hidup yang sesungguhnya. Pencerahan bak sepercik air yang membasahi kerongkongan kami yang kering kerontang. Pencerahan yang datangnya bukan dari Silungkang. Namun dari luar Silungkang. Kami perlu membuka mata, telinga dan menghirup ’angin segar’ dari luar. Sudah cukup udara pengap jengkol dan pete yang biasa kami hirup yang memenuhi tiap sudut ruang rapat. Ajarkan kami cara untuk bergotong royong antar sesama manusia karena kami tak pernah di ajarkan untuk bekerja sama. Ajarkan kepada kami untuk melihat dunia karena selama ini kami memandang dengan kacamata kuda. Ajarkan kepada kami untuk saling menghargai karena selama ini kami selalu mementingkan diri sendiri. Ajarkan kepada kami untuk berani karena selama ini kami di ajarkan untuk berdiam diri. Ajarkan kepada kami untuk belajar karena selama ini kami bodoh. Kepada siapa kami harus berguru?. Kepada orang tertua dalam organisasi ini?. Tidak!. Kepada andhiko-andhiko bijak itu? Tidak sama sekali!. Lalu kepada siapa?. Jawablah, kawan!. Yaitu ada pada dirimu sendiri ketika engkau berpikir dan pada pandangan berikut pendengaran ketika engkau melihat duniamu sendiri. Karena itu, sudah saatnya kita semua harus mengucapkan selamat tinggal kepada generasi tua yang telah lama mensetting kami menjadi cyborg-cyborg. Yang dengan aturan-aturan tradisionilnya membuat kami buta terhadap zaman, dan menjadikan kami sebagai oportunis-oportunis kecil, alias para penjilat pantat orang-orang tua. Yang membuat kami menjadi makhluk menyedihkan yang tak berdaya.


Biarlah mereka para orang tua berbincang dengan sesamanya di bawah purnama dengan menenggak anggur dan tertawa terbahak-bahak sambil membicarakan kejayaan purbanya. Lalu kita pikirkan saja bagaimana caranya generasi muda dalam menciptakan terobosan-terobosan baru agar dapat berjalan hidup di tanah rantau ini. Dan pikirkan bagaimana agar kita tidak ikut terjebak ke dalam pemikiran masa lalu yang telah di siapkan untuk kita. Mari kita bangun sekat yang tinggi sekali di tengah jurang yang memang telah memisahkan antara kami dan mereka dengan lebar. Akan lebih baik kiranya generation gap ini terus di pertahankan.


Bila yang selama ini menjadi kendala generasi muda adalah permasalahan dana, maka sudah saatnya kita berhenti mengemis-ngemis meminta sponsor (uang) kepada orang-orang tua . Izin mendapatkan kucuran dana sponsor tak akan didapatkan ketika apa yang tengah di rencanakan tak sesuai dengan harapan si pemberi sponsor. Perlunya sebuah semangat Do It Yourself (DIY) di kalangan anak-anak muda dalam menggalang dana untuk mengadakan program-program yang baru. Karena dunia ini tidaklah sesempit gedung PKS (Persatuan Keluarga Silungkang). Bila yang menjadi permasalahan di antara generasi muda adalah perbedaan dalam hal yang berbau fisik, entah cara dandan, kebiasaan atau apapun itu dengan alasan tidak sesuai kultur Silungkang, maka sebaiknya pemikiran dan cara pandang yang membuat gap antara generasi muda seperti itu secepatnya di hilangkan. Karena pada saat engkau berpikir seperti itu, secara tidak kau sadari, dirimu telah menjadi tua. Bisa jadi mereka yang berdandan atau bersikap 'antik' seperti itu malah lebih waras dan kritis ketimbang mereka yang sehari-harinya mengenakan kemeja dan dasi. Mereka hanya berusaha melebur ke dalam kultur di mana mereka kini berpijak.

Memang sudah saatnya yang muda bergerak dan melepaskan diri dari kungkungan ke eksistensian generasi sebelumnya. Lupakan bagaimana cara merubah paradigma generasi sebelumnya!. Karena bisa di bilang sia-sia dan tidak ada harapan lagi. Daripada pusing-pusing merubah paradigma mereka, lebih baik kita yang membentengi diri sendiri agar tak teracuni oleh pikiran-pikiran usang mereka. Selamat berjuang!.

Sabtu, 08 September 2007

Maaf Anda Hanya Numpang


Oleh : Dion Blues

Saya adalah seorang anak muda asal silungkang yang sangat minim pengetahuan mengenai selak-beluk silungkang, banyak hal di sekitar saya yang saya rasa sangat janggal dan berbentrokan dengan kata hati saya dan saya tidak tahu mengapa dan dari mana itu berasal, tetapi setelah saya mengikuti milist silungkang, saya sedikit mengetahui penyebab mengenai kejanggalan pada hidup saya ( masalah perkawinan, masalah etika, dan masalah-masalah lain yg menurut saya tidak perlu dipermasalahkan). Masuk dalam milist silungkang merupakan salah satu perjuangan yg dapat saya lakukan, saya tidak mengetahui sebelumnya bahwa ada juga orang-orang yang menentang pemikiran-pemikiran kolot orang silungkang se-extreme saya, sampai pada suatu malam saya berbincang-bincang dengan rekan saya (Rejak), dan saya terkejut, ternyata dia juga menentang pemikiran-pemikiran tersebut, malah melebihi saya. Saya hidup di zaman saya, di kota Jakarta di mana semua kebudayaan dari berbagai penjuru dunia berkumpul. Saya tumbuh tanpa ada rasa nasionalisme yang kuat, saya tumbuh tanpa mengenal kebudayaan saya, saya tumbuh dengan berbagai macam serangan dari barat, saya tumbuh di suatu wadah yang sangat liberal, dan semua anak muda yang hidup pada zaman sekarang mengalami hal itu.


Saya mencoba beradaptasi dengan zaman saya, saya memberikan toleransi pada zaman saya, itu sebabnya mengapa saya bisa bertahan pada zaman saya, walaupun saya mencoba tidak mengikuti semua yang zaman tuntut, mereka (orang kolot asal silungkang) memang memiliki sejarah yang hebat pada zaman mereka, dan bila mereka bercerita tentang kehebatan masa lampau, bisa 1324321323 hari itu pun belum selesai, tapi sekarang yang bisa mereka banggakan hanyalah masa lalu, mereka terlalu terbuai oleh masa lalu mereka yang hebat, sekarang sebagian dari pemikiran mereka hanyalah garam yang sudah tidak asin lagi, kenapa? Karena mereka hidup di zaman kita tanpa bisa bertoleransi dan beradaptasi, mereka mencoba menerapkan pemikiran-pemikiran mereka kepada kita, yang tentu saja bila kita tidak saring maka kita akan konyol, tidak semua pemikiran-pemikiran mereka jelek, tetapi ada beberapa hal yang menurut saya sudah sangat kolot dan bila kita ikuti maka kita akan menjadi orang yang sangat konyol seperti : menganggap silungkang ras yang terhebat, maka dari itu pernikahan sangat dipaksakan harus satu ras, membawa nama besar orang tua dan kampong zzzzzzzz DLL.


