Oleh : Rejak
Berkisar kira-kira kurang hampir satu bulan setelah saya bergabung dengan Milis / yahoogroups Silungkang dan bergulat dengan miliser-miliser yang lebih senior dari saya bersama rekan-rekan seperjuangan saya, -Dion dan Arif- sekitar dua atau tiga hari yang lalu moderator milis Silungkang yang bernama Hamdani melakukan ’Ban’ kepada kami bertiga secara serentak. Alasannya karena omongan kita mulai melenceng. Sebenarnya bagaimana awalnya bisa terjadi seperti ini?. Percaya atau tidak, setelah beberapa lama bergabung dengan milis ini saya banyak mengenal kosakata baru, seperti Kondiak, yang di lontarkan pertama kali oleh miliser senior yang bernama Azhari Boerhan dalam cerpen singkatnya yang berjudul Kondiak Luko. Kondiak yang berarti Babi Hutan atau Celeng bila dalam bahasa Indonesia, bagi saya dan miliser lain seolah-olah menjadi mainan baru. Betapa baik hati orang yang seharusnya menjadi teladan tersebut memberikan hadiah berupa kosakata ’kondiak’ kepada kami.
Nah mulai dari bermain-main dengan kata kondiak inilah muncul salah seorang miliser bernama Nico Varnindo yang dengan terang-terangan menerapkan kata sakti mandraguna tersebut yang di tujukan kepada salah seorang rekan perjuangan saya, Dion. Entah karena emosi karena tak mampu mengimbangi postingan rekan saya tersebut, tiba-tiba terlontarlah kata ’Anak Kondiak’. Memang sebelumnya sebelumnya Dion lah yang pertama kali menyebutkan kata ’Anak Kondiak’, namun dalam postingannya konteks anak kondiak tersebut tidak mengarah pada seorang pun jua, alias seakan-akan kata tesebut sedang berada di persimpangan, menanti siapa yang hendak ’mengambil’nya. Nah, barulah setelah itu Nico merebut kata ’Anak Kondiak’ itu dan langsung di tujukannya kepada Dion. Berikut ini adalah cuplikan awal kejadian sebenarnya :
--- dionblues <dionblues13@gmail.com> wrote:
> anak kondiak aja yg mijitin hhmmpphh............
From: Nico Varnindo
To: milist_silungkang@yahoogroups.com
Sent: Thursday, August 30, 2007 3:34 PM
Subject: Re: [milist_silungkang] mana orangnya ???
nah yonna, liatkan...dia sendiri (anak kondiak) yang nyodorin
diri...ke-takar dah..:-)
Belum berhenti di situ, rupanya Nico ini masih terbawa emosinya. Mirip ’kondiak luko’ dalam cerpen si Azhari Boerhan yang menyerang para penyerangnya secara membabi buta, terlontar lagi kata-kata yang secara tidak langsung mengecam Ayah Dion, yakni Faisal Bustami. Berikut cuplikan postingan si Nico :
From: Nico Varnindo
To: milist_silungkang@yahoogroups.com
Sent: Thursday, August 30, 2007 3:38 PM
Subject: Re: [milist_silungkang] No Pork!
yaaa.memang begitu, bagaimanapun juga "adanya" bapakmu..tetap perlu
membela..:-)
-----------
Sungguh luar biasa. Salah seorang pemuda Silungkang yang dalam milis sering di gembar-gemborkan agar intelek dalam bermilis, nyatanya malah pria bernama Nico ini tengah menyulut api dengan kata-kata ’inteleknya’ dalam postingannya yang acapkali tidak ada hubungannya dengan topik yang di bicarakan.
Setelah itu tentu saja Saya, Dion, dan Arief mencoba ’menyadarkan’ Nico yang telah di anggap telah menyalahi peraturan.
Di saat sedang seru-serunya, datanglah sesosok pria dari langit, seorang malaikat yang mengenakan jubah putih nan suci dengan sayap di punggungnya dan lingkaran ’halo’ di kepalanya tengah turun ke bumi. Dengan janggut menjuntai ke bawah dan dengan mengendarai awan seakan ia menengahi perdebatan kami dengan Nico. Dengan bijak ia memberikan keputusan vonis keluar kami bertiga, walau dengan alasan keesokan harinya akan di masukkan ke dalam milis lagi. Ia sang Moderator milis Silungkang, Hamdani.
