Minggu, 16 September 2007

Sepenggal Kisahku (Cerpen)


Oleh : Thomas Alexander



Masih jelas teringat ketika pertama kali sapaan hangat. “Kampuang ang dimano?” dengan malu2 saya jawab Silungkang, jawaban itu disambut dengan senyuman. Dan dilajutkan dengan penjelasan yang gamblang tentang arti kampung, bako, dan sederetan ungkapan yang sulit aku hafalkan. Diakhir kata beliau meminta ku untuk memanggilnya dengan sebutan mamak (ternyata beliau masih sekampung denganku). Sapaan hangat itu pun berlanjut, mamak baru ku ini memperkenalkan ku dengan sejumlah orang yang menurut pangakuannya, juga mamak aku. Sambutan mereka begitu hangat terutama ketika mengetahui bahwa kakekku seorang tokoh yang banyak membantu keuangan Organisasi Silungkang. Ini sambutan yang sangat luar biasa bagi seorang anak 17 tahun. Di dalam hati kuucapkan “Aku Bangga Sebagai Orang Silungkang”. Di sela-sala keributan acara halalbihalal terdengar mereka mengatakan bahwa kedua orang tuaku adalah orang jempol (jempol????? Entah apalah itu, aku tak terlalu memikirkannya).

4 tahun sudah, kehangatan itu berlangsung, sekarang aku seorang sarjana dengan menyandang gelar S.Kom di belakang namaku (hehehe.. masih kuingat dengan jelas bertapa bangganya kedua orang tuaku ketika aku mengenakan toga dan lulus dengan IP 3,58). Mereka begitu bangga sehingga menceritakanya hampir ke semua orang yang dikenalnya. Dan seperti biasa cerita itu selalu disusul dengan cerita tentang kejayaan Silungkang dimasa lampau. Tentang begitu cerdasnya masyarakat silungkang, atau pun mengenai cantik dan rupawannya masyarakat Silungkang. Dan seperti biasa aku mendengarkannya dengan antusias walaupun telah berkali-kali mendengarkannya. Hehehe “Aku Bangga Sebagai Orang Silungkang”.


Ayahku jatuh sakit, tidaaaak…… ini mimpi buruk. Kehidupan normal kami berubah, banyak dana yang kami keluarkan untuk penyembuhan ayah. Gaji ayah yang merupakan pegawai negeri tidak banyak membantu, gajiku pun habis untuk keperluan ibu dan adik ku. Subhanallah ternyata saudara-saudara ayah dan ibu mengumpulkan dana untuk membantu biaya rumah sakit. Aneh, tak satupun orang yang dulu meminta aku memangilnya mamak datang membantu. Jikapun datang hanya untuk menjenguk lalu pulang, ya…. hanya itu. Dari cerita yang selama ini kudengar, mamak berarti seorang yang akan selalu membantu keponakanya disaat sulit maupun senang, sepertinya aku harus merevisi arti mamak dalam pikiranku.

Ayah sudah sembuh, beberapa tahun kemudian adikupun telah lulus kuliah. Kehidupan kami kembali normal. Hanya satu hal yang selalu diributkan oleh ibu, kapan aku mendapatkan pasangan. Ya…. seorang istri yang sholeha. Dan seperti kebanyakan warga Silungkang, diakhir permohonannya ibu selalu mengingatkan untuk mengutamakan gadis silungkang. Dan di akhir kalimatnya : “ Tapi ibu ngak maksa loh, kalau kamu dapat yang lebih baik kenapa nggak” hehehe…. Ini biasa digunakan agar tidak terlihat terlalu memaksa.

(sebagai seorang ikhwah untuk menikah aku tidak melewati masa pacaran, tapi melakukan ta’aruf atau perkenalan. Jika ternyata keduanya cocok maka langsung dilanjutkan dengan persiapan pernikahan. Prosesnnya cepet kan)

Senin ba’da zuhur, awal bulan februari. Aku bersama ustad mingguanku mendatangi sebuah rumah kecil di Pinggir Jakarta, rumah yang sangat bersahaja. Ini perkenalanku yang pertama dengan calon istriku, iya seorang akhwat yang merupakan keturunan asli Silungkang. Seperti di sinetron aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia seperti akumulasi dari segala keindahan yang pernah kulihat (hehehe.. kalau lagi jatuh cinta ngomongnya sering ngak rasional). Kekagumanku terus bertambah setelah mambaca beberapa artikelnya yang di muat di majalah kampus. Perkenalan itu belanjut dengan pertemuan keluarga dan membahas acara lamaran. Semua berjalan begitu lancar hingga…..