Saya rasa kita hidup di zaman yang liberal dan sangat dinamis, bila kita masih menerapkan pemikiran-pemikiran seperti itu maka hanya membunuh diri kita, memang tugas kita mengharumkan nama baik orang tua kita, tetapi coba lihat kalau segala sesuatu hal yang kita lakukan selalu di sangkut-pautkan dengan nama baik orang tua kita, pembunuhan kreatifitas bisa terjadi bahkan pembunuhan karakter diri sangat dapat terjadi, kita hidup bukan menjadi diri kita sendiri, kata hati selalu di nomer duakan, image menjadi tuhan kita, dan anak muda silungkang menjadi anak zaman yang dijajah di zamannya, kita hidup di zaman kita, mereka hidup di zaman kita, siapa yang lebih mengenal zaman kita?? Ya sangat jelas kita lebih mengenal zaman kita dibandingkan dengan orang tua kita, mereka selalu saja menganggap cara yang mereka lakukan di masa lalu sangat berhasil dan mencoba menerapkannya kepada kita, tetapi ingat setiap zaman mempunyai caranya masing-masing, kita harus menemukan cara kita sendiri, jadilah raja di zaman kita sendiri. Orang tua ingin kita berhasil dan tidak menghendaki kita gagal, maka dari itu kita di setting untuk menjadi robot yang tidak pernah salah. Tapi ingat!. Butuh sebuah kegagalan untuk mencapai puncak yang tertinggi , mereka tidak tahu apa-apa mengenai zaman kita, karena mereka hanya menumpang di zaman kita,


Jumat, 07 September 2007

HIDDEN AGENDA "TIM REBEL"

Oleh : Ricky Rizky


Nama rebel team mulai dikenal dikalangan miliser silungkang dan kini mungkin sudah semakin semerbak dikalangan luar miliser, baik di daerah rantaunya maupun di asal, Silungkang. Tak ada yang pernah tahu, kapan rebel team ini muncul. Istilah rebel dimunculkan pertama kali di milis dan yang akhirnya ditanggap positif oleh beberapa miliser lain. Apa tujuan rebel team? apa hidden agenda mereka sebenarnya? bagaimana bisa muncul rebel team?


Sebelum menginjak kepada pertanyaan diatas ada baiknya dituliskan beberapa artileri yang di miliki oleh rebel team. Kekuatan rebel team yang terutama adalah, mental anti kekolotan silungkangnya. Di sini rebel team akan menyuarakan semua pendapatnya dengan tidak akan pernah gentar dengan adanya pertanyaan-pertanyaan klasik di kalangan silungkangers; siapa bapaknya? siapa emaknya? mana kampungnya? siapa moyangnya? dan seterusnya. Pertanyaan-pertanyaan diatas, tentunya pertanyaan yang akan selalu menyudutkan orang silungkang pada umumnya untuk tidak berlaku macam-macam. Memang ada segi positif yang kuat disini. Pada saat seorang berlaku maksiat dan melanggar hukum, tentunya keluargalah yang akan menerima secara langsung hukum masyarakat. Seorang ulama pernah mengatakan kepada saya, disaat hukum masyarakat melebihi hukuman Tuhan, maka di saat itulah masyarakat tersebut tak lebih buruk dari yahudi.


Dalam suatu kasus yang sederhana dalam hukum masyarakat yang marak, adalah pernikahan sesama kampung. Pernikahan ini seolah dianggap sebagai pernikahan yang sedarah. Yang seharusnya dalam hukum agama tidak menjadi masalah, ternyata manusia memiliki persepsi
yang jauh berbeda. Hukum masyarakatpun akan muncul, dikucilkannya kedua pasangan, tak ayal lagi dikucilkannya keluarga kedua pasangan Entah, apakah benar saya pernah membaca suatu hadis, bahwa siapa yang memutuskan silaturahmi lebih dari tiga hari, maka .... (maaf
lupa terusannya. Dalam hal ini, siapa yang memutuskan silaturahmi? siapa yang sebenarnya ingin silaturahmi berlanjut. Jubah kebanggan akan nama besar, jabatan yang disandang, ketokohannya, kadang membuat buta setiap individu orang untuk akan ikut dimana suara terbanyak mendukung. Dan, itu terjadi. Sampai kapan masyarakat akan menerima?


Hal kedua adalah pernikahan keluar silungkang. Dalam sejarahnya, seorang penulis dalam tabloid Suara Silungkang mengatakan sejarah mengapa pernikahan keluar silungkang ini tidak diperbolehkan untuk kaum wanita, bukan kaum laki-laki. Ketua Adat Nagari (KAN) merasa ada ketakutan adanya rahasia Nagari yang akan bocor ke orang di luar Nagari. Rahasia apakah yang ditakutkan? Saya seolah teringat akan pernikahan yang cukup membuat seluruh dunia menjadi terepesona. Pernikahan Pangeran Charles dan Lady diana. Lady diana adalah seorang guru yang merupakan masyarakat biasa yang membuat sang Pangerang mabuk kepayang akan kecantikan dan keluhurannya. Tentunya hal inilah yang akhirnya memutuskan Pangeran Charles untuk memilihnya. Satu hal yang menjadi momok di kerajaan Inggris adalah dua pasangan dengan status sosial dan status darah yang berbeda. Tak ayal, pernikahan itupun tak lama isa dipertahankan, walaupun dua orang anak telah lahir dari rahim seorang lady diana (almarhumah). Kini Pangeran charles memilih untuk menikahi wanita yang memiliki kedudukan sosial serta status darah yang sama dengannya. Apakah ketakutan semacam inikah yang dulunya juga terjadi? wah entah juga saya tidak akan pernah bisa menilai suatu pemikiran personal seseorang.


Dua kasus diatas, sebenarnya hanyalah hal kecil yang bersifat sering muncul dan selalu menjadi perhatian di warga silungkang. Seseorang di milis pernah mencetuskan bahwa hal tersebut, yaitu ADAT/BUDAYA harus di rubah! Wow, sangat ekstrem sekali menurut saya, mau melakukan perubahan ADAT/BUDAYA yang sudah terbentuk lam sekali. Penimpalan cetusan itu sangat mudah, saya tuliskan; "Mudah merubah mana, pemikiran sesorang atau ADAT/BUDAYA?" sayang hal ini tidak pernah dilanjutkan diskusinya. Nah disinilah titik tolak tujuan dari rebel team
MERUBAH POLA PIKIR SILUNGKANGERS. Pola pikir? yah suatu pola pikir yang di bawa dengan memboyong alasan ADAT & BUDAYA dulu untuk bisa diterapkan di saat ini. Seorang penulis mengenai silungkang dalam satu artikelnya mengatakan; Ternyata ADAT & BUDAYA mengenal WAKTU & RUANG. Sangat tepat sekali yang dikatakannya.