Terang saja hal ini mengundang protes beberapa miliser lainnya karena di anggap tidak adil. Karena Nico yang terang-terangan menghina Dion malah tidak di beri peringatan apa pun. Muncullah desas-desus, bahwa moderator melakukan ’kongkalikong’ dengan Nico. Beliau mengatakan kami di masukkan kembali setelah peraturan di buat di milis. Tetapi ternyata peraturannya sendiri tak lebih sekedar peraturan umum biasa, dan dalam peraturan tersebut jelas sekali bahwa kami tidak melanggarnya terlebih dahulu. Ternyata peraturan itu sendiri adalah sebuah propaganda. Bila di kritisi lebih lanjut ada suatu hal yang ganjil di sini. Di mana saat kami sedang berdebat kusir habis-habisan dengan Nico, moderator tiba-tiba muncul dan menengahi pertikaian di antara kami bagaikan seorang pahlawan kesiangan dengan cara mengeluarkan kami bertiga, tetapi Nico sendiri di biarkan berlenggang kangkung. Nah, tindakan moderator ini patut di pertanyakan. Mengapa dia tidak mengeluarkan Nico yang terang-terangan berkata kasar terlebih dahulu?. Tetapi malah mengeluarkan kami bertiga?. Apakah si moderator sekedar ingin bertindak bijak agar di akui sebagai moderator yang adil dan tegas?. Hmmm, saya rasa tidak begitu. Timbullah persepsi-persepsi di antara miliser lainnya tentang moderator. Apakah moderator hanya sekedar cari muka ke miliser senior yang berpikiran tradisionalis itu? Atau memang ada kongkalikong antara Nico dan Moderator?. Namun yang jelas, gosip yang tengah santer dan kemungkinannya besar adalah moderator takut dengan email-email protes yang masuk ke japri moderator.
Lalu sehari setelah kami di bebaskan dari penjara, alias berhasil masuk lagi ke milis. Kami tersadarkan, dan kami langsung meminta maaf kepada para miliser dan moderator yang tidak berkenan dengan cara kami, plus kami merayakan kebebasan kami dari penjara dengan memberikan foto tanda menyesal kami. Wow, ternyata cukup heboh juga foto penyesalan kami yang tulus itu. Dan moderator menelpon saya secara pribadi, ia menanyakan apa arti foto tersebut?. Saya jawab saja bahwa kami bermaksud merayakan kebebasan setelah satu hari di penjara (di ban). Lalu beliau meminta kami tidak berbuat yang aneh-aneh lagi seperti di foto kontroversial kami, dan beliau akan segera memperingatkan Nico juga. Oke, dapat di terima!.
Tetapi setelah kami posting-posting lagi di milis, kami mendapat peringatan-peringatan keras dari moderator di sertai dengan kalimat tegas : ## PERINGATAN ##. Walau tidak tahu apa yang sebenarnya di peringatkan kepada kami, karena postingan kami jelas-jelas tidak melanggar apa pun.
Tak berapa lama, si Nico ikut posting lagi. Dalam postingannya kali ini dia melakukan penyerangan halus dengan kata-kata bersayap yang di tujukan kepada kami bertiga dan ’the old man’ seperti kata-katanya berikut ini :
Assalamualaikum dunsanak kasadonyo...
setelah off dari milis sejenak mengurus yang lain diakhir minggu
(tentunya ga mungkin dong jagaian milis 24/7...), seingatku terakhir,
kamis (30 Aug) lumayan ada waktu untuk "bercengkrama" dengan bro2 dari
macam2 keluarga ini (kayak mafia aja..;-)...)...jujur tidak ada yang
perlu ditanggapi dari postingan para "bro"...meski jadinya banyak
orang2 yang kita tuakan dan hormati jadi tidak nyaman...
saya sendiri di e-mail pertama 30 aug itu, hanya menunjukan bahwa
sering apa yang dilakukan para "bro" sebenarnya (sebagian) secara tidak
disadari adalah cerminan "the old man"...:-)....sementara e-mail2
lainnya dengan para "bro" sudah tidak penting lagi...:-)
tapi ya sudah, warga milist ini tentu sudah dapat menilai sendiri hal
ini...
melihat ke depan lagi...semoga apa yang diprihatinkan pak vero, bapak
professor amri dan juga dunsanak aulia azza...tidak perlu kita temukan
lagi kedepannya...