Beberapa orang yang selama ini kukenal sering berada dimeja domino datang kerumahku, mereka memintaku memangil mereka mamak. Mereka menjelaskan tentang status calonku yang ternyata orang kelingking, orang yang terendah dalam kasta Silungkang (What…. Apa lagi ini). Setiap bantahanku tak pernah dihiraukan, mereka lebih fokus menekan kedua orang tuaku. Mereka berkata “Jangan salahkan kami jika nanti kami tidak akan menyapa mantumu”. Atau beberapa kali kudengar “Bagaimana bisa kau mempermalukan nama ayahmu sendiri dengan mengambil mantu seorang kelingking?”. Aku tak sanggup lagi mendengarnya…… acara ini berakhir dengan ku usirnya mereka semua keluar dari rumahku. Dan dari kejauhan ku dengar “lihat lah, belum menikah saja anak itu sudah berani mengusir mamaknya sendiri”.

Aku tak habis pikir, bagaimana mungkin para pemain domino itu tiba-tiba berubah menjadi tokoh masyarakat? Apa hak mereka menanyakan moral kepada keluarga kami? Kemana mereka saat ayah sakit? Punya hak apa mereka mengunakan nama kakek untuk menekan ayah? Dan mengapa masih ada kasta? Bukankah adat kita berdasarkan Kitabullah.
Semua pertanyaan itu kulimpahkan kepada ayah. Dia menjawab dengan senyuman “Nak, lakukanlah apa yang menurutmu benar. Ayah selalu mendukungmu”.

5 tahun telah berlalu, setelah kuputuskan untuk tetap menikah dengan cintaku, matahariku, karunia terindah yang diberikan Allah kepadaku. Tak pernah lagi kudengar sapaan hangat dengan logat silungkang, tapi tak ada penyesalan di hati. Kini aku sedang bersantai dengan istri dan seorang putraku. Memperhatikan TV yang menyiarkan kampung halaman kami ‘Silungkang’, sebuah kampung yang masih kental adat istiadatnya. Jauh didasar hatiku terbesit hal yang telah lama kulupakan “Aku Bangga Sebagai Orang Silungkang”.

NB: cerita ini hanya fiksi belaka jika ada kesamaan kejadian itu hanya kebetulan semata

11 komentar:

Suara Suara Di Balik Tembok Silungkang mengatakan...

Tom, keren cerpen lu !
mantab nih! benar-benar menohok sekali! hiehehehhe.
terharu gua bacanya tom.

mari-mari terus menulis! ajak teman-teman seperjuanganmu juga!

hehehehe...!

rickyrizky mengatakan...

wah ini benar - benar perjuangan yang berat untuk tomi .. tapi gw SALUT SEKALI TOM ..., lu berani ambil VERY GOOD DECISION..., dukungan 100% to TOMY .....

Gonang Winarno mengatakan...

Cuman gimana ya keadaannya kalo misalkan orang itu golongan kelingking tapi tajir nya naudubileh...hehe..
bisa jadi multitafsir tuh pengkastaan nya...
pada mintain sumbangan

Harry Sufehmi mengatakan...

Salut berat untuk Thomas yang sudah berhasil melalui cobaannya dengan sukses. Semoga pernikahannya jadi semakin barokah karenanya, amin.

Sekarang perjuangan berikutnya, bagaimana agar kita bisa merubah keadaan ini ?

Saya pribadi tadinya sudah pesimis dengan situasi Silungkang. Tapi kemudian bertemu dengan beberapa kawan-kawan yang bersedia bekerja (tidak cuma bicara seperti yang mungkin sering kita lihat), antara lain di FKSS dan lain-lainnya, dan harapan saya jadi timbul kembali.

Perjuangannya pasti berat, kalau menilik pengalaman beberapa yang telah mencobanya sebelumnya. Boro-boro dibantu, malah dijegal & digosipi (dan/atau difitnah) habis-habisan.
Karena itu saya salut dengan Thomas yang bisa melalui cobaan tersebut. Semoga bisa jadi inspirasi untuk kita semua.

Wass, HS

Harry Sufehmi mengatakan...

Hm.. saya barusan membaca kembali komentar saya yang sebelumnya. Sepertinya bisa jadi salah paham / salah tafsir.

Saya ingin klarifikasi bahwa semua contoh negatif yang saya sampaikan di komentar tersebut adalah merujuk ke orang-orang Silungkang yang offline. Bukan yang online disini.

Kisah mengenaskan mereka ada banyak, yang bisa banyak bercerita tentang hal itu (karena sudah banyak menyaksikan / menjadi korbannya) antara lain adalah tuk Irland dan om War (suami kak Reno).

Mudah-mudahan bersama-sama kita bisa memperbaiki silungkang, amin.

iki_piye mengatakan...

PARAH2,,KALIAN BERANINYA DISINI MEMPUBLIKASIKANNYA ORANG2 KELINGKING,, KATROK SEMUA !!!!

DI MILIST DONK !!!

HUAHAHAHAHAHAHA,,,,

Aul mengatakan...

Mbah, perasaan masalah kasta Silungkang pernah diungkit dimilist oleh kak Yonna deh, tapi secara halus dengan nyebut Plat No. L (Surabaya). Trus yang nanggepin cuman pak gubernur kita (FB). Yah salut juga deh utk Bung Tommy yang udah berani dengan gamblang ngungkit masalah kasta Silungkang disini....Kalo di milist_silungkang mau gak Tom?