Mari kita liat kasus-perkasus yang rebel team pernah lakukan dari dalam;

Kasus : SONGKET & NON ORSIL
---------------------------------
Hidden Agenda : MISS THE CHANCE, CHANGE ATTITUDE , ACTION TO SELL , GRAB OTHERS FOR PROMOTION & SELLING

Songket silungkang, hal yang sangat mengecewakan sekali dari diskusi ini adalah, action tidak dilanjutkan dan tidak ada kepastian. Pertemuan acara SAWAJUAI yang dilakukan di gedung PKS, seingat saya Tahun 2005. Seorang pejabat silungkang, berdiskusi dengan tokoh sawahjuai, Tokoh ini yang saya kenal adalah seorang yang tidak suka berkutet di konsep ria, tanpa menunggu bagaimana caranya, ditelponlah salah satu kemenakan yang kebetulan, istri kemenakannya adalah NON SILUNGKANG alias bukan orang Silungkang asli. Sang kemenakan & istrinya yang sudah berada jauh dari tempat diskusi kedua tokoh, dengan rasa tanggung jawabnya kembali menuju tempat menghadapai kemacetan dan jarak tempuh yang cukup jauh.
Sang istri yang non silungkang, ternyata orang tuanya telah lama ingin memasarkan songket silungkang di koperasi-koperasi di departemen pemerintahan yang ada, tentulah kesempatan ini ditangkapnya dengan tanggap. Setelah bertemu dan mereka semua berdiskusi, hasil diskusi sudah jelas, bahwa pemasaran sudah tinggal jalan saja, karena pasar sudah terbentang dan sangat mudah untuk masuk tinggal masalah supply songket dari Silungkangnya sendiri.
Karena sang pejabat harus kembali ke asal, maka ditunggulah konfirmasi supply dari pihak sang pejabat yang menurut beliau sangat concetn sekali dengan pemasaran songket. Namun, sehari, dua hari, seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan, sampai sekarang tidak pernah ada kabar dari sang pejabat mengenai supply songket ke Jakarta. Sang kemenakan dan istrinyapun menunggu dan tetap menunggu sampai titik dimana mereka berasumsi bahwa, ini tidak akan terlaksana.

Sayang sekali, kesempatan yang terbuka lebar telah hilang. Kesemptan emas telah hilang, dan diskusi tentang songket di milis masih berlanjut terus, terus...dan terus... namun tak pernah menyangka jika sudah ada kesempatan memasarkan songket secara nasional dan kemungkinan export pernah ditinggalkan begitu saja. Kemudian terpikirlah saya, setelah seorang miliser mengatakan tentang buku songket - bahwa untuk membuat buku tersebut, mengambil gambarnya saja sangat pelit alias sulit. Wah, apa mungkin ini yang menjadi penghambat selama ini? Disini kami lihat: ada kesempatan yang hilang dikarenakan attitude yang tidak suka action, sedangkan kita lihat di sini bahwa ternyata NON ORSIL juga memiliki potensi untuk membantu atau menjadi network yang sangat bagus.

Kasus : PILKETUM PKS
-----------------------------
Hidden Agenda : Change Generation, Block other Hidden Agenda,


Pilketum PKS, perjuangan ini dimulai pada saat hari H pemilihan ketua PKS (Persatuan Keluarga SIlungkang). Terus terang, secara personal saya tidak pernah tertarik untuk pernah ikutan pemilihan ini. Kemudian satu hari mendekati hari H, beberapa telepon masuk ke HP saya, meminta saya untuk bisa ikutan dalam PILKETUM PKS, saya tanya lah ngapain saya ikutan? saya sih tidak tertarik untuk pernah ikut - apalagi setelah tahu kalau salah satu peserta pemilihan adalah andhiko dan saya yakin bahwa nantinya ketua memang sudah ada nama bermunculan seperti; SM dan FiB. Bagi saya mereka tidak bermasalah, karena mereka telah bisa mewakili generasi penerus Silungkang. Tak lama kemudian satu telepon lagi masuk ke HP dan menjelaskan bahwa ada hidden agenda dari pihak lain yang sudah terbaca. Hidden agenda tersebut untuk memilih ketua PKS dari generasi pertama dan terus terang sang calon tersebut sebenarnya hanya sebagai *tumbal* saja nantinya di PKS. Sangat kenal sekali dengan sang calon dari generasi pertama ini, apalagi sempat bersama sang calon umroh dalam satu kelompok dan satu kamar, jadi saya sudah tahu bahwa sang calon ini tidak ada ambisi untuk hal hal seperti ini. Namun, ternyata beliau ini bersedia menjadi calon ketua PKS - dikarenakan ada bisikan-bisikan dari pihak lain dan ternyata KABINET bayangan pun telah terbentuk dengan rapi dengan total pengurus bayangan adalah 42 orang. Wow, di sini sedikit tercium ada hidden agenda pihak lain yang ingin memanfaatkan situasi ini dengan memanfaatkan orang yang seharusnya cocok menjadi penasehat karena memang kesabarannya. Kemudian saya coba meminta bahan-bahan yang akan didiskusikan sewaktu pemilihan.


Hmmmm... ternyata entah siapa yang menyusun rapi tersebut bahan-bahan dan aturan sidang. Namun yang jelas, AD/ART dan aturan sidang tidak sinkron. Di Hari H nya saya hadir dan saya mendekat kepada seorang yang bisa saya percaya sekali untuk mengatur apa yang akan disampaikan. Terkejut juga, ternyata bukan hanya satu , dua orang saja yang sudah mengetahui hidden agenda pihak lain ini, sudah cukup banyak dan semuanya TIDAK SETUJU alias ingin pemilihan dibuat secara pemilihan langsung. KArena dalam kehadiran tersebut hadirlah pemuda-pemuda yang patut di pertimbangkan untuk duduk di PKS dan cukup potensial. Kemudian, seolah bagaikan fronliner saya akan coba dahulu untuk mendobrak hal ini untuk memutuskan hidden agenda yang sidah terbentuk disini. Terjadilah perdebatan yang cukup sengit sekali dan terus terang disitulah saya baru paham, siapa yang telah melakukan setting hidden agenda. Lebih terkejut sekali, ketika saat perdebatan terjadi, beberapa orang yang saya cukup kenal yang mendukung dengan sistem pemilihan langsung ini langsung diam seribu basa dan tidak berani memberikan saran atau buah pikirnya. Kenapa?? wah ... sangat-sangat mengecewakan sekali. Ternyata mereka memilih tetap untuk menjadi SAFETY PLAYER dalam acara ini. Biarpun, hidden agenda yang sudah terbentuk itu menang, saya yakin bahwa nantinya ini pasti akan terbuka. Seseorang pernah mengatakan, bahwa di periode PKS sebelumnya, sempat muncul wacana SUKSESI dari tim tersebut untuk menggulingkan ketua PKS yang sedang menjabat.


Wow .. SUKSESI...
sangat menarik sekali. Dan ketika perdebatan di milis muncul, baru terlihatlah, siapa yang merencanakan SUKSESI tersebut. Meskipun suksesi yang lalu GAGAL, namun tentunya agenda ini akan dibawa di pengurusan PKS selnjutnya. Saya hanya bisa berpesan, be carefull PKS, be carefull pak ketua dan bantulah anggota lainnya - karena pada saat ini terjadi maka penyesalan saja yang akan ada. Kepentingan segelintir orang saja bisa merugikan yang lainnya. Rebel team melancarkan serangan-serangannya selama di milis, untuk lebih membuka lagi - siapa saja dari mereka yang berkongkalikong dan akhirnya, tercatatlah dalam buku analisa rebel tim. Terima kasih atas milis silungkang ini semoga jika semua membuka mata dan membuka telinga dan membaca isi lebih teliti, tentunya anda akan mudah membacanya. Lebih baik rebel team menyerang saat ini untuk melakukan strategi dalam penghentian kelompok tersebut untuk saat ini diam dahulu paling tidak, sampai PKS berjalan mulus dalam perjalanannya dan tidak ada yang terganggu dan merasa dirugikan. Walaupun eksekusi dianggap sangat menarik perhatian publik, semoga ini juga bisa menarik perhatian *mereka*.