Yang patut di sesalkan lagi adalah, ternyata teguran moderator kepada Nico tidak sekeras seperti tegurannya kepada kami. Peringatannya bak seorang ibu yang mengelus-elus kepala anaknya. Lembut sekali. Nah, dari sini mulai tercium gelagat tak sedap. Ada hubungan apa kiranya antara moderator dan Nico?. Puncaknya adalah ketika saya mengkitik-kitik moderator dengan kata yang sedikit nakal, yakni sebuah tantangan kepada moderator kepada kami. Lagi-lagi bagaikan ’kondiak luko’ dalam kisah yang di berikan junjungan kami Azhari Boerhan, moderator tidak dapat menahan emosinya lagi dan segera mengeluarkan saya dari milis Silungkang. Dari kisah pasca ’penangkapan’ kami sebenarnya dapat di kritisi dan di ambil pelajaran. Bukankah tindakan sewenang-wenang Nico dan sikap ’adil’ moderator tidak ubahnya bagai di zaman orde baru dulu?. Nico bak pejabat korup, dan moderator bak Polisi yang di suap oleh pejabat tersebut. Sebuah konspirasi yang terang-terangan di beberkan di dalam milis Silungkang ini.
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada moderator yang telah mengeluarkan saya. Karena berkat beliau pula saya memperoleh ide cemerlang untuk menuangkan segala pemikiran saya tentang realitas sosial yang terjadi di milis Silungkang ini, karena seperti kata Wiji Thukul, sesungguhnya suara itu tak bisa di bungkam. Di akhir kata saya akan cantumkan salah satu puisi Wiji Thukul yang berjudul Penyair, khusus di tujukan kepada moderator dan kecoak-kecoak tradisionalis yang tidak suka pada kami yang muda ketika berpikir dan bergerak.
Penyair
Jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang.
Jika tak ada kertas
aku akan menulis pada dinding
jika menulis dilarang
aku akan menulis dengan
tetes darah!
Sarang Jagat Teater
19 Januari 1988.
Salam hangat untuk para 'kondiak luko' yang intelek.
3 komentar:
Bro Rejak, memang kadang membingungkang masalah "kata". Hmmm, kalau di Jawa saya mengatakan KOWE pada orang yang lebih tua tentunya akan menjadi masalah besar. Atau Tingkat bahasa NGOKO saya gunakan utk orang yang lebih tua, tentunya akan dikatakan tidak menghormati.
Kata KONDIAK yang sejauh saya tahu dari penelusuran para sesepuh silungkang, adalah kata yang SANGAT TIDAK SOPAN sekali, tapi entah menurut kawan kawan kita di milis, KONDIAK seolah kata SOPAN dan ELEGAN. Jika kata dianggap sopan berdasarkan personal setiap orang, maka saya akan bebas mengatakan kata DANCOK, GATHEL, DIAMPUT, NGACENG, SILIT ke orang lain kan? karena menurut saya itu kata yang Lumrah dan SOPAN bagi orang jawa timuran kalau kita bertemu. Saya tambah bingung sekarang, jika kata KONDIAK ini Sopan, apa BABI dan BABI HUTAN tidak lebih sopan? atau mungkin CELENG bagi saya yang sopan :))
Tapi begitulah - kalau ortu selalu menyarankan;
LEBIH BAIK JADI ORANG BODO TAPI TAHU AKAN BODONYA, DARIPADA ORANG PINTAR DAN TAHU AKAN KEPINTARANNYA. Tentunya perbedaannya jelas: yang satu akan semakin maju ... yang satu lagi akan semakin mundur (atau bisa bisa jadi koruptor) yo po ra?
betul, masuk akal sekali.
Tidak sepatutnya mereka menyalahkan kami yang muda-muda bila kami menggunakan kata sakti mandraguna tersebut. Karena kami yang muda-muda hanya tahu apa yang ada di depan kami dan lalu menerimanya. Sedangkan mereka yang tua-tua itulah justru yang menyuguhkannya kepada kami bahkan terkadang seperti mencekoki.
mereka yang tua-tualah yang membuat kata kondiak tesimpan di dalam memori otak kita ini sampai akhir hayat.
saya kurang tau masalah KONDIAK ini, tapi yang saya tau....
B A = BA
B I = BI
Bacanya.....
KONDIAK
Posting Komentar