Datuak Admin mengatakan...

Tom, kata lu cerita ini hanya fiksi belaka jika ada kesamaan kejadian itu hanya kebetulan semata

Jangan salah lho.. kejadian ini mengingatkan gue dengan dengan pengalaman pribadi, kira2 dua tahun yang lalu. ceritanya hampir persis banget (70%-nya kali ya?..) bedanya gue yang berada diposisi klingking.Berbagai fitnah, cacian sikut kanan-kiri udah gue alami.

untung aja bokap&nyokap gue orangnya pengertian (sebetulnya mereka juga gak tega ngeliat anaknya "diserang" abis-abisan oleh "mahluk-mahluk" itu)

Dengan melalui perjuangan yang melelahkan, tentunya gue and "sang permaisuri" siang dan malam mencoba meluluhkan hati orang2 yang "menentang" pernikahan kami.kami juga melakukan pendekatan secara keagamaan & kemanusiaan, hasilnya satu persatu dari saudara istri gue akhirnya bisa menerima meskipun yang nolak juga banyak. Ternyata Allah SWT mentakdirkan kami berjodoh dan Alhamdulillah kini kami sudah dikaruniai seorang anak yang lucu, pintar dan InsyaAllah menjadi anak yg soleh, amien.

Buat teman-teman yang sedang atau nanti mengalami hal serupa, jangan putus asa. Selagi kita punya niat semata-mata mencari Ridho Allah SWT dan menjalankan sunah Rasul serta menyempurnakan sebagian Dien kita. InsyaAllah diberikan kemudahan.

Tomi mengatakan...

ass. manggamuda.
sebenernya gw takut banget kl ada orang yang bernasip seperti cerpen gw (takut dianggap menghina dia) gw terima kasih banget ternyata tanggapanya positif, thanks.
sebenarnya ada beberapa temen gw yang bernasib mirib seperti ini. yang terakhir ada temen gw yang nikah sama orang satu kampung. walaupun dalam agama itu dibenarkan tapi dia di buang secara adat. gw ngak bisa berbuat banyak untuk dia. hanya bisa bilang semoga tepat tegar dan terjaga amal ibadahnya.
thanks untuk semua

Datuak Admin mengatakan...

Kenapa harus merasa terhina?... Justru ini bisa menjadi pembelajaran & pencerahan buat semua "Generasi Muda Silungkang" meskipun tidak terikat dalam suatu organisasi.

Gue setuju banget dengan adanya Blog ini, Melalui Blog ini mari kita gerakkan hati nurani seluruh "Generasi Muda Silungkang" dimanapun berada untuk menjadi yang terbaik dibidangnya masing2, tunjukkan prestasi kita sehingga nantinya Silungkang lebih dikenal dengan intelektual2 yang berfikiran maju!! Setuju kan?...

Apakah kita tidak ingin memiliki teman, kerabat dan sanak famili yang menjadi tokoh2 berpengaruh diNegara ini (menjadi Gubernur, mentri, atau Presindent?)Kita tunggu saja!...

Untuk para sesepuh negri, kami Generasi Muda Silungkang tidak berharap kalian akan berubah sikap (Mustahil) tapi kami mohon :
- JANGAN PENGARUHI GENERASI MUDA SILUNGKANG DENGAN HAL-HAL NEGATIF YANG AKAN MEMECAH BELAH GENERASI BERIKUTNYA".
- JANGAN TULARKAN PENYAKIT2 SOSIAL YANG AKAN MENGHAMBAT KEMAJUAN SILUNGKANG YANG SESUNGGUHNYA".
- HENTIKAN DISKRIMINASI SOSIAL, KESUKUAN, DAN DISKRIMINASI KASTA (KARENA KITA BUKAN ORANG JAWA, ATAU BERAGAMA HINDU) BAGI ISLAM ITU HUKUMNYA HARAM.

Sukses buat seluruh orang Silungkang

bajay mengatakan...

biar telah lama di tulis karena saya baru baca yah baru ngasih komenyar deh....

cerpennya bagus,dan mungkin suatu saat nanti ataupun sudah terjadi dalam diri penulis.

memang kadang kita sering di buat tidak mengerti dengan "kebiasaan",apalagi hal2 yang kita anggap tidak logis...yah generasi-tua yang belum berpikir sedikit lebih maju.tapi tentu mereka juga punya alasan kenapa mereka begitu....ADAT/TRADISI/KEBIASAAN.Haruskah??
sepertinya akan menghabiskan waktu dan energi untuk membahasnya,,.WATAK!!

namun sebagai generasi muda,,janganlah selalu mencari2 sapa yang salah dan benar....berpikir positiflah!!!
karena yang namanya tradisi/kebiasaan bisa berubah...(sekarang aja uda banyak yang berubah).

satu lagi,,di mata manusia setiap orang adalah berbeda............tetapi bagi Allah manusia adalah sama.Mahkluk yang sempurna.