Sementara -- itu sajalah yang bisa diberikan hidden agend yang saat ini membuat penasaran bagi mereka semua. Positif / negatif yah terserah bagi mereka yang ingin menilainya. Karena
dalam setiap perdebatan pasti akan ada yang merasa kalah dan pasti ada yang merasa menang. Tapi kembali lagi satu hal yang saya senang dengan istilahnya KALAH UNTUK MENANG, BERTAHAN UNTUK PATAH. Terima kasih para informan rebel team. Kami tetap menunggu informasi-informasi selanjutnya. Beberapa kasus yang kami belum sampaikan, hidden agenda IGMS dan SLIWAR SLIWER SMS. Selamat berpikir.

Rabu, 05 September 2007

Memajukan Silungkang Dengan Paradigma

Oleh : Rejak


Membawa suatu suku ke dalam sebuah peradaban baru agar tidak sekedar menjadi pameran miniatur di museum adalah bukan tugas yang mudah bagi para urang awak sekalian. Di perlukan suatu keberanian dalam berpikir dan melakukan terobosan-terobosan baru. Di sinilah tanggung jawab kita para pemuda yang mengaku dirinya cinta akan Silungkang dalam berperan membawa suku tercinta kita ke abad milenium ini ke dalam kemajuan. Sama halnya seperti bagaimana masuknya agama Islam ke tanah Jawa yang di bawa oleh walisongo, yakni dengan metode yang bagus, yakni secara kultural. Sunan Bonang menyebarkan Islam melalui kesenian-kesenian Jawa seperti Gending, lalu menciptakan lagu ’Tombo Ati’. Sunan Kalijogo menciptakan tembang ’Baju Takwa’ yang lebih di kenal sebagai ’Lir Ilir’ di mana musiknya tidak tercium arab-arabnya sama sekali, lalu beliau juga berdakwah lewat pertunjukkan wayang. Para wali tersebut menyadari bahwa untuk menyebarkan agama Islam hingga bisa di terima sampai ke seluruh Jawa perlu melakukan pendekatan kultural. Seandainya para wali keukeuh membawa Islam dalam wadah arabismenya, maka bisa di pastikan masyarakat Jawa saat itu malah antipati terhadap budaya asing yang tiba-tiba datang tersebut. Penyebaran Islam melalui metode kultural itu akhirnya berhasil di lakukan selain memang Islam sendiri memiliki daya tarik dari segi kemudahan dalam masuk ke dalamnya dan tidak adanya sistem pengkastaan di dalam Islam. Alhasil penduduk jawa sebagian besar pun memeluk agama Islam dalam jangka waktu bertahap.


Yang bisa di pelajari dari kasus di atas adalah, bagaimana para wali tersebut membawa suatu ideologi yang identik dengan kearaban, lalu melepaskan kultur-kultur kearaban itu dari ideologi tersebut dan menyebarkannya ke tanah Jawa dengan cara menyesuaikan kultur setempat. Jadi, seakan-akan mereka tidak sekedar memindahkan karung berisi bibit ke Jawa, tetapi juga menyebarkan bibit-bibit tersebut ke seluruh tanah Jawa. Tentunya hal ini lebih efektif ketimbang tidak melakukan apa-apa pada sekarung bibit yang telah berpindah tempat tersebut. Walaupun para wali itu hidup ratusan tahun lalu dari zaman kita saat ini, namun pemikirannya mampu melampaui zamannya sendiri bahkan zaman kita hidup saat ini.


Kita pemuda Silungkang pun bisa mengambil pelajaran dan bahkan mengembangkan metode kultural seperti yang di terapkan oleh para wali itu. Bila yang selama ini di lihat, PKS di Jakarta ini tak lebih dari sekarung bibit yang hanya di pindahkan saja ke daerah baru, tetapi isi karung tersebut tidak di tebar ke seluruh penjuru tanah agar tumbuh pepohonan ataupun sayur-sayuran. Entah sayang atau tidak berani, namun yang jelas inilah yang terjadi bila bibit-bibit tersebut di biarkan dalam karung terus-menerus. Tiada kegiatan selain berkelahi sendiri lantaran mendebatkan hal-hal sepele di sebuah gedung kebanggaan PKS yang tak ubahnya adalah simbolisasi chauvunisme, anti sosial, dan kekolotan. Silungkang seharusnya bagaikan agama Islam yang ’universal’, dalam arti : Islam yang di sebarkan oleh Walisongo. Mampu melebur ke dalam kultur-kultur, tentunya juga tanpa kehilangan substansi kesilungkangannya itu. Contoh lainnya lihatlah bagaimana bangsa Yahudi bisa maju seperti saat ini. Mereka mau tidak mau berpencar ke berbagai daerah dan ikut melebur ke dalam kulturnya hingga bisa seperti saat ini. Konon sebagian besar yang duduk di pemerintahan Amerika adalah orang-orang Yahudi.


Tetapi mengapa orang-orang Silungkang ini tidak mau melihat apa yang terjadi di sekitar mereka?. Mereka lebih sibuk berteori dan terus berteori tanpa kenal lelah, malahan ada yang pernah menantang untuk mengadu konsep segala. Mereka memandang remeh generasi-generasi mudanya yang dijamin 100% lebih tahu akan problem sosial yang terjadi di zaman sekarang ini ketimbang para orang tua itu. Pemikiran-pemikiran usang yang tradisionil masih di anut oleh sebagian besar warganya yang tinggal di Jakarta. Sebagai contoh, yang sempat menjadi perdebatan adalah acara anak-anak muda Silungkang, yakni lomba PS2 harus di hentikan karena ada acara orang-orang tuanya, yakni KIM dan GAMAD. Di sini seolah masih menandakan orang tua masih belum bisa menerima kultur anak muda zaman sekarang. PS2 yang merupakan wujud evolusi budaya permainan, di mana pada masa orang-orang tua kita dulu belum ada permainan yang semacam ini. Inilah mengapa orang-orang tua Silungkang di katakan terlalu kaku pemikirannya, karena di anggap tidak menghargai kegiatan anak-anak mudanya. Mereka setiap harinya berdiskusi bagaimana memajukan Silungkang namun rupanya mereka berdiskusinya sambil bermain gaplek alias hanya di mulut saja tanpa adanya implementasi. Ujung-ujungnya pun hanya promosi buku songket Silungkang saja tanpa tahu harus diapakan lagi.


Sebenarnya bila ingin memajukan Silungkang caranya sangat mudah. Pada dasarnya yang harus di rubah terlebih dahulu adalah pemikirannya. Sebab secanggih apapun teknologi yang di gunakan, tetapi bila penggunanya sendiri masih terbelakang ya sama saja bohong. Dengan metode pemikiran Walisongo yang melampau zaman bukan tidak mungkin Silungkang ini tidak sekedar mengeram di satu tempat saja, tetapi mampu melebur dan menjadi satu dengan Indonesia tanpa kehilangan kesilungkangannya itu sendiri. Lihatlah dengan mata kepala sendiri akan tradisi di tempat anda bernaung saat ini. Anda kini tengah terpisah jauh ribuah kilometer dari kampung halaman anda. Leburkan diri dalam tradisi di tempat anda berdiri dan jadilah Silungkang yang baru. Ini merupakan tanggung jawab para pemuda Silungkang, karena terus terang saja, kecil kemungkinan terjadi membawa kemajuan Silungkang bila menyerahkannya kepada para orang tua yang tidak mau melihat keadaan sekitar. Perubahan selalu ada di tangan para pemuda. Sebelum kita menjadi tua dan ikut-ikutan menjadi kolot, mari kita rubah segala pola pikir paksaan hasil racikan orang-orang tua yang tradisionil dan yang mulai tidak rasional lagi. Karena sesungguhnya pemikiran-pemikiran yang sudah tidak relevan dengan zaman lagi bisa menjadi racun yang mematikan kreatifitas kita sebagai pemuda. Jadilah dirimu sendiri!.

BUBUR CAKWE, KECAP, KACANG UNTUKMU PILKETUM PKS (Pers. Keluarga.SIlungkang)

Oleh : Ricky Rizky

Minggu, 12 Agustus 2007, saya hadir dalam acara pemilihan ketua umum organisasi warga silungkang di Jakarta. Menarik sekali, karena ini baru pertama kalinya saya ikut karena memang ingin tahu apa sebenarnya yang dilakukan para senior-senior dalam melakukan pemilihan.
Tentunya, bukan tak berdasar untuk bisa hadir di sana. Memperhatikan akan adanya pasal tentang Hak dan Kwajiban Anggota di AD/ART yang berlaku(tepatnya ART Pasal 5 Ayat 2), saya merasa bahwa wajib seharusnya para anggota (yaitu warga silungkang yang di Jakarta dan sekitarnya)untuk hadir dalam acara tersebut. Karena hanya di Rapat Anggota inilah para warga akan menentukan siapa pemimpin yang di pilihnyayang dianggap bisa membawa organisasi sosial ini menjadi organisasi yang mengayomi seluruh warga silungkang di Jakarta.

Seorang sesepuh menyatakan pendapatnya, bahwa beliau merupakan generasi pertama, dan saat ini warga silungkang di Jakarta sudahmencapai Generasi yang ketiga. Disini beliau memberikan sarannya, mau di bawa kemanakah organisasi ini dengan melihat jumlahgenerasi yang ada? Generasi kedua adalah mereka yang berumur 40 an ke atas, Generasi ketiga adalah generasi yang saat ini menjadipemuda, remaja, dan anak-anak. Suatu masukan yang sangat bagus sekali, di sini seharusnya warga bisa membaca maksud yang adadi dalam benak sesepuh ini. Kalau saya berasumsu, tentunya sang sesepuh ini menyampaikan ke warga, bawah kini generasi keduadan ketiga inilah yang seharusnya sudah mulai berkecimpung dalam hal organisasi warga. Jika benar ini yang di maksud sang sesepuh- COCOK bagi saya akan pemikiran dia.

Tapi sayang, yah ... banyak bisik-bisik diantara para sesepuh yang lain, bahwa untuk organisasi ini, memang Ketua maunya mereka tetap ada di generasi pertama dan generasi kedua atau ketiga hanya sebagai pendamping. Wuih .. menarik sekali, karena memang ini salah satupemikiran yang sudah sangat kuno yang mulai ditinggalkan para organisatoris baik di politik maupun di perusahaan . Entah apapemikiran pembisik di belakang saya, apakah dia takut Generasi Pertama tidak di HORMATI lagi? atau takut GENERASI PERTAMA perannya ditinggalkan?atau dia takut generasi pertama dianggap keluar dari peran sertanya di organisasi. Yah, tentunya sebagai seorang organisatoris kita harus selalu berpikiran positif, saya anggap saya mereka ini tetap ingin berperan serta dalam memberikan kontribusinyadi organisasi.

Namun, tak lama kemudian, terjadi lagi hal yang sangat menarik sekali. Dalam melakukan pemilihan ketua umum, peraturan rapat
anggota dalam sesi tersebut di buat sangat berbeda dengan AD/ART yang ada, nah loh? Suatu aturan organisasi yang seharusnya
disepakati sebagai RULE OF THE GAME, seolah dibuat sudah lagi tidak berlaku atau dianggap memiliki arti yang berbeda? wow... nahhal inilah yang sedikit harus di luruskan. Dengan berbekal mempelajari AD/ART yang ada dan membawa buku AD/ART yang berlaku, tentunya saya harus berbicara untuk meluruskan suatu kekeliruan yang terjadi. Kebetulan sekali para supporter juga sepakat dengan apa yang saya sampaikan. Tapi sayang sekali, usulan tersebut harus patah ditangan pimpinan rapat hanya dikarenakan MENGIKUTI KEBIASAAN yang pernah di lakukan. He he he he, inilah yang saya baca dalam organisasi ini. Ternyata organisasi yang sudah cukup lama berdiri dan pernah di pimpin oleh para pemikir-pemikir aktif (tapi entah akan aktif juga dalam pelaksanaan?), ternyata organisasi ini tak lebih dari suatu "pajangan", tak lebih hanya suatu pajangan dalam suatu wadah warga keseluruhan.

Senioritas dan Rasa sungkan yang tinggi sangat di junjung dalam organisasi ini. Rasa senioritas dan rasa sungkan dngan senioritas harus mengalahkansuatu ketentuan dasar yang seharusnya diikuti organisasi. Satu saja pemikiran di benak saya, bahwa organisasi ini mengayomi seluruh warga silungkang yang di Jakarta, yang seharusnya benar-benar membawa warga ke arah ke depan, bukan kebelakang., Andhikoyang dikenal sebagai perwakilan dari setiap kampung yang ada (dari 18 kampung) dianggap sebagai mewakili suara dari seluruh warga silungkang di Jakarta. Andhiko yang seharusnya berfungsi sebagai badan legislatif membimbing serta memonitor eksekutif yangsedang berkuasa, tapi setelah saya lihat dari AD/ART merupakan bagian dari struktur pengurus eksekutif .. wuih ... menarik sekali. Dalam perdebatan, memang muncul bahwa AD/ART yang sekarang memang sudah lagi tidak cocok dan ini menjadi tugas bagi pengurus kedepan. Nah yang ini lebih mengagetkan lagi kalau bagi para organisatoris yang paham akan organisasi;
1. AD/ART bukanlah hak pengurus baru => AD/ART dibuat harus berdasarkan rapat anggota
2. Dalam melakukan pemilihan, dimana pengurus lama dianggap demisioner, tentunya AD/ART yang berlaku adalah AD/ART yang
di anut -> bukan AD/ART yang akan di buat.
3. Aturan sidang yang dibuat, seharusnya tidak dibuat menyimpang dari AD/ART yang ada
Entah kenapa, dengan dalih adanya kepentinga sesaat dan dalih tidak menghormati sesepuh semua aturan organisasi secara langsungharus terhapus dan terbuat aturan baru. He he he .. tapi tetap dong, sebagai seorang dalam organisasi, kita harus tetap think positif selalu, alis KUDU DITERIMA.
Nah, kembali lagi hal yang muncul yang sangat menarik dan lucu menurut saya. Terpilih 4 calon ketua umum yang merupakan aspirasi.Dua orang dari generasi kedua dan dua orang dari generasi pertama. Untunglah di saat itu, pimpinan sidang sudah mulai berpikiranpositif, dimana aspirasi bahwa setiap calon harus memaparkan visi & misinya sebagai acuan para ANDHIKO untuk memilih (he he he). Padahal, usulan untuk menyampaikan VISI & MISI ini bukan dari Andhiko ... wah saya berpikiran kembali, mau berdasarkan apa para Andhiko ini memilih? pertemanan, sungkan lagi, materi, jasa ke warga, dll? ho ho ho ... padahal dalam meilih suatu calon pemimpin untuk warga silungkang, tidaklah mudah. Dinamika yang muncul di tahun ini sudahlah sangat banyak dan berkembang, Dinamika para geneasi kedua dan ketiga yang kini mulai berperan di warga.

Empat orang menyampaikan visinya masing-masing, dan dua orang mengundurkan diri dikarenakan alasan yang sangat bisa diterima.Visi dan misi sang gengerasi kedua : WOW ... patut diacungkan dua jempol saya yang seharusnya mereka yang berpikirn positif punakan mengacungkan jempol kepadanya. Calon kedua, wow .. singkat, kurang padat, dan tidak menyampaikan visi ... yang seharusnya setiap yang hadir tentunya akan memilih beliau paling cocok sebagai penasehat atau sebagai pembina organisasi, yah mungkin dulu jaman jaman pak harto berkuasa, DPA nya gitu lah ....

Karena harus segera pulang ke kampung cikarang, he he he akhirnya saya meninggalkan ketoprak humor, eh arena pemilihan dan pada saat itu saya sangat yakin, bahwa para Andhiko yang terhormat, akan pasti memilih sang calon dari generasi kedua, semua visi dan misinya jelas dan tersistem dalam menyampaikannya. Dan tentunya harapan setiap manusia bisa berubah dan bisa tidak sesuai, Alhasil, sanggenerasi pertama terpilih sebagai ketua umum warga silungkang. Dua putaran dilakukan (cukup sengit berarti pertempurannya)di putaran kedua, mungkin para andhiko merasa tambah sungkan lagi, akhirnya skor berakhir di 10 : 8 untuk sang generasi pertama.

Karena memang andhiko ini dianggap mewakili warga kampung, maka mau tidak mau saya harus merelakan jagoan generasi saya untuk kalah dan saya merelakan orang yang cocok ditempatkan sebagai penasehat, kini menduduki kursi ketua umum. Ada satu kalimat yangsaya suka dari pimpinan sidang, "ANdhiko yang memilihm tapi andhiko juga ikut brtanggung jawab, jangan menusuk dair belakang si ketua umum" Ha ha ha ...ini sangat lucu tapi sangat BERISI. Tentunya saya berpikiran sederhana, bahwa hal tersebut pastilah sering terjadi di organisasi ini. Legislatif memilih dan legislatif yang menusuk eksekutif.

Seperti kata AA Gym, nasi sudah menjadi bubur, maksudnya di sini, sang generasi kedua sudah tidak ada lagi kesempatan selain
2 atau 3 tahunan lagi. Tentunya bubur bisa di buat lebih enak jika di tambah cakwe, kacang, dll. Nah sekarang pertanyaannya
siapa nantinya yang akan menjadi cakwe dan kawan kawan untuk membuat bubur ini nikmat di makan oleh setiap pembelinya??

Ratu Adil / Si Babi Berkedok Nabi

Oleh : Rejak


Kira-kira sekitar sebulan yang lalu sewaktu saya dan ketiga rekan perjuangan saya yaitu, Dion, Arif, dan Rashta mengunjungi kafe kecil di daerah Bulungan yang bernama ‘Warung Apresiasi’ atau sering di sebut juga sebagai Wapres. Maksud hati kami hanya hendak melihat band-band yang tampil malam itu, namun tidak di sangka-sangka ada suguhan special di malam itu. Ada seorang penyair yang akan membacakan puisinya pada keesokan harinya, akan tetapi si MC meminta beliau untuk bersedia membacakan barang 2-3 puisinya. Penyair berambut gimbal itu di sebut-sebut oleh si MC sebagai AM KM (plesetannya : Anda Meminta Kami Memutarkan), tetapi nama aslinya adalah Amil Kamil (maaf kalau ada kesalahan). Mungkin hitung-hitung sekalian pemanasan, si Mas AMKM ini bersedia memenuhi permintaan si MC untuk naik ke atas panggung dan bersajak sedikit. Penampilannya di panggung sungguh luar biasa, hingga membuat semua yang hadir di situ, termasuk kami terpana.


Dalam salah satu puisinya ada sebaris kata yang membuat saya tersenyum geli. Kata-kata itu adalah ”Babi berkedok Nabi”. Metafora tersebut menurut saya adalah sebuah ungkapan yang tepat di tujukan kepada mereka-mereka yang berlagak sebagai Ratu Adil, di mana aksinya tersebut hanya sekedar ingin meraih simpati dari masyarakat. Kita sering melihatnya di sekitar kita. Dari politikus-politikus tengik yang gemar mengobral janjinya, sampai dengan ustad-ustad palsu yang berlindung di balik ayat-ayat suci.


Tetapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah, ternyata ungkapan ’Babi berkedok Nabi’ juga saya temukan di dalam milis kesukuan tempat saya dan teman-teman bergulat pemikiran bersama urang awak sekalian. Ya, di dalam milis Silungkang.
Sosok Ratu Adil gadungan itu muncul tatkala terjadinya perdebatan sengit yang terjadi di antara para miliser. Dengan keputusannya yang bijak (menurutnya sendiri), ia seakan-akan ingin menciptakan kedamaian di milis tersebut seperti dahulu kala dengan cara memvonis beberapa pemuda yang kritis pandangannya.
Lalu Ratu Adil gadungan ini mulai mencampur adukkan antara kedua realitas secara hiperbola, yakni realita tekstual dan dunia yang sebenarnya. Hingga mulai berhembuslah isu dari mulut ke mulut orang Silungkang yang memang besar mulutnya, hingga menjadikan masalah yang sebenarnya sekecil kelereng menjadi sebesar bola basket.


Rupanya Ratu Adil ini hendak berskenario, yaitu membesar-besarkan masalah yang sekecil kelereng tadi dengan cara melibatkan pihak luar yang berpengaruh (orang Silungkang yang tidak ikut bergabung di dalam milis), hingga masalah tersebut menjadi semakin tersebar luas dan tak terkendali. Tentu saja pihak-pihak luar yang tidak terjun secara langsung ke dalam kolam milis menjadi terkecoh. Menurutnya tindakan si Ratu Adil gadungan ini adalah sebuah langkah tepat dan patut di puji. Ratu Adil si penyelamat!. Dia mampu menengahi perselisihan antara kedua kubu dengan bijak. Makin harumlah namanya bak semerbak bunga mawar hingga ke langit tujuh tingkat. Namun sayang sekali pihak-pihak luar yang memang tidak ikut terjun langsung ke dalam milis tidak menyadari wujud asli si Ratu Adil gadungan ini. Di mana the second attitude nya itu tak ubahnya bagai seorang anak yang baru puber. Untuk menutupi kedoknya itu dia berlindung di balik sikap-sikap bijak palsunya itu. Manusia yang memiliki dua wajah. Sungguh mengerikan.


Sebenarnya apakah yang membuat seseorang, terutama orang Silungkang, baik yang berada di dalam milis ataupun di luar ini berkeinginan untuk menjadi Ratu Adil hingga tanpa di sadari dirinya malah tak ubahnya bagai ’Babi berkedok Nabi’?.
Coba di perhatikan lebih jeli lagi. Sebenarnya tradisilah yang mau tidak mau memaksa mereka berlomba-lomba menjadi Ratu Adil gadungan. Karena memang kultur kekerabatan antar orang Silungkang ini sangat dekat. Jadinya, kadang orang-orang Silungkang tak terlepas terlebih dahulu dari interogasi sakral ”Anak siapo ko? Mamaknya Siapo? Andenya Siapo?, dll”. Nah, interogasi semacam inilah yang mau tidak mau terkadang membuat ciut nyali anak-anak mudanya dan segan. Belum lagi bila ada yang dari awal orang tuanya memang sudah menyandang ’nama besar’. Bagi mereka (pemuda-pemuda) yang dari awal memang sudah ’keberatan nama’ orang tuanya, bisa jadi ruang gerak mereka dalam bersikap dan bertindak menjadi semakin sempit. Karena yang di pikirkannya adalah bagaimana bila nanti nama orang tuanya jatuh di mata urang awak karena dia salah bertindak? Bukan tak mungkin, tradisi gosip orang Silungkang yang turun temurun membuat para anak mudanya menjadi jaim (jaga image). Pada akhirnya lahirlah pria-pria muda Silungkang yang oportunis. Sistem inilah yang mematikan mereka dan menjadikan mereka seolah seperti robot bernyawa. Mereka bersedia melakukan apa pun, bahkan mengenakan kacamata kuda, hanya untuk menjaga namanya harum di mata urang awak, hingga ia tak membuat jelek nama orang tuanya sendiri.


Generasi pengecut ini lahir prematur dalam kandungan tradisi yang sudah usang. Mereka ikut-ikutan terjerumus ke dalam kekolotan pikiran kecoak-kecoak tradisionalis, dan sama-sama bermain dalam kubangan lubang WC yang sama. Hanya sedikit mereka yang berani menatap tajam ke arah depan tanpa menoleh ke belakang. Hanya sedikit mereka yang berani berpandangan kritis. Hanya sedikit mereka yang berani bersuara lantang. Hanya sedikit mereka yang berani menuding kesalahan di depan hidung orang yang bersalah tersebut. Mungkin mereka-mereka inilah Ratu Adil yang sesungguhnya dalam konteks di peradaban kontemporer ini. Mereka tak merasa berat memikul nama orang tua dan nenek moyangnya, karena mereka hanya menginginkan kebebasan, ingin menunjukkan kebenaran dan ingin membuka mata dan telinga para urang awak tentang zaman yang bergerak . Menurut saya, mereka ini berbeda dari Ratu Adil gadungan, yakni si Babi berkedok Nabi. Namun sebaliknya, bisa jadi mereka sebenarnya adalah Nabi berkedok Babi.

Selasa, 04 September 2007

Kondiak-Kondiak Luko

Oleh : Rejak


Berkisar kira-kira kurang hampir satu bulan setelah saya bergabung dengan Milis / yahoogroups Silungkang dan bergulat dengan miliser-miliser yang lebih senior dari saya bersama rekan-rekan seperjuangan saya, -Dion dan Arif- sekitar dua atau tiga hari yang lalu moderator milis Silungkang yang bernama Hamdani melakukan ’Ban’ kepada kami bertiga secara serentak. Alasannya karena omongan kita mulai melenceng. Sebenarnya bagaimana awalnya bisa terjadi seperti ini?. Percaya atau tidak, setelah beberapa lama bergabung dengan milis ini saya banyak mengenal kosakata baru, seperti Kondiak, yang di lontarkan pertama kali oleh miliser senior yang bernama Azhari Boerhan dalam cerpen singkatnya yang berjudul Kondiak Luko. Kondiak yang berarti Babi Hutan atau Celeng bila dalam bahasa Indonesia, bagi saya dan miliser lain seolah-olah menjadi mainan baru. Betapa baik hati orang yang seharusnya menjadi teladan tersebut memberikan hadiah berupa kosakata ’kondiak’ kepada kami.

Nah mulai dari bermain-main dengan kata kondiak inilah muncul salah seorang miliser bernama Nico Varnindo yang dengan terang-terangan menerapkan kata sakti mandraguna tersebut yang di tujukan kepada salah seorang rekan perjuangan saya, Dion. Entah karena emosi karena tak mampu mengimbangi postingan rekan saya tersebut, tiba-tiba terlontarlah kata ’Anak Kondiak’. Memang sebelumnya sebelumnya Dion lah yang pertama kali menyebutkan kata ’Anak Kondiak’, namun dalam postingannya konteks anak kondiak tersebut tidak mengarah pada seorang pun jua, alias seakan-akan kata tesebut sedang berada di persimpangan, menanti siapa yang hendak ’mengambil’nya. Nah, barulah setelah itu Nico merebut kata ’Anak Kondiak’ itu dan langsung di tujukannya kepada Dion. Berikut ini adalah cuplikan awal kejadian sebenarnya :

--- dionblues <dionblues13@gmail.com> wrote:

> anak kondiak aja yg mijitin hhmmpphh............

From: Nico Varnindo

To: milist_silungkang@yahoogroups.com

Sent: Thursday, August 30, 2007 3:34 PM

Subject: Re: [milist_silungkang] mana orangnya ???

nah yonna, liatkan...dia sendiri (anak kondiak) yang nyodorin
diri...ke-takar dah..:-)

Belum berhenti di situ, rupanya Nico ini masih terbawa emosinya. Mirip ’kondiak luko’ dalam cerpen si Azhari Boerhan yang menyerang para penyerangnya secara membabi buta, terlontar lagi kata-kata yang secara tidak langsung mengecam Ayah Dion, yakni Faisal Bustami. Berikut cuplikan postingan si Nico :


From: Nico Varnindo

To: milist_silungkang@yahoogroups.com

Sent: Thursday, August 30, 2007 3:38 PM

Subject: Re: [milist_silungkang] No Pork!

yaaa.memang begitu, bagaimanapun juga "adanya" bapakmu..tetap perlu
membela..:-)

NV
-----------


Sungguh luar biasa. Salah seorang pemuda Silungkang yang dalam milis sering di gembar-gemborkan agar intelek dalam bermilis, nyatanya malah pria bernama Nico ini tengah menyulut api dengan kata-kata ’inteleknya’ dalam postingannya yang acapkali tidak ada hubungannya dengan topik yang di bicarakan.

Setelah itu tentu saja Saya, Dion, dan Arief mencoba ’menyadarkan’ Nico yang telah di anggap telah menyalahi peraturan.

Di saat sedang seru-serunya, datanglah sesosok pria dari langit, seorang malaikat yang mengenakan jubah putih nan suci dengan sayap di punggungnya dan lingkaran ’halo’ di kepalanya tengah turun ke bumi. Dengan janggut menjuntai ke bawah dan dengan mengendarai awan seakan ia menengahi perdebatan kami dengan Nico. Dengan bijak ia memberikan keputusan vonis keluar kami bertiga, walau dengan alasan keesokan harinya akan di masukkan ke dalam milis lagi. Ia sang Moderator milis Silungkang, Hamdani.

Terang saja hal ini mengundang protes beberapa miliser lainnya karena di anggap tidak adil. Karena Nico yang terang-terangan menghina Dion malah tidak di beri peringatan apa pun. Muncullah desas-desus, bahwa moderator melakukan ’kongkalikong’ dengan Nico. Beliau mengatakan kami di masukkan kembali setelah peraturan di buat di milis. Tetapi ternyata peraturannya sendiri tak lebih sekedar peraturan umum biasa, dan dalam peraturan tersebut jelas sekali bahwa kami tidak melanggarnya terlebih dahulu. Ternyata peraturan itu sendiri adalah sebuah propaganda. Bila di kritisi lebih lanjut ada suatu hal yang ganjil di sini. Di mana saat kami sedang berdebat kusir habis-habisan dengan Nico, moderator tiba-tiba muncul dan menengahi pertikaian di antara kami bagaikan seorang pahlawan kesiangan dengan cara mengeluarkan kami bertiga, tetapi Nico sendiri di biarkan berlenggang kangkung. Nah, tindakan moderator ini patut di pertanyakan. Mengapa dia tidak mengeluarkan Nico yang terang-terangan berkata kasar terlebih dahulu?. Tetapi malah mengeluarkan kami bertiga?. Apakah si moderator sekedar ingin bertindak bijak agar di akui sebagai moderator yang adil dan tegas?. Hmmm, saya rasa tidak begitu. Timbullah persepsi-persepsi di antara miliser lainnya tentang moderator. Apakah moderator hanya sekedar cari muka ke miliser senior yang berpikiran tradisionalis itu? Atau memang ada kongkalikong antara Nico dan Moderator?. Namun yang jelas, gosip yang tengah santer dan kemungkinannya besar adalah moderator takut dengan email-email protes yang masuk ke japri moderator.

Lalu sehari setelah kami di bebaskan dari penjara, alias berhasil masuk lagi ke milis. Kami tersadarkan, dan kami langsung meminta maaf kepada para miliser dan moderator yang tidak berkenan dengan cara kami, plus kami merayakan kebebasan kami dari penjara dengan memberikan foto tanda menyesal kami. Wow, ternyata cukup heboh juga foto penyesalan kami yang tulus itu. Dan moderator menelpon saya secara pribadi, ia menanyakan apa arti foto tersebut?. Saya jawab saja bahwa kami bermaksud merayakan kebebasan setelah satu hari di penjara (di ban). Lalu beliau meminta kami tidak berbuat yang aneh-aneh lagi seperti di foto kontroversial kami, dan beliau akan segera memperingatkan Nico juga. Oke, dapat di terima!.

Tetapi setelah kami posting-posting lagi di milis, kami mendapat peringatan-peringatan keras dari moderator di sertai dengan kalimat tegas : ## PERINGATAN ##. Walau tidak tahu apa yang sebenarnya di peringatkan kepada kami, karena postingan kami jelas-jelas tidak melanggar apa pun.
Tak berapa lama, si Nico ikut posting lagi. Dalam postingannya kali ini dia melakukan penyerangan halus dengan kata-kata bersayap yang di tujukan kepada kami bertiga dan ’the old man’ seperti kata-katanya berikut ini :

Assalamualaikum dunsanak kasadonyo...

setelah off dari milis sejenak mengurus yang lain diakhir minggu
(tentunya ga mungkin dong jagaian milis 24/7...), seingatku terakhir,
kamis (30 Aug) lumayan ada waktu untuk "bercengkrama" dengan bro2 dari
macam2 keluarga ini (kayak mafia aja..;-)...)...jujur tidak ada yang
perlu ditanggapi dari postingan para "bro"...meski jadinya banyak
orang2 yang kita tuakan dan hormati jadi tidak nyaman...

saya sendiri di e-mail pertama 30 aug itu, hanya menunjukan bahwa
sering apa yang dilakukan para "bro" sebenarnya (sebagian) secara tidak
disadari adalah cerminan "the old man"...:-)....sementara e-mail2
lainnya dengan para "bro" sudah tidak penting lagi...:-)

tapi ya sudah, warga milist ini tentu sudah dapat menilai sendiri hal
ini...

melihat ke depan lagi...semoga apa yang diprihatinkan pak vero, bapak
professor amri dan juga dunsanak aulia azza...tidak perlu kita temukan
lagi kedepannya...

Wassalam,
NV

Yang patut di sesalkan lagi adalah, ternyata teguran moderator kepada Nico tidak sekeras seperti tegurannya kepada kami. Peringatannya bak seorang ibu yang mengelus-elus kepala anaknya. Lembut sekali. Nah, dari sini mulai tercium gelagat tak sedap. Ada hubungan apa kiranya antara moderator dan Nico?. Puncaknya adalah ketika saya mengkitik-kitik moderator dengan kata yang sedikit nakal, yakni sebuah tantangan kepada moderator kepada kami. Lagi-lagi bagaikan ’kondiak luko’ dalam kisah yang di berikan junjungan kami Azhari Boerhan, moderator tidak dapat menahan emosinya lagi dan segera mengeluarkan saya dari milis Silungkang. Dari kisah pasca ’penangkapan’ kami sebenarnya dapat di kritisi dan di ambil pelajaran. Bukankah tindakan sewenang-wenang Nico dan sikap ’adil’ moderator tidak ubahnya bagai di zaman orde baru dulu?. Nico bak pejabat korup, dan moderator bak Polisi yang di suap oleh pejabat tersebut. Sebuah konspirasi yang terang-terangan di beberkan di dalam milis Silungkang ini.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada moderator yang telah mengeluarkan saya. Karena berkat beliau pula saya memperoleh ide cemerlang untuk menuangkan segala pemikiran saya tentang realitas sosial yang terjadi di milis Silungkang ini, karena seperti kata Wiji Thukul, sesungguhnya suara itu tak bisa di bungkam. Di akhir kata saya akan cantumkan salah satu puisi Wiji Thukul yang berjudul Penyair, khusus di tujukan kepada moderator dan kecoak-kecoak tradisionalis yang tidak suka pada kami yang muda ketika berpikir dan bergerak.

Penyair

Jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang.

Jika tak ada kertas
aku akan menulis pada dinding
jika menulis dilarang
aku akan menulis dengan
tetes darah!

Sarang Jagat Teater
19 Januari 1988.



Salam hangat untuk para 'kondiak luko' yang intelek.